#cerpen
Awal yang singkat dan akhir yang tradis
Bermimpi
akan indah pada waktunya setelah hal berakhir saa itu entah apa yang membuat
itu terjadi hanya bisa bermimpi akan indah pada waktunya jika ke esokan hari
akan terjadi tanpa ada perencanaan Allah mungkin hanya menguji. Aku duduk
termenung berpangku rumput sembari menatap langit cerah. Meratapi kesendirian
di hari sepiku ini. Sebuah kenangan beberapa bulan silam ketika aku hidup
dengan penuh kebahagiaan yang menyelimuti hariku. Sosok seseorang yang begitu
kudambakan dalam hidup datang bak arus air yang mengalir.
Ia
datang di hidupku membawa kenangan baru dan kemudian pergi membawa segala
kenangan itu menuju samudera. Selalu bertanya kenapa aku dipisakan mungkin
seseorang akan menjawab karna doamu untuk diberikan yang terbaik dan itu
bukanlah yang terbaik dan kamu di uji. Tetapi selalu saja bertemu namun tak satupun kata yang bias ku lontarkan. Aku
akan selalu merindukan, merindukan mata yang bisa aku tatap lebih lama
menenggelamkan diriku kedalamnya walaupun sangat begitu singkat kau
mempermainkan ku tetapi aku juga bersyukur Allah memberikan waktuku untukku
tidak bertahan dengan lama. Dahulu menikmati malam, membunuh waktuku, menikmati
segala hal yang kamu sembunyikan dibalik bibirmu.
Selalu
bercerita tentang hal-hal yang membuat untuk pergi, bertukar pendapat tentang
hal-hal yang tidak disukai olehmu dan olehku. Aku sanggup melupakan dengan
caraku sendiri sampai ke esokan harinya menebar senyum kemana-mana meminta
bantuan untuk mencari hal baru. Saat itu menunggu seseorang yang akan
diperlihatkan oleh teman dekatku bernama Dinda. Kami satu kelas dikelas, Dinda
sangat tahu sekali tentang apa yang telah menimpaku. Dinda bersikeras ingin
mempertemukan saya dengan adik pacarnya bernama Aldi.
Ke
esokan harinya Dinda mengajak aku bertemu dalam suatu rumah, kami
berbincang-bincang membahas hal-hal yang menurut saya tidak penting untuk
dibahas. Lalu setiap detik memperbincangkan satu masalah, seketika mata
memandang dan akupun dengan canggung untuk bergerak dengan bahasa tubuh yang
aneh. Memandangdantrus memandang sempat terselip dikepala bahwa ada maksud tertentu terlihat dari gerak tubuh
dan gerak mata yang ditampakkan begitu jelas.
Selalu ada usaha untuk memulai
berbincang dengan topic tertentu stelah sepulang dari tempat itu iya pun
langsung mengabari dan memberikan perhatiannya padaku tanpa aku ketahui apa
maksud dari semua itu.
Secepat
inikah aku berusaha untuk melupakan? Sesekali mengingat hal yang telah berlalu
singkat tetapi menusuk dengan sangat dalam, berfikir bisakah aku diberi kembali
kesempatan untuk tersenyum. Orang yang mungkin baru aku kenal sudah bisa aku
katakana dia bisa mewujudkannya dengan caranya sendiri. Sempat merasa bahagia
dengan perhatian yang penuh tanda Tanya yang ia berikan. Apa maksud dari semua
itu, setelah berlarut-larut akhirnya iya menjelaskan maksudnya dari pertemuan
singkat dirumah itu.
Dari
bahasa tubuhnya yang aneh ternyata ada hal tertentu yang harus ia ungkapkan,
melalui kata-katanya yang menurutku berlebihan aku anggap semua itu lucu, bukan
suatu hal baru aku percaya dengan kata-katanya setelah mengingat hal yang telah
usai. Dengan penuh serius berbicara dengan nada yang serius melalui telefon
mengungkapkan maksud dan tujuan yang sebenarnya. Aku sempat bertanya bahwa
semudah itu kau memberikanku janji sedangkan kita baru saja di pertemukan satu
bulan yang lalu. Kau memang selalu ada dan memberikan perhatianmu pada ku dan
satu bulan penuh tanda tanya dikepalaku tak pernah hilang bahwa apakah maksud dan
tujuanmu saat itu.
Aku
meminta kesemptan untuk berfikir dan memutuskannya, tetapi disisih lain kenapa
aku harus mengasiani dia sedangkan dia bukan siapa-siapa. Sempat berfikir bahwa
inikah doaku yang terwujud, diberikan seseorang untuk bisa membuatku tersenyum
kembali, sempat berfikir kembali apakah kejadian kemarin akan terulang kembali.
Lalu keesokan harinya ia kembali mengabariku, langsung spontan aku membalas
pesan singkatnya dan kembali bertanya soal pembasan kemarin.
Aldi
: Assalamualaikum..
Febi
: Walaikumsalam, ada apa Aldi?
Aldi
: Aku cumin ingin tau ajah kabar kamu
Febi
: Alhamdulillah baik-baik saja kok
Aldi
: Aku juga ingin menanyakan soal perasaanku selama ini..
Febi
: mmmm
Aldi : Apakah kamu ingin membuatku
menunggu berlama-lama untuk dapat jawaban yang pasti untukku? Jika dengan
seperti itu caranya kamu aku rela menunggu berapa lama karna aku yakin bahwa
jawabanmu tidak akan mengecewakan.
Febi : Maaf untuk saat ini aku belum
bisa menjawabnya, saya rasa memang cukup lama untuk kita saling kenal, tetapi
mungkin itulah yang dapat meyakinkan aku. Jadi ku mohon bersabarlah untuk
menanti jawabanku!
Aldi : Apapun nanti jawaban yang kau
berikan padaku, pasti aku akan menerimanya. Apapun itu! Maafkan aku jika
waktumu terbuang hanya untuk membalas
pesan singkat dariku.
Febi
: ohh… iya nga papa kok!
Aldi : Mmmm, kalo gitu udahan dulu. Maaf
kalo aku ganggu! Selamat malam Febi.
Ke
esokan harinya teman-teman di kampus, mengejek dan terus mengejek, lalu
memberikan nasihat bahwa aku harus menerima dia, aku harus hargai pengorbaan
dia dengan selalu memberiku perhatian setiap waktu, setiap detik, tetapi aku
hanya bisa katakana bahwa tidak semudah dan segampang itu, aku juga butuh waktu
untuk tidak lagi memandang mata dan tatapan dia setiap kali bertemu dengan dia
yang kemarin aku simpan, dan menghabiskan waktuku untuk dia. Aku juga butuh
waktu untuk semua itu, tetapi sangat
sulit bagiku karna kita selalu saja betemu tanpa sepata-katapun dia lontarkan
untuk bisa menyapaku dan itu yang membuatku semakin merasakan sakit, bagaimana
aku bisa lupa dengan semua itu jadi butuh waktu untuk memulai hal baru dengan
orang yang baru aku kenal sebulan itu.
Pertemuan
memang tak selamanya indah, kadang kita dipertemukan hanya untu melupakan,
itulah yang selalu saja aku tanamkan dalam diri saya. Dengan rasa ragu lagi aku
gampang untuk bisa percaya dengan laki-laki. Sempat bercerita ke teman saya
yang telah mempertemukan kami di rumah itu, bercerita, meminta pendapatnya aku
harus bagaimana, apakah aku ingin kembali mengenal kata cinta, ataukah aku
harus mengakhiri pertemanan yang kujalani dengan dia yang telah bertemu
denganku sebulan ini. Tetapi disisi lain aku ingin menghargai berbagai usaha
yang telah ia berikan disisi lain akupunjuga takut terperangkap kedalam
gelapnya kata cinta setelah kejadian kemarin. Kepada seseorang yang didalam
tubuhku.
Mari
kita duduk sejenak. Tenangkan dirimu. Redakan semua yang membuatmu kalut
akhir-akhir ini. Dengarkan ini baik-baik tanamkan dalam fikiranmu. Semuanya
sudah berakhir. Semuanya sudah berlalu, jangan sedih lagi. Cukup sudah kamu
menyianyiakan hidupmu selama ini. Kamu tatap dirimu dikaca, kamu ditakdirkan
sebagai wanita yang hebat. Bukan untuk menjadi seseorang yang lemah .
pahamilah, pata hati itu wajar saja. Terlalu cinta pada dia itu wajar saja,
kamu tidak bisa melupakannya begitu saja. Bukan suatu masalah. Hanya saja, kamu
harus paham. Semua semua harus dilakukan dengan kadar yang pas. Jangan
berlarut-larut. Kasihan hidupmu yang semakin kalut.
Haruslah
aku ketahui sendiri bahwa tidak semua cinta yang tulus dibalas pula dengan
ketulusan, tak jarang hanya dibalas dengan kesedihan saja. Ia hanya memilih
untu membunuh hati mu saja, telah memilih untuk pergi. Aku rasa itu adalah satu
alasan yang cukup kuat untuk memulai hidup baru. Tak ada satu orang pun yang
dapat membunuh semangat hidupku, sebagai diriku yang kucintai sadarlah bahwa
didunia ini masih banyak seseorang yang bisa membangkitkan kembali jati diriku,
jika seseorang mengetahui semua ini mungkin dia hanya mengangkapnya sebagai
lolucon saja, sebagai hal yang berlebihan dengan hidupku ini.
Karna
ia berfikir bahwa hubunganku yang kemarin sangatlah singkat, pertemuan yang
begitu singkat, mengapa aku harus berlebihan seperti ini bagai orang yang tidak
mempunyai semangat lagi. Mungkin seseorang juga akan mengangkapnya sebagai hal
yang bodoh dan aku telah mengakui itu tanpa harus secara langsung mengungkapkan
kebodohanku ini. Aku hanya bisa berterimakasih kepada mereka yang telah mencari
tau tentang diriku, semuanya aku anggap sebagi rasa kepeduliannya padaku.
Kembali
berfikir tentang sesorang yang berusaha membangkitkan rasaku yang telah mati,
dengan rasapercaya dirinya mengajak aku keluar untuk menikmati indahnya dimalam
hari. Saat itu mungkin rasa canggung untuk dapat berbincang dengan dia muncul
kembali, karna kami baru bertemu setelah berkenalan sudah sebulan hanya melalui
telpon dan pesan singkat yang tiap detik ia berikan, saya anggap sebagai rasa
kepeduliaanya padaku.
Dengan
berlarut-larut setiap hari ia seperti itu aku juga sempat berfikir begitu tagah
diriku ini jika mengabaikannya. Lalu waktu terus berjalan hingga akhirnya
sebulan lebih ia kembali menanyakan soal keputusanku sempat berfikir apakah
setegah inikah diriku jika sampai memberikan ia harapan yang palsu. Saat itu
juga aku mengiayakan pertanyaannya yang artinya aku akan selalu bersamanya.
Dengan rasa senangnya ia menelfonku dan bertrimah kasih, mengungkapkan bahwa
pengorbanannya selama ini tidak sia-sia. Aku juga tak harus membohongi diriku
sendir bahwa setelah mengenal dia rasa nyamanku telah muncul. Entah mengapa
sesuatu yang ku lakukan bersamnya sangat berarti walaupun singkat.
Perasaan
bisaja saja tumbuh dan berubah kapan saja dan dimana saja. Tanpa pernah bisa
diminta sesuka kita. Bisa saja hari ini terang benderang dan bisa saja esoknya
berubah menjadi gelap gulita. Begitulah perasaan yang sulit untuk dimengerti, terkadang kita bisa saja
bertahan dengan orang yang sama namun juga bisa menolak untuk bersama dengan
orang berbeda. Seperti takdir yang telah direstui semesta, kita menjadi saling
dekat lalu secara perlahan membangun bibit ikatan.
Waktu
terus berjalan dan hubungan kami berjalan baik-baik saja, rasa rindu mulai kami
lontarkan dikarnakan kesibukan yang membuat kami jarang untuk berjumpa kembali
tetapi komunikasih tak pernah putus. Begitu bahagianya aku, begitu bersyukurnya
aku, karna kembali merasakan kata rindu kepada seseorang yang telah
mengembalikan senyum dibibirku. Rasanya tak ingin cari tau lagi tentang ia yang
lebih memilih untuk pergi. Pagi mengutus mentari.
Seseorang
yang kini telah mencoba untuk membuatku
tersenyum kembali. Ia sungguh mengharapkan lekuk indah tercipta di bawah
hidungku. Aku harap pagi akan terus menyapaku bersama kicauan burung-burung
yang beralun menciptakan guyuran butir-butir nada penyejuk hati. Hubungan kami
sudah berjalan dua bulan lebih. Saat libur kerja ia mengajak saya jalan dan mengabiskan
waktu hingga malam hari. Dia sangat menjagaku apapun itu ia selalu memberikan
tekanan tentang isi hatinya.
Aku
percaya semua itu atas apa yang telah ia perbuat selama ini. Saat itu teman ada
salah satu teman saya bernama Ayu yang tanpa sengaja membuka pesan yang ada di
ponsel saya, entah apa yang telah ia baca, ia langsung tertawa dengan spontan
ia memanggilku dan kembali tertawa.
Ayu : Maaf Feb, dengan lancang aku
membuka ponselmu
Febi : oh.. iya nga papa kok (dengan
penuh ke kawatiran ) apa yang kamu tertawakan dari ponselku itu?
Ayu : nga kok aku cumin nga nyangka aja
sih, kok pacar kamu sekarang terlalu ofer memperlakukanmu sebagai pacar. Sangat
beda dengan yang kemarin begitu cuek.
Febi : Mungkin itu sudah takdirku di
pertemukan dengan laki-laki seperti itu.
Ayu : Yang buat tertawa saat kemanapun
kamu pergi kamu harus lapor kedia! Maaf
kalo aku lancang membuka chat pribadi kamu.
Febi : oh iya nga papa kok (dengan
canggungnya, bergegas untuk pergi)
Aku juga sempat lelah dengan sikapnya
saat ini, sempat aku berfikir untuk mengakhiri tetapi setiap aku mengeluarkan
kata-kata seperti itu seketika ia selalu memohon dan sujud meminta maaf tentang
kesalahan yang ia lakukan. Setelah seperti itu akupun langsung saja luluh
dengan begitu saja entah ada apa dengan diri saya. Hal yang tak pernah aku
bayangkan adalah cintanya.
Juga segala penerimaanya atas banyaknya
kekurangan dalam diriku. Ia yang rela mendampingiku mengejar segala impianku.
Yang tak pernah ingin menyerah, dan selalu saja menjadi orang yang pertama
menyemangati saat aku mulai lemah. Ia yang tak pernah ingin berhenti saat kita
sudah saling melukai. Ia yang selalu ada saat,bahkan saat aku tak lagi membuat
ia merasakan nyaman didekatku dan tetap saja bertahan walau sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar