Sabtu, 10 Juni 2017

M.ABDI ARIS MUNANDAR


# cerpen


TAKDIR

Sore hari di kota Makassar, matahari tampak mulai bersembunyi, dari awan hitam yang mulai membungkus langit kota  Makassar sore itu, menghasilkan pilar-pilar cahaya yang perlahan meredup menyisakan langit berwarna hitam yang siap menumpahkan anugerahnya kepada bumi.
Hujan perlahan mulai turun dengan derasnya membasahi setiap sendi-sendi kehidupan serta orang-orang yang masioh tampak sibuk mengangkat jemuran,pedangang kaki lima yang mau tidak mau harus memunguti dagangannya agar tidak terkena hujan dean lekas berteduh, para pejalan kaki yang berlarian mencari tempat berteduh dan pengendara motor yang satu persatu seinggah untuk berteduh, ada yang sekedar berteduh untuk memakai jas hujan namun yang tidak membawa jas hujan harus betah berlama-lama menunggu sampai hujan reda.
            Memang di awal musim penghujan seperti saat ini cuaca kurang bersahabat, yah setidaknya itulah yang dirasakan Malik  yang saat ini sedang berada di tokoh buku miliknya menunggu  hujan segera redah, walaupun ia memakai mobil tapi hujan terlalu derah walau hanya sekdar berjalan menuju parkiran dan di tampa laki ia harus menunggu Naira untuk bengun ia tidak tega membangunkanya saat melihat wajah tidurnya yang begitu pulas, untuk menghilangkan kebosanannya ia berjalan di antara rak buku yang di jual ditokohnya itu mencari buku yang akan menarik perhatisnnya dan akhirnya setelah berjalan mengitari rak buku yang berjejer rapi dalam tokoh buku ditemukannya sebuah buku yang merupakan novel berjudul “Rahasia Jodoh”.
“ Hmmm jadi teringat waktu pertama kali nulis Novel ini”. Yah ia memang merupakan penulis novel yang cukup terkenal dengan tulisannya namun yang terkenal hanya nama penanya bukan dirinya karena dia tidak pernah mengungkapkan identitasnya selain kepada penerbit buku-bukunya.
Sesekali di baliknya novel itu dan di bacana halaman demi halaman anehnya walau isi buku itu telah ia hafal dui luar kepala namun tetap saja ia masih sibuk membacanya. Setelah mulai bosan dengan kegiatannya itu ditaruhnya kembali novel itu ke raknya dan dilihatnya sekeliling tokoh itu mengingatkannya lagi akan kenangan indahnya saat membuka toko ini bersama dengan istrinya Sifa yang telah meninggal saat melahirkan putrinya Naira, hanya dengan berkeliling di toko inilah yang bisa membuatnya tenang karena disinilah tempat mereka mengukir kenangan paling  banyak dengan Sifa istrinya.
            Dilihatnya kursi panjang  dekat  kaca yang selalu di jadikan tempat membaca oleh istrinya, ia lalu duduk di kursi itu menegnang lagi masalalu dan dilihatnya kaca toko transparan itu yang menjadi pembatas antara orang yang ada di dalam toko dengan orang-orang yang berada di dalam toko. Akibat hawa dingin dari hujan yang membuat kaca itu berembun lalu dilapnya kaca itu untuk memperjalas oandangannya keluar toko terlihat beberapa pejalan kaki yang berteduh di depan toko  , lalu lintas juga tergolong sepi dari biasanya mungkin kerena hujan orang menjadi malas untu beraktivitas di luar rumah.
“ Pak Malik mau saya buatkan Teh”. Tanya salah satu pegawainya.
“ tidak usah Ridwan saya sudah minum teh dengan pak Anas tadi di lantai dua, kamu pergi saja layani pengungjung yang ada disana”. Kata Malik kepada pegawainya.
“ Iya pak, kalau begitu saya pemisi dulu, Assalamualaikum”. Pamit Ridwan dan segera meninggalkan Malik.
Tak lama setelah itu datang seorang gadis kecil yang mengendap-endap di belakang Malik berusaha agar langkahnya tidak terdengar dan setelah jarak antara dirinya dengan malik dirasanya sudah cukup ia segera memeluk Malik yang membelakanginya dan membuat Malik terkejut sesaat.
“eh ternyata Naira ayah kira ayah kira siapa main peluk-peluk saja, tidurmu nyenyak sayang?”. Kata Malik sambil mengangkat putrinya ke pangkuannya.
‘iya Yah sampai-sampai Naira mimpi dapat boneka yang banyak sekali”. Cerita Naira kepada ayahnya  dengan penuh semangat.
“ hahaha jadi Naira mimpi indah dong sayang”. Sambil mencubit gemas pipi putrinya.
“ iya Yah, pulang yuk Naira mau pulang main sama nenek”.
“ iya yuk kita pulang lagian Hujannya sudah reda”.
Sehabis mengobrol dengan anaknya yang ingin segera pulang, Malik pun segera mangambil barang-barangnya di dalam ruangannya dan segera berpamitan kepada pak Anas dan Ridwan yang merupakan pegawai toko bukunya namun saat keluar dari tokonya Malik melihat seorang kakek-kakek kira-kira berumur 70 tahun ke atas sedang duduk di teras toko dengan pakaian yang basah akibat kehujanan, kakek itu terlihat kebingungan dan terlihat sedang menunggu seseorang malik yang tidak tega mengahampiri kakek itu namun setelah dilihat baik-baik kakek itu tidak terlihat pengemis karena dlihat dari pakaian yang dikenakannya tergolong bagus sehingga menguatkan rasa penasaran Malik terhadap kakek itu.
‘assalamualikum kek,kakek sedang apa disini?”.
“ waalaikumsalam sedang menunggu cucu saya”.
“nama cucu kakek siapa dan rumah kakek dimana?”.
“ tidak tahu Nak”.
“ kok tidak tahu Kek, Kek nama saya Malik saya pemilik toko ini klau tidak keberatan saya ingin kakek masuk dulu kedalam untuk menghangatkan badan kakek”.
“iya Nak terima kasih”. Kakek itupun akhirnya masuk ke dalam toko buku di bantu oleh Malik.
“ pak Malik kok kembali lagi dan siapa kekek itu?”. Tanya Ridwan kepada Malik karena baru saja berpamitan akan pulang dan tba-tiba kembali lagi membawa seorang kakek-kakek yang tidak dikenalnya.
“ini kakek saya bertemu di luar kasihan dia kedinginan habis hujan-hujan dan di perjalan masuk saya lihat ternyata kakek ini memiliki gelas pengenal dan disitu tertulis nama,alamat,nomor telpon dan penyakit yang diderita kakek ini, kakek ini ternyata menderita alzheimer pantas saja tadi tanya alamatnya katanya dia tidak tahu, kamu buatkan kakek ini teh panas dan bawah keruangan saya”. Setelah menyuruh Ridwan untuk membuat teh Malik berjaan sambil menuntun kakek itu menuju ruangannya dan setelah sampai ia mengambil baju yang belum pernah ia pakai dan diberikan kepada kakek itu untuk mengganti pakaiannya yang basah.
“ ini baju ganti untuk kakek pakai karena  saya lihat baju kakek basah jadi ganti dulu baju kakek nanti masuk angin kalau pake baju basah terus”. Untungnya kakek Abdullah yang baru saya di ketahui namanya setelah melihat gelang yang dipakainya dapat bersosialisasi dengan gampang walau harus dengan suara yang relatif keras karena pendengarannya yang mulai berkurang.
“iya terima kasih Nak”. Kata kakek Abdullah kepada malik dan segera menuju WC yang di tunjukkan Malik untuk tempat dia bergandi pakaian.
Tak lama setelah berganti pakaian kakek itupun keluar dari WC mengenakan pakaiaan yang diberikan oleh Malik dan kembali lagi keruangan Malik di antar oleh pak Anas  yang terletak di lantai dua toko buku itu dan segerah disuguhi teh yang dibuat oleh Ridwa. Bersamaan dengan itu Malik yang sudah mengetahu alamat dan nomor telpon keluarga kakek Adullahsegerah menghubungi keluarga kakek Abdulla untuk memberitahukan eberadaan dan keadaannya.l
Tak perlu menunggu lama telpon segera diangkat oleh seseorang” halo assalamualaikum”. Kta malik memulai percakapan.
“ iya waalaikumsalam ini dengan siapa”.
‘ saya Malik, apa betul ini dengan keluarga pak Ahmad Abdullah?”. Tanya malik kepada suara di seberang sana.
“iya betul ini dengan keluarganya, apa anda menemukan kakek saya, apa dia baik-baik saja, dimana dia sekerang?”. Pertanyaan beruntun menghampiri Malik dari suara itu terdengar jelas kalau pemilik suara itu sedang cemas sekali.
“ iya saya bertemu dengan kakek anda di depan toko buku saya dan anda tidak usah terlalu kawatir alhamdulillah kakek anda sekarang baik-baik saja bersama saya”.
“ alhamdulillah kalau begitu saya dari tadi mencarinya kerena dia tiba-tiba hilang dari rumah saat hujan deras tadi, terima kasih sekali lagi telah membantu kakek saya dan saya harus kemana untuk menjemput kakek saya”.
“ ah iya kalau begitu telponnya saya tutup dulu daya kirimkan alamat toko buku saya lewat pesan, assalamualaikum”.
‘waalaikumsalam”.
Malikpun segerah mengirim alamat toko bukunya melalui pesan singkat kepada  cucu kakek Abdullah dan tak lama setelah itu seorang wanita dengan baju gamis serta jilbab besar yang menjuntai sampai lututnya masuk kedalam ruangan Malik ditemani oleh pak Anas, wanita dengan raut muka kawatir sekaligus cemas berjalan mendekati kakeknya dan langsung memeluknya.
“ alhamdulillah kakek baik-baik saja, tadi kakek ke mana saja tahu tidak dari tadi Aisya memcari kakek”.
“ kakek habis jalan-jalan tiba-tiba kakek tidak tahu jalan pulang”.
“ kakek ini kan Aisya sudah bilang kalua mau pergi ijin dulu sama mama atau Aisya supaya bisa ada yang temanin kakek keluar”.
“iya kakek lupa tadi”.
“ibu guru kok disini?”. Teriak naira yang baru masuk setelah bermain bersama Ridwan.
“ eh Niara ibu sedang menjemput kakek ibu soalnya kakek ibu bandel sering keluar tidak bilang-bilang, Naira sendiri  ngapain disini?”.
“ ini toko bukunya ayahnya Naira Bu”. Kata Naira sambil memeluk paha Malik.
“ oh ternyata anda ayahnya Naira, perkenalkan nama saya Aisya wali kelasnya Naira yang baru dan terima kasih atas bantua anda”. Kata Aisya sambil menangkupkan tangannya di dada.
“ akhirnya saya tidak di cuekin lagi, saya Malik ayahnya Naira dan sama-sama”. Canda Malik kepada guru anaknya.
“ maaf saya tidak bermasuk mengabaikan anda”.
“ haha iya saya cuma bercanda, silahkan duduk dulu”.Malik mempersilahkan  Aisya duduk.
“ iya Terma kasih”.
“ ini ada teh panas silakan diminum dulu untuk menhangatkan badan”.
“ iya Pak”
 Setelah lama berbincan-bincang dengan Aisya tentang keadaan Naira di sekolah  dan tentang penyakit kakek Abdullah akhirnya Aisya pulang bersama kakek Abdullah dan diikuti pula Malik yang segera pulang juga karena sebentar lagi magrib.
##############
“Tahun ini penjualan buku kita lebih rendah ari tahu n lalu ini disebabkan karena kurangnya minat baca, jadi tahun ini saya akan melakukan beberapa perubahan di toko buku ini dan saya juga telah memikirkannya dari dulu bagaiamana kalau toko buku ini kita gabung dengan kafe dan bagaimana menurut kalian berdua”.
“iya pak, menurut sata dengan menggabungkan toko buku dengan kafe itu merupakan ide yang sangat bagus, pengunjung dapat meminum kopi atau makan cemilan sambil membaca buku”.kata pak Anas
“ iya saya juga setuju dengan idak Pak Malik dan saya uga punya tanbahan bagaiman kalau kita juga menjual buku pelajaran untuk mahasiswa dan debagia juga di buka agar mahasiswa dapat meminjamnya apabila ingin mengerjakan tugasnya sambil mium kopi dan kita juga perlu menambahkan Wifi itu menurut saya”. Kata Ridwan menambahkan
“ oke kita pakai ide itu saja dan itu akan kita kerjakan di akhir tahun nanti sehinggah kita dapat memulai toko buku dan kafe itu di awal tahun nanti” kata malik dan setelah itu rapat singkat itu ditutup.
Setelah rapat Malik menunggalkan toko buku untuk menjemput naira di sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari tokoh buku . tak membutuhkan waktu banyak untuk pergi ke sekolah naira karena hanya berjarak 3 km dari tokoh buku yang berada di jalan Alauddin sedang SD Kompleks IKIP yang terletak di jalan raya pettarani depan kampus UNM, setelah sampai Malik lekas turun dari mobilnya menuju gerbang sekola dimana tempat biasanya  anak-anak dan Naira menunggu jemputan dan tak membutuhkan waktu lama diapun akirnya menemukan naira di antara kerumunan anak-anak yang menunggu jemputannya tapi Naira tampak bersama seorang wanita di tambah dengan raut muka anaknya itu membuat Malik bertanya-tanya dan segera menghampiri putrinya itu.
“ assalamualaikum Anak kesayangannya ayah kok cemberut begitu?”. Tanya Malik kepas anaknya.
 tadi Naira habis bertengkar dengan salah satu temannya yang mengejeknya tidak memiliki ibu”. Jelas wanita yang berdiri didekat  Naira yang ternya adalah Aisya.
“ iya Yah naira tadi di ejek tapi mereka sudah dimarahi sama  ibu Aisya dan mereka salah Naira punya ibu tapi di surga kata nenek”. Jelas Naira dengan polosnya.
“ terima Kasih Ibu Aisya telah membantu anak saya”.
“ iya sama-sama memang itu sudah jadi kewajiban saya “.
“ iya kalau begitu saya permisi dulu”. Pamit Malik Kepada Aisya.
############
            Setelah menjemput Naira Malik langsung menuju rumahnya yang berada di Kabupaten Gowa tepatnya di perumahan Safira Lestari.
  Malik merasa ada yang aneh setelah pertemuan keduanya dengan Aisya ia merasa ada yang aneh dengan dirinya jantungnya terus berdebar lebih kencang  saat ia bersama dengan wanita itu dan terus ingin mencuri pandang ke wajah wanita itu dan tentunya ia tahu kenapa dirinya begitu ia sadar saat itu bahwa ia telah jatuh cinta dengan Aisya dan hal inilah yang menyebabkan ia buru-buru pulang  saat menjemput Naira.
“Yah kok ibu disurga di kenapa tidak bersama kita saja disini” kata Naira memecah lamunan Malik.
“ Naira  ibu kamu kesurga untuk membuat istana untuk kita supaya klau kita ke surga nanti kita punya istana yang besar buat Naira”.
“Nak dalam hidup ini tidak smua selalu seperti keinginan kita contonya usia kalau bisa ayah ingin bersama ibumu melihatmu tumbuh dewasa menjadi seorang wanita cantik,lulus di universitas, mendapat pekerjaan,menikah dngan lelaki pilihan ayah dan akhirnya memiliki anak tapi tuhan lebih menyayngi ibumu daripada ayah tapi Nak kamu masih memiliki ayah yang akan melihatmu tumbu, nenek yang senang tiasa merawatmu,kak Ridwan yang selalu menemanimu bermain,pak Anas yang selalu memberimu roti dan tentunya kamu tahukan kalau kami semua amat menyangimu”
“ iya Yah,Naira sayang Ayah”.
########
Hari ini Malik menuju rumah mertuanya yang tidak jauh di rumahnya, ia memang sekali seminggu selalu mengungjungi mertuanya itu karena mertuanya tinggal bersama suadara istrinya dan mertuanya sudah ia anggap sebagai ibunya endiri karena orang tuanya telah lama meninggal.
‘Ma saya ingin membicarakan sesuatu”ucap Malik saat diruang keluarga kepada mertuanya itu.
“ bicaralah Nak”
“ Ma aku akan keintinya langsung, aku ingin meminta ijin ada seorang wanita yang akhir-akhir ini menarik perhatianku namanya Aisya dia adalah wali kelas anakku aku ingin melamarnya”. Ucap Malik.
“ Nak aku tau sudah terlalu lama kamu sendiri dan tentunya aku tak akan melarangmu untuk menikah karena aku tau kau masih muda dan memiki anak dan tentunya kamu butuh seseorang disisimu sebenarnya aku sudah lama menunggumu berkata begitu”.
“iya terima kasih ma”.
“ iya dan walaupun kamu sudah menikah nanti tetaplah datang mengunjungiku kamu bukan lagi ku anggap menanti tapi sudah kuanggap anakku sendiri”.
“iya”.
Setelah meminta ijin Malik langsung menuju rumah Aisya yang terletak di belakang kampus induk UNM tepatnya di jalan pendidikan dan tentunya ia datang setelah menghubungi Aisya memang hubungan mereka menjadi dekat setelah kejadian itu dan Malik yang merasa mulai menyukai Aisya langsung mengatakan kepada Aisya saat ia mengetahua kalau ia sedang jatuh cinta kepadanya dan Aisya hanya mengatakan kalau dirinya juga menyukai Malik dan itulah yang menjadi penyebab Malik melakukan lamaran itu atas permintaan Aisya karena takut akan dosa.
Lamaran berlangsung dengan lancar karena orang tua Aisya tidak terlalu memperdulikan status Malik yang duda beranak satu mereka percaya bahwa pilihan anak mereka adalah yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...