Sabtu, 10 Juni 2017

WIWIN RASMAWATI


#cerpen


AYREN

Di tempat belajar dimana ilmu berlimpah-ruah, Aku memandangmu dari kejauhan. Saat itu kau tengah bersamanya. Wanita yang begitu indah di pelupuk mata. Kuyakin begitupun bagi dirimu. Kalian terlalu sering bersama hingga wajar jika ku katakan kalian memang pasangan romeo dan Juliet. Kuyakini keinginan itu tak mungkin lagi menjadi kenyataan. Ingin memilikimu bahkan sampai ingin menyatakan kepada dunia kau milikku. Aku masih disini menunggumu.


Kak Rendi,,,!

Aku memberanikan diri memanggil. Mengusikmu setelah lelah menjadi menara pengawas.  Secepatnya pula kau membalas dengan senyuman. Tak lama, kamu mengakhiri perbincanganmu dengannya dan mendekat padaku.

Sudah selesai membacanya?
“Ha,,hampir. “ Ucapku sedikit terbata-bata
“Lalu?” Tanyanya heran

Aku ada keperluan sedikit, buku-buku itu sedikit membuatku bingung. Kata-katanya terlalu pragmatik  namun aku menyukainya. Aku boleh pinjam lama gak?

Pertanyaan konyol namun tak kuambil pusing. Dia dapat berdampingan denganku  walau sesaat itu sudah cukup.

Lelaki yang kukagumi ini memang hobi mengoleksi buku. Hampir semua buku yang ingin kucari dapat kutemukan darinya.  Bukan berarti Aku gemar membaca. Sebab pernyataan sebelumnya adalah ekspektasi diri. Tapi realitanya, Jangan berfikir dia seorang penjual buku. Haha, karena Dia adalah seorang lelaki idaman Raya Meisinangtyas.

Hmm, boleh. Ucapnya datar dan berlalu meninggalkanku

Entah karena wanita yang dari kejauhan memperhatikannya. Atau mungkin Kak Rendi takut pacar kesayangannya akan cemburu. Aku tak tahu menahu alasan wanita itu tak suka melihatku bersama Kak Rendi. Padahal, Aku berbeda jauh dengannya. Hitam, kumal, bahkan gayapun tak dapat menyainginya.


Pukul 4 Sore

Sepulang sekolah, Gadis 17 tahun seusiaku tentu telah berada di keranda rumah. Asyik menanti malam  atau membantu pekerjaan rumah. Dan akupun menanti malam  ditemani buku-buku puisi dari AAN Mansyur yang kupinjam darinya.

SEPASANG MATAMU

Tiap benda di dunia memilki hati. Dan, seseorang
penyair pernah berkata kepadaku, semesta sendiri
pula memilki hati. Aku memikirkan kata-kata itu-
dan aku tidak mampu tidak memikirkan matamu.

Sepasang matamu, bencana raksasa di kejauhan.
Tidak berhenti membuat hidupku jadi benda
Kecil yang memilki hati.

Kutuliskan puisi itu pada secarik kertas berwarna biru muda dan kuselipkan pada salah satu buku yang kupinjam. Mungkin wanita lain akan menuduhku perebut. Namun bagiku tidak. Aku hanya ingin memberitahunya. Itu sudah cukup.

Keesokannya, Mentari belum juga muncul. Dengan semangat, Aku bersiap menuju sekolah tercinta. Bukan karena mencintai sekolahnya.  Buktinya Aku pemegang rekor sebagai murid peringkat terakhir berturut-turut. Dialah yang membuatku bersemangat ke sekolah. Ku sadar tak ada wanita yang ingin sepertiku. Tapi tak ada pula  yang salah dengan namanya cinta anak SMA.

Aku mengenal Kak Rendi  semenjak Masa Orientasi Siswa Baru. Kita hanya berbeda satu tingkatan kelas. Kala itu, Dia seperti malaikat pembela dari keganasan senior lain. Akupun tak paham apa yang ada dalam benaknya. Bagiku Lelaki tinggi, tampan, cerdas itu adalah malaikat penyelamat.

Setiba di sekolah. Incaran pertama tentu adalah kelas 301 A. Bangku urutan kedua dari depan tepat sebelah pintu masuk. Aku menyukainya, bukan hal aneh kalau Aku mulai hafal seluk beluk dirinya termasuk jadwal kedatangannya di sekolah. Tak disangka kali ini berbeda dari biasanya. Acara yang kususun sejak kemarin tenggelam sudah.  Tentang pengakuan lalu jawaban tak ada yang berjalan dengan semestinya. 

“Hay, Kak Rendi “Sapaku
“Tumbenan jam segini udah nongol?”
“Cie, lagi galau ya hahah,,”

Saat itu sedikit meledek menjadi jurus andalan. Dalam rangka menghilangkan  kecanggungan yang tak biasa. Betapa tidak, Hanya ada AYREN (Ay dan Rendi) di  tempat itu.  Detak jantungku berdetak keras. Aku takut dia mendengarnya.

“Ada apa?”  Tanyanya
“Umm gak kok, rencananya mau ke kelas tapi gak sengaja lewat jalur ini.”
“Oke.” Jawaban singkat padat jelas kuterima

Aku tak juga jera, saat jam istrahat kucoba menghampirinya di kantin Bu Iyem. Jurus jituku kembali beraksi. Namun dia masih saja sinis begitupun kepada kawan lainnya. Sedari tadi dia hanya menyendiri. Wanita lain mungkin menganggapku gila dengan tingkah seperti ini.Toh, Lagi pula ini hidupku, Aku sudah sibuk memikirkan kisah cinta AYREN tidak penting lagi memikirkan pendapat orang lain.


Menjadi pengagum rahasia selama dua tahun tak ada yang mudah. Bersembunyi dengan senyuman manis tiap kali bertemu. Aku sadar lantaran tak ingin merusak kedekatan kami selama ini karena Dia telah memilki seseorang. Namun kali ini, Aku tak dapat lagi menahannya. Hari ini, mungkin belum dapat kesempatan mungkin besok. Akan tetapi, tiga hari berlalu sejak hari  itu,  Dia tak lagi pernah kutemukan di kelas, ataupun koridor tempat biasa romeo dan Juliet bertemu. Tanda tanya terus melanda. Hingga hari keempat kuputuskan merubah haluan. Seharusnya menuju sekolah justru ke rumahnya.

”Assalamualaikum”

Berkali-kali bel rumah itu ku tekan. Namun, tak ada satupun jawaban dari dalam. Padahal ini masih terlalu pagi untuk kedua orang tuanya berangkat kantor dan sudah pagi bagi pembantunya. Berhubung yang dicari tidak ditemukan, Aku kembali ke tujuan awal yaitu sekolah. Tak ku sangka dia sudah jadi trending topik. Dari awal gerbang sekolah hingga masuk dalam kelas namanya tak henti kudengar. Lelaki andalan sekolah telah pindah ke Luar Negeri.

***

1 tahun berlalu, acara prom night cukup meriah. Tapi tak begitu denganku, Aku masih saja memikirkanmu. Semenjak  kepindahanmu ke Luar Negeri. Seperti sambaran petir, Aku mulai berubah dan bertekat melanjutkan kuliah di tempatmu. Mengisi waktu dengan belajar, berbaur dengan yang lain dan sesekali menstalking medsos  teman-teman sekelasmu sebelumnya. Mungkin saja akan ada pesanmu di dinding FB mereka. Akupun sekarang sudah menjadi penggantimu dengan rekor baru sebagai andalan sekolah ditiap lomba. Dengan kata lain, kamu masih menjadi penyemangat hidupku.

Malam ini, Julietmu sedang asyik bersama pacar barunya. Bahkan mereka telah dinobatkan jadi Prom Queen dan Prom King. Mungkin, Baginya dirimu hanya bias yang sempat singgah sedangkan bagiku kamu adalah kotak rahasia yang selalu terkunci rapat. Seperti aku mengunci semua buku-buku dan petikan puisi itu dalam lemari kecil khusus. Benar, Aku tak membuangnya karena Aku masih setia menunggumu sejak dulu sampai sekarang. Biarkan arus sungai mengalir hingga air laut tiba di pelupuk mata.

Bagaimana kabarmu hari ini?  Pertanyaan yang selalu terbesit ketika keadaan begitu ramai seperti saat ini. Apakah sama sepertiku. Sebentar lagi, Aku mungkin dapat menyatakannya padamu. Walaupun sebenarnya aku menunggu keajaiban kamulah yang pertama menyatakannya padaku.

Malam semakin larut dan acarapun telah usai. Setelah berganti pakaian, Aku menyegerakan tidur. Saat itulah, tiba-tiba satu email muncul. Dengan nama yang tak asing lagi, Muhammad Rendi. Secepat kilat ku buka pesan itu. Dalam bentuk word. Diketik menggunakan huruf kapital dengan ukuran font 40 dan posisi kertas Landscape.

APA KABAR?
SEHAT?
SELAMAT YA, UDAH LULUS.
KAMU MAKIN CANTIK DAN DEWASA, AY

Aku terdiam, maksudnya?
Lelaki yang menghilang tiba-tiba muncul di hari prom nightku?
Pertanyaannya seperti menayakan namun juga memberitahu

Ku coba membalas sinis email itu walaupun sebenarnya banyak hal yang ingin kukatakan namun rasa kecewa berlebih masih meninggalkan bekas.

                        DIMANA
                                    hotel
                        DARI MANA?
                                    Italia
                        SEJAK KAPAN PULANG?
                                    kemarin
                        JAHAT
tidak
                        BOHONG
                                    love you

Aku tak berani berkata-kata lagi, mimpi atau semacamnya. Candaannya kali ini terlalu berlebihan. Intinya, Aku harus dalam keadaan tenang bila ingin kembali membalas emailnya.

Paginya, alarm terus berbunyi. Tetap saja, Aku tak bisa lepas dari kenyamanan tempat tidur. Malamku terlalu panjang sampai seperti mimpi. Ibu yang tidak biasanya harus turun tangan akhirnya ambil bagian.

“Ay, bangun nak sudah pukul 12 siang”, Ibu membangunkanku dengan lembut
“Ibu, semalam aku pulangnya larut banget”
“Ada yang nyariin” Sambung ibu
“Palingan si Wati”, mengelak sebab tidur terlalu penting kali itu.
“Anak gadis, bangunnya tengah hari, suami mana mau nikahin kamu kalau jam segini belum bangun juga,”
“ Suami dari Italia,” sambungku lalu melanjutkan tidur
“ Ini anak bercanda mulu,” Kata awal yang kudengar setelah jawaban terakhirku selebihnya aku tak mendengarnya lagi sebab omelan Ibu mirip lagu nina bobo. Aku tetap kembali tidur.  

Namun, beberapa menit kemudian, Ibu kembali membangunkanku.

“Ay, Lelaki yang bernama Rendi kamu kenal?” bisik Ibu pelan di telinga kananku
“Ha?”  kok ibu bisa kenal Kak Rendi? “ sontak terbangun sampai ibupun kaget
“Gak kenal. Hanya saja dia ada di ruang tamu sekarang.”

Aku masih mulai mencerna baik-baik perkataan ibu. Sambil mulai mengumpulkan nyawa untuk bergerak.

“Bukannya yang harusnya datang Si Wati Bu?”
“ Iya,  Wati dan Rendi.”

Secepat kilat, Aku memperindah diri. Tidak sabar lagi untuk bertemu dengannya. Sebab nama Rendi adalah nama sakral bagiku. Oh ya, cerita awal Aku mulai akrab dengan Wati yaitu semenjak Kak Rendi di Italia. Kami berdua mewakili sekolah di tingkat Nasional dalam lomba Olimpiade Fisika yang di adakan di  Jakarta.  Maklum aku telah menjadi andalan sekolah. Sejak itu, kami mulai akrab dan Dia menjadi teman curhatku sekaligus seperti Ibu kedua untukku. Padahal dia lebih muda 1 tingkatan kelas di bawahku. Pembawaanya cantik, humoris dan dewasa. Dia juga wanita yang cerdas sering juga mewakili sekolah. Sehingga sifat keibuannya membuatku betah berada di dekatnya.

Merasa diri sudah cukup pantas, Aku menuju ruang tamu. Tak sabar ingin melihat sosok itu lagi.

“Hai, ” Ucapnya pertama kali saat melihatku
“Hai juga” Ucapku lalu terdiam memperhatikan mereka berdua

Saat itu, Wati duduk disamping kanan Kak Rendi. Aku sebenarnya tak mengerti dengan mereka berdua. Apa yang ingin mereka katakan hingga berada disini. Bahkan Akupun tak menyangka kalau Wati mengenal Kak Rendi.  

“Kak Ay, lusa Aku akan ikut Mas Rendi ke Italia”
“Mas?” tanyaku lagi dalam hati

Namun aku tak berkata apa-apa dan membiarkan Wati melanjutkan perkataannya.

“ Iya Kak. Sebenarnya Mas Rendi adalah omku. Nenekku anak  pertama dan Ayah Mas Rendi paling bungsu. Selama di Italia, Mas Rendi sering dengar cerita tentang Kak Ay dari Aku.  Wati minta maaf sebelumnya gak pernah cerita ke Kak Ay hanya saja wati takut kita tidak akan akrab lagi kalau saja Kak Ay tahu yang sebenarnya. Bukan hanya itu sejak awal Aku cerita ke Mas Rendi. Dia juga melarangku untuk memberitahu kakak. Katanya dia tidak akan lagi mendengar tentang kakak. Kalau Aku sampai membicarakanmu padanya ” ucapnya dengan nada bersalah.

“Ohh,”  Aku menjawab sinis sebab kecewa pada Wati yang selama ini ku percaya ternyata juga menyembunyikan sesuatu dariku.

“Wati kesini cuma mau ngucapin salam perpisahan ke kakak, soalnya besok rencananya mau ikut Mas Rendi ke Italia. Atau bisa saja kita sekalian barengan ke Italia kalau kakak mau (?) ” Ujarnya.

Maksudnya?” Tanyaku lagi

“ Aku mengajakmu bersama Wati ke Italia. Aku dengar kamu ingin lanjutin sekolah di Italia juga.” Mas Rendi  menambahkan

Dalam hatiku, ajakan tersebut tentulah hal luar biasa. Hal mustahil pernah terjadi. Akupun mulai teringat dengan email semalam mungkinkah benar-benar nyata darinya. Namun, Aku tak berani menanyakan hal itu.

“Aku kayaknya harus komunikasi dulu dengan orang tua” Ucapku

Mendengar jawabanku, Kak Rendi terus saja membujuk agar ikut bersamanya. Aku juga tak mengerti. Apakah cerita Wati yang membuatnya seperti ini atau rasa kasihan pada gadis yang sejak dulu menunggunya. Tapi, Aku tetap saja pada keputusan untuk membicarakan niat Kak Rendi tersebut pada  kedua orang tuaku. Perdebatan kami terus berlanjut. Hingga akhirnya kata itupun keluar dari mulut Muhammad Rendi.

Maukah kamu jadi istriku?
Aku tak ingin kehilangan wanita sepertimu. Untuk itu, Aku berniat membawamu bersamaku ke Italia.

“Ini lamaran yang tidak masuk diakal. Secepat itukah?” Aku membantah

“Aku tak ingin berlama-lama lagi” tuturnya dengan begitu serius

Melihat keseriusannya  bertemu dengan kedua orangtuaku. Kami akhirnya menikah, lalu ikut bersamanya ke Italia. Melanjutkan Kuliah bersama Kak Rendi dan juga Wati.

Semustahil apapun namun jika kita berjodoh pasti akan bersama juga. (AYREN)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...