# cerpen
TAKDIR
Sore hari di kota Makassar, matahari tampak mulai bersembunyi, dari
awan hitam yang mulai membungkus langit kota
Makassar sore itu, menghasilkan pilar-pilar cahaya yang perlahan meredup
menyisakan langit berwarna hitam yang siap menumpahkan anugerahnya kepada bumi.
Hujan perlahan mulai turun dengan derasnya membasahi setiap sendi-sendi
kehidupan serta orang-orang yang masioh tampak sibuk mengangkat
jemuran,pedangang kaki lima yang mau tidak mau harus memunguti dagangannya agar
tidak terkena hujan dean lekas berteduh, para pejalan kaki yang berlarian
mencari tempat berteduh dan pengendara motor yang satu persatu seinggah untuk
berteduh, ada yang sekedar berteduh untuk memakai jas hujan namun yang tidak
membawa jas hujan harus betah berlama-lama menunggu sampai hujan reda.
Memang di awal
musim penghujan seperti saat ini cuaca kurang bersahabat, yah setidaknya itulah
yang dirasakan Malik yang saat ini
sedang berada di tokoh buku miliknya menunggu
hujan segera redah, walaupun ia memakai mobil tapi hujan terlalu derah
walau hanya sekdar berjalan menuju parkiran dan di tampa laki ia harus menunggu
Naira untuk bengun ia tidak tega membangunkanya saat melihat wajah tidurnya
yang begitu pulas, untuk menghilangkan kebosanannya ia berjalan di antara rak
buku yang di jual ditokohnya itu mencari buku yang akan menarik perhatisnnya
dan akhirnya setelah berjalan mengitari rak buku yang berjejer rapi dalam tokoh
buku ditemukannya sebuah buku yang merupakan novel berjudul “Rahasia Jodoh”.
“ Hmmm jadi teringat waktu pertama kali nulis Novel ini”. Yah ia
memang merupakan penulis novel yang cukup terkenal dengan tulisannya namun yang
terkenal hanya nama penanya bukan dirinya karena dia tidak pernah mengungkapkan
identitasnya selain kepada penerbit buku-bukunya.
Sesekali di baliknya novel itu dan di bacana halaman demi halaman
anehnya walau isi buku itu telah ia hafal dui luar kepala namun tetap saja ia
masih sibuk membacanya. Setelah mulai bosan dengan kegiatannya itu ditaruhnya
kembali novel itu ke raknya dan dilihatnya sekeliling tokoh itu mengingatkannya
lagi akan kenangan indahnya saat membuka toko ini bersama dengan istrinya Sifa
yang telah meninggal saat melahirkan putrinya Naira, hanya dengan berkeliling
di toko inilah yang bisa membuatnya tenang karena disinilah tempat mereka
mengukir kenangan paling banyak dengan
Sifa istrinya.
Dilihatnya kursi
panjang dekat kaca yang selalu di jadikan tempat membaca
oleh istrinya, ia lalu duduk di kursi itu menegnang lagi masalalu dan
dilihatnya kaca toko transparan itu yang menjadi pembatas antara orang yang ada
di dalam toko dengan orang-orang yang berada di dalam toko. Akibat hawa dingin
dari hujan yang membuat kaca itu berembun lalu dilapnya kaca itu untuk
memperjalas oandangannya keluar toko terlihat beberapa pejalan kaki yang
berteduh di depan toko , lalu lintas
juga tergolong sepi dari biasanya mungkin kerena hujan orang menjadi malas untu
beraktivitas di luar rumah.
“ Pak Malik mau saya buatkan Teh”. Tanya salah satu pegawainya.
“ tidak usah Ridwan saya sudah minum teh dengan pak Anas tadi di
lantai dua, kamu pergi saja layani pengungjung yang ada disana”. Kata Malik
kepada pegawainya.
“ Iya pak, kalau begitu saya pemisi dulu, Assalamualaikum”. Pamit
Ridwan dan segera meninggalkan Malik.
Tak lama setelah itu datang seorang gadis kecil yang
mengendap-endap di belakang Malik berusaha agar langkahnya tidak terdengar dan
setelah jarak antara dirinya dengan malik dirasanya sudah cukup ia segera
memeluk Malik yang membelakanginya dan membuat Malik terkejut sesaat.
“eh ternyata Naira ayah kira ayah kira siapa main peluk-peluk saja,
tidurmu nyenyak sayang?”. Kata Malik sambil mengangkat putrinya ke pangkuannya.
‘iya Yah sampai-sampai Naira mimpi dapat boneka yang banyak
sekali”. Cerita Naira kepada ayahnya
dengan penuh semangat.
“ hahaha jadi Naira mimpi indah dong sayang”. Sambil mencubit gemas
pipi putrinya.
“ iya Yah, pulang yuk Naira mau pulang main sama nenek”.
“ iya yuk kita pulang lagian Hujannya sudah reda”.
Sehabis mengobrol dengan anaknya yang ingin segera pulang, Malik
pun segera mangambil barang-barangnya di dalam ruangannya dan segera berpamitan
kepada pak Anas dan Ridwan yang merupakan pegawai toko bukunya namun saat
keluar dari tokonya Malik melihat seorang kakek-kakek kira-kira berumur 70
tahun ke atas sedang duduk di teras toko dengan pakaian yang basah akibat
kehujanan, kakek itu terlihat kebingungan dan terlihat sedang menunggu
seseorang malik yang tidak tega mengahampiri kakek itu namun setelah dilihat
baik-baik kakek itu tidak terlihat pengemis karena dlihat dari pakaian yang
dikenakannya tergolong bagus sehingga menguatkan rasa penasaran Malik terhadap
kakek itu.
‘assalamualikum kek,kakek sedang apa disini?”.
“ waalaikumsalam sedang menunggu cucu saya”.
“nama cucu kakek siapa dan rumah kakek dimana?”.
“ tidak tahu Nak”.
“ kok tidak tahu Kek, Kek nama saya Malik saya pemilik toko ini
klau tidak keberatan saya ingin kakek masuk dulu kedalam untuk menghangatkan
badan kakek”.
“iya Nak terima kasih”. Kakek itupun akhirnya masuk ke dalam toko
buku di bantu oleh Malik.
“ pak Malik kok kembali lagi dan siapa kekek itu?”. Tanya Ridwan
kepada Malik karena baru saja berpamitan akan pulang dan tba-tiba kembali lagi
membawa seorang kakek-kakek yang tidak dikenalnya.
“ini kakek saya bertemu di luar kasihan dia kedinginan habis
hujan-hujan dan di perjalan masuk saya lihat ternyata kakek ini memiliki gelas
pengenal dan disitu tertulis nama,alamat,nomor telpon dan penyakit yang
diderita kakek ini, kakek ini ternyata menderita alzheimer pantas saja tadi
tanya alamatnya katanya dia tidak tahu, kamu buatkan kakek ini teh panas dan
bawah keruangan saya”. Setelah menyuruh Ridwan untuk membuat teh Malik berjaan
sambil menuntun kakek itu menuju ruangannya dan setelah sampai ia mengambil
baju yang belum pernah ia pakai dan diberikan kepada kakek itu untuk mengganti
pakaiannya yang basah.
“ ini baju ganti untuk kakek pakai karena saya lihat baju kakek basah jadi ganti dulu
baju kakek nanti masuk angin kalau pake baju basah terus”. Untungnya kakek
Abdullah yang baru saya di ketahui namanya setelah melihat gelang yang
dipakainya dapat bersosialisasi dengan gampang walau harus dengan suara yang
relatif keras karena pendengarannya yang mulai berkurang.
“iya
terima kasih Nak”. Kata kakek Abdullah kepada malik dan segera menuju WC yang
di tunjukkan Malik untuk tempat dia bergandi pakaian.
Tak
lama setelah berganti pakaian kakek itupun keluar dari WC mengenakan pakaiaan
yang diberikan oleh Malik dan kembali lagi keruangan Malik di antar oleh pak
Anas yang terletak di lantai dua toko
buku itu dan segerah disuguhi teh yang dibuat oleh Ridwa. Bersamaan dengan itu
Malik yang sudah mengetahu alamat dan nomor telpon keluarga kakek
Adullahsegerah menghubungi keluarga kakek Abdulla untuk memberitahukan eberadaan
dan keadaannya.l
Tak
perlu menunggu lama telpon segera diangkat oleh seseorang” halo
assalamualaikum”. Kta malik memulai percakapan.
“
iya waalaikumsalam ini dengan siapa”.
‘
saya Malik, apa betul ini dengan keluarga pak Ahmad Abdullah?”. Tanya malik
kepada suara di seberang sana.
“iya
betul ini dengan keluarganya, apa anda menemukan kakek saya, apa dia baik-baik
saja, dimana dia sekerang?”. Pertanyaan beruntun menghampiri Malik dari suara
itu terdengar jelas kalau pemilik suara itu sedang cemas sekali.
“
iya saya bertemu dengan kakek anda di depan toko buku saya dan anda tidak usah
terlalu kawatir alhamdulillah kakek anda sekarang baik-baik saja bersama saya”.
“
alhamdulillah kalau begitu saya dari tadi mencarinya kerena dia tiba-tiba
hilang dari rumah saat hujan deras tadi, terima kasih sekali lagi telah
membantu kakek saya dan saya harus kemana untuk menjemput kakek saya”.
“ ah
iya kalau begitu telponnya saya tutup dulu daya kirimkan alamat toko buku saya
lewat pesan, assalamualaikum”.
‘waalaikumsalam”.
Malikpun
segerah mengirim alamat toko bukunya melalui pesan singkat kepada cucu kakek Abdullah dan tak lama setelah itu
seorang wanita dengan baju gamis serta jilbab besar yang menjuntai sampai
lututnya masuk kedalam ruangan Malik ditemani oleh pak Anas, wanita dengan raut
muka kawatir sekaligus cemas berjalan mendekati kakeknya dan langsung
memeluknya.
“
alhamdulillah kakek baik-baik saja, tadi kakek ke mana saja tahu tidak dari
tadi Aisya memcari kakek”.
“
kakek habis jalan-jalan tiba-tiba kakek tidak tahu jalan pulang”.
“
kakek ini kan Aisya sudah bilang kalua mau pergi ijin dulu sama mama atau Aisya
supaya bisa ada yang temanin kakek keluar”.
“iya
kakek lupa tadi”.
“ibu
guru kok disini?”. Teriak naira yang baru masuk setelah bermain bersama Ridwan.
“ eh
Niara ibu sedang menjemput kakek ibu soalnya kakek ibu bandel sering keluar
tidak bilang-bilang, Naira sendiri
ngapain disini?”.
“
ini toko bukunya ayahnya Naira Bu”. Kata Naira sambil memeluk paha Malik.
“ oh
ternyata anda ayahnya Naira, perkenalkan nama saya Aisya wali kelasnya Naira
yang baru dan terima kasih atas bantua anda”. Kata Aisya sambil menangkupkan
tangannya di dada.
“
akhirnya saya tidak di cuekin lagi, saya Malik ayahnya Naira dan sama-sama”.
Canda Malik kepada guru anaknya.
“
maaf saya tidak bermasuk mengabaikan anda”.
“
haha iya saya cuma bercanda, silahkan duduk dulu”.Malik mempersilahkan Aisya duduk.
“
iya Terma kasih”.
“
ini ada teh panas silakan diminum dulu untuk menhangatkan badan”.
“
iya Pak”
Setelah lama berbincan-bincang dengan Aisya
tentang keadaan Naira di sekolah dan
tentang penyakit kakek Abdullah akhirnya Aisya pulang bersama kakek Abdullah
dan diikuti pula Malik yang segera pulang juga karena sebentar lagi magrib.
##############
“Tahun ini
penjualan buku kita lebih rendah ari tahu n lalu ini disebabkan karena
kurangnya minat baca, jadi tahun ini saya akan melakukan beberapa perubahan di
toko buku ini dan saya juga telah memikirkannya dari dulu bagaiamana kalau toko
buku ini kita gabung dengan kafe dan bagaimana menurut kalian berdua”.
“iya pak,
menurut sata dengan menggabungkan toko buku dengan kafe itu merupakan ide yang
sangat bagus, pengunjung dapat meminum kopi atau makan cemilan sambil membaca
buku”.kata pak Anas
“ iya saya juga
setuju dengan idak Pak Malik dan saya uga punya tanbahan bagaiman kalau kita
juga menjual buku pelajaran untuk mahasiswa dan debagia juga di buka agar
mahasiswa dapat meminjamnya apabila ingin mengerjakan tugasnya sambil mium kopi
dan kita juga perlu menambahkan Wifi itu menurut saya”. Kata Ridwan menambahkan
“ oke kita
pakai ide itu saja dan itu akan kita kerjakan di akhir tahun nanti sehinggah
kita dapat memulai toko buku dan kafe itu di awal tahun nanti” kata malik dan
setelah itu rapat singkat itu ditutup.
Setelah rapat
Malik menunggalkan toko buku untuk menjemput naira di sekolahnya yang tidak
terlalu jauh dari tokoh buku . tak membutuhkan waktu banyak untuk pergi ke
sekolah naira karena hanya berjarak 3 km dari tokoh buku yang berada di jalan
Alauddin sedang SD Kompleks IKIP yang terletak di jalan raya pettarani depan
kampus UNM, setelah sampai Malik lekas turun dari mobilnya menuju gerbang
sekola dimana tempat biasanya anak-anak
dan Naira menunggu jemputan dan tak membutuhkan waktu lama diapun akirnya menemukan
naira di antara kerumunan anak-anak yang menunggu jemputannya tapi Naira tampak
bersama seorang wanita di tambah dengan raut muka anaknya itu membuat Malik
bertanya-tanya dan segera menghampiri putrinya itu.
“
assalamualaikum Anak kesayangannya ayah kok cemberut begitu?”. Tanya Malik
kepas anaknya.
“ tadi Naira habis bertengkar dengan salah satu
temannya yang mengejeknya tidak memiliki ibu”. Jelas wanita yang berdiri
didekat Naira yang ternya adalah Aisya.
“ iya Yah naira
tadi di ejek tapi mereka sudah dimarahi sama
ibu Aisya dan mereka salah Naira punya ibu tapi di surga kata nenek”.
Jelas Naira dengan polosnya.
“ terima Kasih
Ibu Aisya telah membantu anak saya”.
“ iya sama-sama
memang itu sudah jadi kewajiban saya “.
“ iya kalau
begitu saya permisi dulu”. Pamit Malik Kepada Aisya.
############
Setelah menjemput Naira Malik
langsung menuju rumahnya yang berada di Kabupaten Gowa tepatnya di perumahan
Safira Lestari.
Malik merasa ada yang aneh setelah pertemuan
keduanya dengan Aisya ia merasa ada yang aneh dengan dirinya jantungnya terus
berdebar lebih kencang saat ia bersama
dengan wanita itu dan terus ingin mencuri pandang ke wajah wanita itu dan
tentunya ia tahu kenapa dirinya begitu ia sadar saat itu bahwa ia telah jatuh
cinta dengan Aisya dan hal inilah yang menyebabkan ia buru-buru pulang saat menjemput Naira.
“Yah kok ibu
disurga di kenapa tidak bersama kita saja disini” kata Naira memecah lamunan
Malik.
“ Naira ibu kamu kesurga untuk membuat istana untuk
kita supaya klau kita ke surga nanti kita punya istana yang besar buat Naira”.
“Nak dalam
hidup ini tidak smua selalu seperti keinginan kita contonya usia kalau bisa
ayah ingin bersama ibumu melihatmu tumbuh dewasa menjadi seorang wanita
cantik,lulus di universitas, mendapat pekerjaan,menikah dngan lelaki pilihan
ayah dan akhirnya memiliki anak tapi tuhan lebih menyayngi ibumu daripada ayah
tapi Nak kamu masih memiliki ayah yang akan melihatmu tumbu, nenek yang senang
tiasa merawatmu,kak Ridwan yang selalu menemanimu bermain,pak Anas yang selalu
memberimu roti dan tentunya kamu tahukan kalau kami semua amat menyangimu”
“ iya Yah,Naira
sayang Ayah”.
########
Hari ini Malik
menuju rumah mertuanya yang tidak jauh di rumahnya, ia memang sekali seminggu
selalu mengungjungi mertuanya itu karena mertuanya tinggal bersama suadara
istrinya dan mertuanya sudah ia anggap sebagai ibunya endiri karena orang
tuanya telah lama meninggal.
‘Ma saya ingin
membicarakan sesuatu”ucap Malik saat diruang keluarga kepada mertuanya itu.
“ bicaralah
Nak”
“ Ma aku akan
keintinya langsung, aku ingin meminta ijin ada seorang wanita yang akhir-akhir
ini menarik perhatianku namanya Aisya dia adalah wali kelas anakku aku ingin
melamarnya”. Ucap Malik.
“ Nak aku tau
sudah terlalu lama kamu sendiri dan tentunya aku tak akan melarangmu untuk
menikah karena aku tau kau masih muda dan memiki anak dan tentunya kamu butuh
seseorang disisimu sebenarnya aku sudah lama menunggumu berkata begitu”.
“iya terima
kasih ma”.
“ iya dan
walaupun kamu sudah menikah nanti tetaplah datang mengunjungiku kamu bukan lagi
ku anggap menanti tapi sudah kuanggap anakku sendiri”.
“iya”.
Setelah meminta
ijin Malik langsung menuju rumah Aisya yang terletak di belakang kampus induk
UNM tepatnya di jalan pendidikan dan tentunya ia datang setelah menghubungi
Aisya memang hubungan mereka menjadi dekat setelah kejadian itu dan Malik yang
merasa mulai menyukai Aisya langsung mengatakan kepada Aisya saat ia mengetahua
kalau ia sedang jatuh cinta kepadanya dan Aisya hanya mengatakan kalau dirinya
juga menyukai Malik dan itulah yang menjadi penyebab Malik melakukan lamaran
itu atas permintaan Aisya karena takut akan dosa.
Lamaran
berlangsung dengan lancar karena orang tua Aisya tidak terlalu memperdulikan
status Malik yang duda beranak satu mereka percaya bahwa pilihan anak mereka
adalah yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar