ANALISIS
KAJIAN MIMETIK DALAM CERPEN SANG PRIMADONA KARYA A. MUSTOFA BISRI
A. Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan
yang mengkaji karya sastra berkaitan dengan realitas atau kenyataan. Mimetik
dalam bahasa yunani disebut tiruan. Pendekatan yang memandang karya sastra
sebagai imitasi dan realitas (Abrams,
1981:189). Hal ini diperkuat oleh
pendapat Najid (2009:47) pendekatan mimetik adalah pendekatan yang memandang
prosa fiksi sebagai hasil ciptaan manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan
yang diangkat dan semesta (pengalaman hidup penulis atau hasil penghayatan
penulis terhadap kehidupan disekitarnya). Dalam pendekatan ini, karya sastra
merupakan hasil tiruan atau cermin dari kehidupan. Dalam menngkaji sebuah karya
sastra dengan menggunakan pendekatan mimetik, dibutuhkan data-data yang
berkaitan dengan realitas kehidupan yang ada dalam karya sastra tersebut.
Karena pendekatan mimetik menghubungkan karya sastra dengan realitas, maka
kemudian muncul anggapan bahwa karya merupakan cerminan dari realitas, sehingga
hakikat karya sastra yang bersifat fiktif sering kali dilupakan. Hal ini sangat
berbeda dengan makna karya sastra yang merupakan hasil karangan fiktif
pengarang. Kajian semacam ini dimulai dari pendapat plato tentang seni. Plato
berpendapat bahwa seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang tampak
pada dunia nyata. Ia berdiri di bawah kemyataan itu sendiri. Wujud yang ideal
tidak bisa terjelma langsung dalam karya seni. Seni yang terbaik lewat mimetik
dan benar. Sedangkan menurut Aristoteles, seniman tidak meniru kenyataan,
manusia dan peristiwa sebagaimana adanya. Seniman menciptakan dunianya sendiri.
Dalam memilih tema cerita, sastrawan harus punya kepekaan terhadap keadaan
masyarakat dan zamannya. Sastrawan harus bisa menangkap berbagai persoalan yang
sedang dihadapi oleh masyarakat. Sangat disayangkan bila karya sastra hanya
menggambarkan hal-hal yang indah dan baik, padahal masyarakat sekitarnya dalam
kesulitan dan kesusahan. Banyak novel, cerpen dan film Indonesia yang
menggambarkan kehidupan mewah, padahal kebanyakan masyarakat Indonesia dalam
kenyataan hidup yang getir (Lubis, 1997:8). Dalam pandangan mimetik, karya
sastra tidak mungkin dapat dipahami tanpa mengkaitkannya dengan semesta sebagai
sumber penciptannya.
B. Hubungan antara cerpen Sang Primadona
dengan dunia nyata
Cerpen Sang Primadona sangat lekat
sekali dengan kehidupan nyata. Pada bagian awal cerita dikisahkan bahwa sang
primadona adalah seorang yang berbakat dari kecil. Dia sering menjadi juara
tari, menyanyi maupun model dan dia juga disayangi guru-guru karena sering
menjadi juara. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan nyata bahwa keluarga yang
berkecukupan mampu mengkursuskan anak-anaknya untuk les tari, nyanyi maupun
medel. Hal tersebut terdapat dalam kutipan.
“Di sekolah, mulai SD
sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi guru-guru dan
kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan
dan tidak jarang aku menjadi juara. Ketika di SD aku pernah menjadi juara I
lomba menari. Waktu SMP aku mendapat piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika
SMA aku pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat provinsi.” (Bisri, 2005)
Dengan bakatnya tersebut
dia berhasil menjadi artis ibukota yang terkenal. Dengan segala kemudahan
sehingga dia melupakan pendidikannya. Dia tidak melanjutkan kuliahnya, karena
dari segi finansial dia sudah mendiri dan mampu membantu saudara-saudaranya.
Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Soal kuliahku yang
tidak berlanjut, aku menghibur diriku dengan mengatakan kepada diriku,
"Ah, belajar kan tidak harus di bangku kuliah. Lagi pula orang kuliah
ujung-ujungnya kan untuk mencari materi. Aku tidak menjadi pengacara dan bintang
pengadilan, tak mengapa; bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi
cukup." (Bisri, 2005)
Cerminan tersebut
sering terjadi pada kehidupan artis-artis ibukota yang sudah terlena materi
berlimpah sehingga sering mengesampingkan urusan pendidikan. Banyak artis yang
lebih mementingkan karir dari pada pendidikan meskipun ada juga artis yang
tetap menomor satukan pendidikan. Selain
itu kehidupan artis identik dengan kemapanan dari segi finansial, hal ini
tercermin dalam kutipan.
“Aku sudah mampu
membeli rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Ke mana-mana ada mobil
yang siap mengantarku. Pendek kata aku bangga bisa menjadi perempuan yang
mandiri. Tidak lagi bergantung kepada orang tua. Bahkan kini sedikit-banyak aku
bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung. (Bisri, 2005)
Selanjutnya realitas yang tercermin
dalam kehidupan artis adalah kehidupan asli dari artis sendiri, terutama
kehidupan keluarga, terutama orang tuanya. Bagaimana sikap orang tua yang
mempunyai anak seorang artis. Dalam cerpen ini dikisahkan sang primadona
mempunyai seorang ibu yang perhatian terhadap anaknya, beliau sering menasihati
anaknya agar selalu ingat salat, ibadah dan sedekah kepada anak yatim. Bukankah
hal ini sudah sangat dekat sekali dengan dunia nyata. Karena sejatinya orang
tua manapun pasti sering memberi nasihat dan memperhatikan anaknya, jangan
sampai anaknya salah jalan. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Nduk, ibadah itu
penting. Bagaimana pun sibukmu, salat jangan kamu abaikan!Sempatkan membaca
Quran yang pernah kau pelajari ketika di kampung dulu, agar tidak
hilang."Bila kamu mempunyai rezeki lebih, jangan lupa bersedekah kepada
fakir miskin dan anak yatim.” (Bisri:2005)
Dalam kehidupan nyata tidak selamanya
kehidupan selalu berjalan mulus. Begitu juga dalam kehidupan rumah tangga.
Dalam cerpen ini, pada awal-awal perkawinan sang primadona tetap berjalan
baik-baik saja, tetapi pada akhirnya terjadi krisis moneter dan mengakibatkan
perusahaan suaminya bangkrut, dan sikap suaminya berubah dan mulai berperangai
kasar. Dalam kehidupan nyata, kehidupan rumah tangga juga tidak selalu mulus,
pasti ada keributan-keributan kecil yang menjadi rintangan, tinggal bagaimana
kita menyikapinya.
Dalam kehidupan, pastilah kita sering
jenuh dengan rutinitas yang kita lakukan, sehingga cara mengatasinya yaitu
lebih mendekatkan diri dengan kegiatan keagamaan. Dengan begitu kita merasa
leboh tenang, begitu juga dalam cerpen Sang Primadona, disini dia merasa penat
dengan masalah yang terdapat dalam rumah tangganya. Sehingga sang primadona
memilih untik serimg mengikuti pengajian-pengajian. Hal ini sering kita lihat
dalam kehidupan artis-artis ibukota, banyaknya artis yang mulai tertarik dalam
kegiatan keagamaan mencerminkan jika kegiatan religi memang sangat berpengaruh
mengingat kejenuhan pasti sering melanda para artis. Hal ini terdapat dalam
kutipan berikut.
“ Aku menjadi semakin
rajin mengikuti pengajian; bukan hanya yang diselenggarakan kawan-kawan artis,
tapi juga pengajian-pengajian lain termasuk yang diadakan di RT-ku. Tidak itu
saja, aku juga getol membaca buku-buku keagamaan. (Bisri:2005)
Kesibukan seorang artis terkenal dan
telah aktif dalam masyarakat, pastilah sangat menggangu pertemuan dengan keluarga
maupun anak-anak. Dalam cerpen Sang Primadona, diceritakan bahwa Sang primadona
merasa tidak kerasan di rumah akibat ulah suaminya yang berubah dan sering
marah-marah. Dan dia pun jarang berkumpul dengan anak-anaknya. Dia menyibukkan
diri dengan mengurus pengajian dan menjadi salah satu panitia kegiatan
keagamaan. Dan pada suatu hari dia menemukan bahwa suaminya terlibat dalam
narkoba, hal ini rupanya yang membuat sikap suaminya berubah. Akhirnya dia
ingin bercerai dengan suaminya. Hak tersebut sering terjadi dalam dunia nyata,
terutama dalam dunia selebriti, kasus kawin-cerai sering terjadi dalam
kehidupan artis. Salah satu penyebabnya yaitu masalah yang dialami seperti
tokoh Sang Primadona. Seorang suami yang terlibat narkoba. Hal ini tidak hanya
terjadi di dunia keartisan saja, tetapi juga sering terjadi dalam dunia nyata.
Masalah narkoba menjadi masalah yang pelik dan perlu penanganan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar