Kamis, 08 Juni 2017

MARDIANTI


#cerpen

Awal yang singkat dan akhir yang tradis

Bermimpi akan indah pada waktunya setelah hal berakhir saa itu entah apa yang membuat itu terjadi hanya bisa bermimpi akan indah pada waktunya jika ke esokan hari akan terjadi tanpa ada perencanaan Allah mungkin hanya menguji. Aku duduk termenung berpangku rumput sembari menatap langit cerah. Meratapi kesendirian di hari sepiku ini. Sebuah kenangan beberapa bulan  silam ketika aku hidup dengan penuh kebahagiaan yang menyelimuti hariku. Sosok seseorang yang begitu kudambakan dalam hidup datang bak arus air yang mengalir.
Ia datang di hidupku  membawa kenangan baru dan kemudian pergi membawa segala kenangan itu menuju samudera. Selalu bertanya kenapa aku dipisakan mungkin seseorang akan menjawab karna doamu untuk diberikan yang terbaik dan itu bukanlah yang terbaik dan kamu di uji. Tetapi selalu saja bertemu namun  tak satupun kata yang bias ku lontarkan. Aku akan selalu merindukan, merindukan mata yang bisa aku tatap lebih lama menenggelamkan diriku kedalamnya walaupun sangat begitu singkat kau mempermainkan ku tetapi aku juga bersyukur Allah memberikan waktuku untukku tidak bertahan dengan lama. Dahulu menikmati malam, membunuh waktuku, menikmati segala hal yang kamu sembunyikan dibalik bibirmu.
Selalu bercerita tentang hal-hal yang membuat untuk pergi, bertukar pendapat tentang hal-hal yang tidak disukai olehmu dan olehku. Aku sanggup melupakan dengan caraku sendiri sampai ke esokan harinya menebar senyum kemana-mana meminta bantuan untuk mencari hal baru. Saat itu menunggu seseorang yang akan diperlihatkan oleh teman dekatku bernama Dinda. Kami satu kelas dikelas, Dinda sangat tahu sekali tentang apa yang telah menimpaku. Dinda bersikeras ingin mempertemukan saya dengan adik pacarnya bernama Aldi.
Ke esokan harinya Dinda mengajak aku bertemu dalam suatu rumah, kami berbincang-bincang membahas hal-hal yang menurut saya tidak penting untuk dibahas. Lalu setiap detik memperbincangkan satu masalah, seketika mata memandang dan akupun dengan canggung untuk bergerak dengan bahasa tubuh yang aneh. Memandangdantrus memandang sempat terselip dikepala bahwa  ada maksud tertentu terlihat dari gerak tubuh dan gerak mata yang ditampakkan begitu jelas.  Selalu ada usaha untuk  memulai berbincang dengan topic tertentu stelah sepulang dari tempat itu iya pun langsung mengabari dan memberikan perhatiannya padaku tanpa aku ketahui apa maksud dari semua itu.
Secepat inikah aku berusaha untuk melupakan? Sesekali mengingat hal yang telah berlalu singkat tetapi menusuk dengan sangat dalam, berfikir bisakah aku diberi kembali kesempatan untuk tersenyum. Orang yang mungkin baru aku kenal sudah bisa aku katakana dia bisa mewujudkannya dengan caranya sendiri. Sempat merasa bahagia dengan perhatian yang penuh tanda Tanya yang ia berikan. Apa maksud dari semua itu, setelah berlarut-larut akhirnya iya menjelaskan maksudnya dari pertemuan singkat dirumah itu.
Dari bahasa tubuhnya yang aneh ternyata ada hal tertentu yang harus ia ungkapkan, melalui kata-katanya yang menurutku berlebihan aku anggap semua itu lucu, bukan suatu hal baru aku percaya dengan kata-katanya setelah mengingat hal yang telah usai. Dengan penuh serius berbicara dengan nada yang serius melalui telefon mengungkapkan maksud dan tujuan yang sebenarnya. Aku sempat bertanya bahwa semudah itu kau memberikanku janji sedangkan kita baru saja di pertemukan satu bulan yang lalu. Kau memang selalu ada dan memberikan perhatianmu pada ku dan satu bulan penuh tanda tanya dikepalaku tak pernah hilang bahwa apakah maksud dan tujuanmu saat itu.
Aku meminta kesemptan untuk berfikir dan memutuskannya, tetapi disisih lain kenapa aku harus mengasiani dia sedangkan dia bukan siapa-siapa. Sempat berfikir bahwa inikah doaku yang terwujud, diberikan seseorang untuk bisa membuatku tersenyum kembali, sempat berfikir kembali apakah kejadian kemarin akan terulang kembali. Lalu keesokan harinya ia kembali mengabariku, langsung spontan aku membalas pesan singkatnya dan kembali bertanya soal pembasan kemarin.
Aldi : Assalamualaikum..
Febi : Walaikumsalam, ada apa Aldi?
Aldi :  Aku cumin ingin tau ajah kabar kamu
Febi : Alhamdulillah baik-baik saja kok
Aldi : Aku juga ingin menanyakan soal perasaanku selama ini..
Febi : mmmm
Aldi : Apakah kamu ingin membuatku menunggu berlama-lama untuk dapat jawaban yang pasti untukku? Jika dengan seperti itu caranya kamu aku rela menunggu berapa lama karna aku yakin bahwa jawabanmu tidak akan mengecewakan.
Febi : Maaf untuk saat ini aku belum bisa menjawabnya, saya rasa memang cukup lama untuk kita saling kenal, tetapi mungkin itulah yang dapat meyakinkan aku. Jadi ku mohon bersabarlah untuk menanti jawabanku!
Aldi : Apapun nanti jawaban yang kau berikan padaku, pasti aku akan menerimanya. Apapun itu! Maafkan aku jika waktumu terbuang hanya untuk  membalas pesan singkat dariku.
Febi : ohh… iya nga papa kok!
Aldi : Mmmm, kalo gitu udahan dulu. Maaf kalo aku ganggu! Selamat malam Febi.
Ke esokan harinya teman-teman di kampus, mengejek dan terus mengejek, lalu memberikan nasihat bahwa aku harus menerima dia, aku harus hargai pengorbaan dia dengan selalu memberiku perhatian setiap waktu, setiap detik, tetapi aku hanya bisa katakana bahwa tidak semudah dan segampang itu, aku juga butuh waktu untuk tidak lagi memandang mata dan tatapan dia setiap kali bertemu dengan dia yang kemarin aku simpan, dan menghabiskan waktuku untuk dia. Aku juga butuh waktu untuk semua itu, tetapi  sangat sulit bagiku karna kita selalu saja betemu tanpa sepata-katapun dia lontarkan untuk bisa menyapaku dan itu yang membuatku semakin merasakan sakit, bagaimana aku bisa lupa dengan semua itu jadi butuh waktu untuk memulai hal baru dengan orang yang baru aku kenal sebulan itu.
Pertemuan memang tak selamanya indah, kadang kita dipertemukan hanya untu melupakan, itulah yang selalu saja aku tanamkan dalam diri saya. Dengan rasa ragu lagi aku gampang untuk bisa percaya dengan laki-laki. Sempat bercerita ke teman saya yang telah mempertemukan kami di rumah itu, bercerita, meminta pendapatnya aku harus bagaimana, apakah aku ingin kembali mengenal kata cinta, ataukah aku harus mengakhiri pertemanan yang kujalani dengan dia yang telah bertemu denganku sebulan ini. Tetapi disisi lain aku ingin menghargai berbagai usaha yang telah ia berikan disisi lain akupunjuga takut terperangkap kedalam gelapnya kata cinta setelah kejadian kemarin. Kepada seseorang yang didalam tubuhku.
Mari kita duduk sejenak. Tenangkan dirimu. Redakan semua yang membuatmu kalut akhir-akhir ini. Dengarkan ini baik-baik tanamkan dalam fikiranmu. Semuanya sudah berakhir. Semuanya sudah berlalu, jangan sedih lagi. Cukup sudah kamu menyianyiakan hidupmu selama ini. Kamu tatap dirimu dikaca, kamu ditakdirkan sebagai wanita yang hebat. Bukan untuk menjadi seseorang yang lemah . pahamilah, pata hati itu wajar saja. Terlalu cinta pada dia itu wajar saja, kamu tidak bisa melupakannya begitu saja. Bukan suatu masalah. Hanya saja, kamu harus paham. Semua semua harus dilakukan dengan kadar yang pas. Jangan berlarut-larut. Kasihan hidupmu yang semakin kalut.
Haruslah aku ketahui sendiri bahwa tidak semua cinta yang tulus dibalas pula dengan ketulusan, tak jarang hanya dibalas dengan kesedihan saja. Ia hanya memilih untu membunuh hati mu saja, telah memilih untuk pergi. Aku rasa itu adalah satu alasan yang cukup kuat untuk memulai hidup baru. Tak ada satu orang pun yang dapat membunuh semangat hidupku, sebagai diriku yang kucintai sadarlah bahwa didunia ini masih banyak seseorang yang bisa membangkitkan kembali jati diriku, jika seseorang mengetahui semua ini mungkin dia hanya mengangkapnya sebagai lolucon saja, sebagai hal yang berlebihan dengan hidupku ini.


Karna ia berfikir bahwa hubunganku yang kemarin sangatlah singkat, pertemuan yang begitu singkat, mengapa aku harus berlebihan seperti ini bagai orang yang tidak mempunyai semangat lagi. Mungkin seseorang juga akan mengangkapnya sebagai hal yang bodoh dan aku telah mengakui itu tanpa harus secara langsung mengungkapkan kebodohanku ini. Aku hanya bisa berterimakasih kepada mereka yang telah mencari tau tentang diriku, semuanya aku anggap sebagi rasa kepeduliannya padaku.
Kembali berfikir tentang sesorang yang berusaha membangkitkan rasaku yang telah mati, dengan rasapercaya dirinya mengajak aku keluar untuk menikmati indahnya dimalam hari. Saat itu mungkin rasa canggung untuk dapat berbincang dengan dia muncul kembali, karna kami baru bertemu setelah berkenalan sudah sebulan hanya melalui telpon dan pesan singkat yang tiap detik ia berikan, saya anggap sebagai rasa kepeduliaanya padaku.
Dengan berlarut-larut setiap hari ia seperti itu aku juga sempat berfikir begitu tagah diriku ini jika mengabaikannya. Lalu waktu terus berjalan hingga akhirnya sebulan lebih ia kembali menanyakan soal keputusanku sempat berfikir apakah setegah inikah diriku jika sampai memberikan ia harapan yang palsu. Saat itu juga aku mengiayakan pertanyaannya yang artinya aku akan selalu bersamanya. Dengan rasa senangnya ia menelfonku dan bertrimah kasih, mengungkapkan bahwa pengorbanannya selama ini tidak sia-sia. Aku juga tak harus membohongi diriku sendir bahwa setelah mengenal dia rasa nyamanku telah muncul. Entah mengapa sesuatu yang ku lakukan bersamnya sangat berarti walaupun singkat.
Perasaan bisaja saja tumbuh dan berubah kapan saja dan dimana saja. Tanpa pernah bisa diminta sesuka kita. Bisa saja hari ini terang benderang dan bisa saja esoknya berubah menjadi gelap gulita. Begitulah perasaan yang sulit  untuk dimengerti, terkadang kita bisa saja bertahan dengan orang yang sama namun juga bisa menolak untuk bersama dengan orang berbeda. Seperti takdir yang telah direstui semesta, kita menjadi saling dekat lalu secara perlahan membangun bibit ikatan.

Waktu terus berjalan dan hubungan kami berjalan baik-baik saja, rasa rindu mulai kami lontarkan dikarnakan kesibukan yang membuat kami jarang untuk berjumpa kembali tetapi komunikasih tak pernah putus. Begitu bahagianya aku, begitu bersyukurnya aku, karna kembali merasakan kata rindu kepada seseorang yang telah mengembalikan senyum dibibirku. Rasanya tak ingin cari tau lagi tentang ia yang lebih memilih untuk pergi. Pagi mengutus mentari.
Seseorang yang kini telah  mencoba untuk membuatku tersenyum kembali. Ia sungguh mengharapkan lekuk indah tercipta di bawah hidungku. Aku harap pagi akan terus menyapaku bersama kicauan burung-burung yang beralun menciptakan guyuran butir-butir nada penyejuk hati. Hubungan kami sudah berjalan dua bulan lebih. Saat libur kerja ia mengajak saya jalan dan mengabiskan waktu hingga malam hari. Dia sangat menjagaku apapun itu ia selalu memberikan tekanan tentang isi hatinya.
Aku percaya semua itu atas apa yang telah ia perbuat selama ini. Saat itu teman ada salah satu teman saya bernama Ayu yang tanpa sengaja membuka pesan yang ada di ponsel saya, entah apa yang telah ia baca, ia langsung tertawa dengan spontan ia memanggilku dan kembali tertawa.




Ayu : Maaf Feb, dengan lancang aku membuka ponselmu
Febi : oh.. iya nga papa kok (dengan penuh ke kawatiran ) apa yang kamu tertawakan dari ponselku itu?
Ayu : nga kok aku cumin nga nyangka aja sih, kok pacar kamu sekarang terlalu ofer memperlakukanmu sebagai pacar. Sangat beda dengan yang kemarin begitu cuek.
Febi : Mungkin itu sudah takdirku di pertemukan dengan laki-laki seperti itu.
Ayu : Yang buat tertawa saat kemanapun kamu pergi kamu harus lapor kedia! Maaf  kalo aku lancang membuka chat pribadi kamu.
Febi : oh iya nga papa kok (dengan canggungnya, bergegas untuk pergi)
Aku juga sempat lelah dengan sikapnya saat ini, sempat aku berfikir untuk mengakhiri tetapi setiap aku mengeluarkan kata-kata seperti itu seketika ia selalu memohon dan sujud meminta maaf tentang kesalahan yang ia lakukan. Setelah seperti itu akupun langsung saja luluh dengan begitu saja entah ada apa dengan diri saya. Hal yang tak pernah aku bayangkan adalah cintanya.
Juga segala penerimaanya atas banyaknya kekurangan dalam diriku. Ia yang rela mendampingiku mengejar segala impianku. Yang tak pernah ingin menyerah, dan selalu saja menjadi orang yang pertama menyemangati saat aku mulai lemah. Ia yang tak pernah ingin berhenti saat kita sudah saling melukai. Ia yang selalu ada saat,bahkan saat aku tak lagi membuat ia merasakan nyaman didekatku dan tetap saja bertahan walau sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...