#TugasIndividu
ANALISIS
PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA
DALAM
NOVEL “CERITA CINTA ENRIKO”
(Karya
Ayu Utami)
A. PENDAHULUAN
Sastra
merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia
dan kehidupan sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8).
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan
sosial masyarakat karena pengarang merupakan bagian dari masyarakat (Wardani,
2009). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan hasil
pemikiran melalui wujud penggambaran pengalaman konkret manusia dalam bentuk
cerita yang cukup panjang (Yudiono, 1990).
Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini berkisah tentang kehidupan
yang berlatarkan kehidupan pemberontakan PRRI di belantara dan kampung pelosok
Sumatera Barat. Enrico yang masih bayi bersama kakaknya yang masih kecil harus
berhadapan dengan kerasnya hidup pada zaman pemberontakan.
Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini menarik untuk dianalisis
karena novel ini merupakan kisah Ayu Utami di dunia nyata bahan permenungan maupun sebagai
bahan referensi sejarah. Selain itu, Ayu Utami juga secara langsung menceritakan
kisah percintaan sosok Enrico yang dalam dunia nyata merupakan suaminya sendiri
dengan seorang perempuan yang bernama A, yang tak lain adalah Ayu Utami
sendiri.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
analisis ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pendekatan struktural yang
terdapat dalam novel Cerita Cinta Enrico karya
Ayu Utami, dan (2) kondisi kejiwaan tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ditinjau dari psikologi sastra.
3) mekanisme pertahan diri tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami.
Manfaat penelitian ini adalah bagi
peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan yakni lebih
mendalami unsur-unsur intrinsik novel khususnya watak tokoh utama ditinjau dari
sisi psikologisnya. Bagi pembaca khususnya peminat karya sastra, penelitian ini
diharapkan bisa menambah wawasan tentang unsur intrinsik novel sehingga bisa
lebih menikmati karya sastra yang berbentuk novel.
Pendekatan strukturalisme dapat
dipandang sebagai salah satu pendekatan (penelitian) kesusastraan yang
menekankan kajian hubungan antara unsur-unsur pembangun karya sastra yang
bersangkutan. Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji, mendefinisikan fungsi dan hubungan antarstruktur intrinsik.
Identifikasi dan deskripsi misalnya tema dan amanat, plot, tokoh, penokohan,
latar, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2007).
Tema adalah ide, gagasan, pandangan
hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. (Fananie, 2002).
Alur adalah urut-urutan yang tertentu
dalam penyajian berbagai peristiwa yang membangun dan sekaligus merupakan
tulang punggung bagi sebuah cerita rekaan. (Tarigan 1992).
Penokohan adalah penyajian watak tokoh
dan penciptaan citra tokoh (Panuti Sujiman, 1991:23).
Semi (1993) berpendapat bahwa latar atau
setting merupakan lingkungan terjadinya peristiwa, termasuk di dalamnya tempat
dan waktu dalam cerita. Artinya bahwa latar meliputi tempat terjadinya
peristiwa dan juga menunjuk pada waktunya. Jadi latar meliputi unsur waktu,
tempat dan lingkungan peristiwa terjadi.
Point of view dinyatakan sebagai sudut
pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan
dalam cerita itu (Waluyo, 2009: 37).
Psikologi sastra adalah telaah karya
sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah
suatu karya psikologis hal yang penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana
keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh
rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Minderop, 2010:54-55).
Psikologi dengan sastra, keduanya
terdapat yang cukup erat, keduanya sama-sama berobjekkan manusia. Psikologi
mempelajari tingkah laku dan jiwa manusia, sedangkan sastra berbicara tentang
kehidupan manusia. Karena memiliki persamaan objek, maka keduanya memungkinkan
untuk saling membantu. Kaitan psikologi dan sastra adalah bahwa psikologi
merupakan ilmu bantu yang sangat relevan, karena dari proses pemahaman karya
sastra dapat ditimba mengenai ajaran dan kaidah psikologi.
Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang
dimulai sekitar tahun 1990-an oleh Sigmun Freud. Teori psikoanalisis
berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu merupakan
bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk
psikologi manusia selama ini (dalam Minderop, 2010:11).
Dalam kajian psikologi sastra, akan
berusaha mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga
unsure kejiwaan, yaitu: id, ego, dan super ego. Ketiga sistem
kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas,
tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya.
Das Es atau
Id, merupakan aspek biologis dan sebagai lapisan kejiwaan yang paling
dasar. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, yaitu naluri-naluri
bawaan (seksual dan agresif), termasuk keinginan-keinginan yang direpresi. Id
berfungsi untuk mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya sesuai prinsip
kesenangan. Hanya ada dua kemungkinan bagi proses id yaitu berusaha
memuaskan keinginan atau menyerahkan kepada pengaruh ego.
Das Ich atau Ego, merupakan aspek
psikologi dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan untuk berhubungan
dengan dunia kenyataan (realita). Dalam perkembangannya tumbuhlah ego berkembang
yang perilakunya didasarkan atas prinsip kenyataan.
Sementara super ego berkembang
mengontol dorongan-dorongan ”buta” Id tersebut. Hal ini berarti ego (das
ich) merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu
kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan. Adapun super ego (das ueber ich) adalah sistem kepribadian
yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik
buruk) (Endraswara, 2008:101).
Das Ueber Ich atau
The Super ego, merupakan aspek psikologi kepribadian yang fungsi
pokoknya menentukan benar salahnya atau susila tidaknya sesuatu. Dengan
demikian, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. (Suryabrata,
2006 : 124-128).
Menurut
pandangan Freud, keinginan-keinginan yang saling bertentangan dari struktur
kepribadian menghasilkan anxitas. Anxitas mewaspadai ego untuk mengatasi
konflik melalui mekanisme pertahan diri (Minderop, 2010:32). Ada beberaa macam
mekanisme pertahanan diri, diantaranya: 1). Represi (Repression). Mekanisme dimana seseorang yang
memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang
tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar
dan ditekan ke dalam alam bawah sadar. 2).
Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial. 3). Proyeksi(Projection) adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. 4). Pengalihan (Displacement) adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. 5). Rasionalisasi (Rationalization) merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan masyarakat. 6). Reaksi formasi (Reaction Formation) mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.7). Regresi (Regression) keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. 8). Agresi dan Apatis. Agresi adalah ketegangan dan kegelisan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan, sedangkan apatis adalah bentuk lain dari frustasi, yaitu sikap apatis dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah. 9). Fantasi dan Stereotype. Fantasi adalah menghadapi masalah dengan masuk ke dunia khayal, solusi berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Sedangkan Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yakni memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus.
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial. 3). Proyeksi(Projection) adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. 4). Pengalihan (Displacement) adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. 5). Rasionalisasi (Rationalization) merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan masyarakat. 6). Reaksi formasi (Reaction Formation) mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.7). Regresi (Regression) keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. 8). Agresi dan Apatis. Agresi adalah ketegangan dan kegelisan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan, sedangkan apatis adalah bentuk lain dari frustasi, yaitu sikap apatis dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah. 9). Fantasi dan Stereotype. Fantasi adalah menghadapi masalah dengan masuk ke dunia khayal, solusi berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Sedangkan Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yakni memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus.
B.
METODE
PENELITIAN
Secara garis besar
penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok besar, yaitu (1) penelitian yang
bersifat menjelajah, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperdalam suatu
gejala tertentu, guna merumuskan secara lebih rinci, (2) penelitian yang
bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat
sifat sifat suatu individu, atau gejala yang terjadi atau yang nyata, (3) penelitian
yang bersifat menerangkan, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap gejala yang
telah diabstraksikan teori-teori lainnya (Jabrohim, 2012:42).
Metode analisis yang
digunakan untuk mengkaji novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu
Utami adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif artinya
data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak
berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel (Aminuddin,
1990:16).
Novel Cerita Cinta
Enrico karya Ayu Utami merupakan objek dari analisis ini. Data dalam
analisis novel ini berupa data yang berupa paragraf yang terdapat di dalam
novel Cerita Cinta Enrico. Sumber data dalam analisis ini adalah sumber
data primer yaitu teks novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami
terbitan PT Gramedia, tahun 2012, dan tebal 244 halaman dan data sekunder dalam
penelitian ini adalah tulis-tulisan atau artikel yang diperoleh dari internat
dan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, baca dan catat.
Teknik pustaka adalah teknik pengambilan data dari berbagai sumber, baik dari
novel itu sendiri maupun sumber lain yang berhubungan dengan novel yang akan
dianalisis. Teknik baca adalah teknik pemahaman terhadap isi dari novel
kemudian mencatat hal-hal penting dari novel. Teknik baca dan catat juga
termasuk dari teknik analisis data.
C.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Analisis Struktural dalam Novel Cerita
Cinta Enrico karya Ayu Utami
a.
Tema
Tema yang digunakan pada novel Cerita Cinta Enrico adalah cinta, cinta anak kepada ibu dan juga kekasihnya. Berikut kutipannya:
Tema yang digunakan pada novel Cerita Cinta Enrico adalah cinta, cinta anak kepada ibu dan juga kekasihnya. Berikut kutipannya:
“Aku akan merona ketika ibu memuji pekerjaanku. Hatiku
berdebar-debar manakala ia mengenakan pantovel itu di kakinya”. (hal 31)
“Dan aku
bangga bahwa kekasihku, ibuku, adalah makhluk istimewa. Aku memuja ibuku”.(hal
42)
“Yang
pertama kuingat adalah ibuku. Selalu ibu yang pertam kuingat. Akan
kupersembahkan sukun ibu”.(hal 45)
“di Kapel
Regina Pacis yang mungil manis, di kota Hujan Bogor Joakhim Prasetya Riksa
menikahi pengganti ibunya. Begitu juga Justina A menikahi pengganti ibunya”.
(hal 234)
b.
Plot/Alur
Dalam cerpen ini Ayu Utami memakai alur campuran, diawali
dengan tahap pengenalan diawal cerita kemudian ditengah-tengah cerita, tokoh
Enrico sempat mengingat kembali ke masa lampau dan membawa cerita kembali
kejaman-jaman dahulu. Lalu kembali lagi kecerita dimasa sekarang yaitu
perjalanan Enrico mencari kebebasan dan mencari cinta sejatinya. Berikut
kutipannya:
“BEGINILAH
KISAH hidupku dalam sejarah Indonesia. Aku lahir di hari dan kota yang sama
dengan pengumuman deklarasi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, yang
kelak dikenal sebagai Pemberontakan PRRI: Padang, 15 Februari 1958. (hal. 12)
“Ah,
marilah kita membayangkan masa yang
sebelumnya:
Ayahku
dan ibuku sedang mekar-mekarnya ketika Soekarno dan Hatta membacakan Proklamasi
Kemerdekaan. Dalam semangat kemerdekaan itu, dan dengan perhitungan bahwa
serdadu Jepang sudah kalah dalam Perang Dunia, ayahku ikut gerombolan pemuda
merebut senjata di sebuah gudang Jepang. (hal 63-64)
“Tapi,
sejak niatku masuk ITB bulat, aku tak tertarik lagi pada perempuan tujuan
hidupku Cuma satu: lepas dari SANG PEREMPUAN”. (hal 127)
“Di Kapel Regina Pacis yang mungil
manis, di kota Hujan Bogor Joakhim Prasetya Riksa menikahi pengganti ibunya.
Begitu juga Justina A menikahi pengganti ibunya”. (hal 234)
c.
Tokoh dan penokohan
o
Aku/Prasetya Riska (Enrico) adalah
tokoh utama dalam novel ini, sedangkan penokohan Enrico dalam novel ini pada
awalnya Enrico terlahir menjadi anak laki-laki yang rajin dan tangguh membantu orang
tua.Setelah dewasa Enrico menjadi seorang laki-laki playboy, keras kepala dan
mencintai serta meniduri banyak perempuan. Berikut adalah kutipannya:
“Setiap hari aku memompa air untuk
mengisis tangki air kami. Setiap pagi aku melepas bebek-bebek dan sorenya
mengandaangi mereka lagi”. (hal 93)
“katanya, si Rico anak tampan. Atau Rico anak
baik. Atau Rico anak berbakti….” (Hal 43)
“sejak itu aku terbiasa dengan tugas
baru yang kuterima di usia yujuh tahun ini. yaitu, mengosongkan pispot di
sungai dan membersihkannya dengan daun beluntas jika ayah sedang pergi kerja”.
(hal 73)
“Pada
akhirnya aku berpindah-pindah pelukan perempuan-perempuan yang menurutku seksi
dan sedang membutuhkan lelaki yang bukan bakal suami, ayau yang sedang jenuh dengan
suami mereka”. (hal 156)
o
Syrnie Masmirah adalah dia adalah
ibu dari Enrico, dalam novel ini Syrnie menjadi seorang yang sangat menyayangi
anak-anaknya, pintar, berpenampilan modis dan menarik. Berikut kutipannya:
“ ibuku bisa membaca bahasa Jerman dan
Inggris, bisa menunggang kuda, bermain polo, tenis, mengetik, mencatat dengan
steno, bermain akordeon, membaca Koran dan buku-buku tebal”.
“ ibuku adalah perempuan tercantik,
teranggun, dan termaju diseluruh duniaku-yang terbentang seluas tangsi militertempat
kami tinggal”. (hal 31)
“…….ia tampil sangat necis,
mengenakan rok bunga-bunga yang dilicinkan sebisa mungkin, dan pantovelnya yang
gagah berani”. (hal 28)
“
o
Muhammad Irsad ayah dari Enrico
adalah seorang bapak yang jujur, bijaksana, penyayang keluarga, bertanggung
jawab. Berikut kuipannya:
“ayah pergi ke kota besar mencari
pekerjaan. Tapi agaknya, sejauh ini hasilnya tidak menjanjikan, sementara uang
keluarga kami semakin tipis”. (hal 10)
“atasannya pun tahu, ia lebih jenis
lelaki jujur dari pada jenis lelaki berdarah perang, sekalipun Madura-tempat
kelahirannya-dianggap pulau beradatkan celurit”. (hal 17)
“tapi aku seorang prajurit,Syrnie.
Aku setia pada sumpahku. Aku bukan orang politisi”. (hal 18)
o
Tokoh A adalah pacar pun tahu, serta
istri dari Enrico. Merupakan pribadi perempuan yang dewasa, jujur, penghibur
serta pengertian. Berikut kutipannya:
“ A mengelus-ngelus kepalaku seperti
terhadap anak
tersayang, membuatku tenang”. (hal 185)
“….. A menyanyikannya sampai selesai
dan aku teringat malam-malam di sebuah tangsi militer yang kumuh, dimana suara
arkordeon mengudarakan lagu itu”. (hal 187)
“di dalam dirinya, ia bukan anak
kecil yang baik sebetulnya. Tapi ia orang dewasa yang baik”. (hal 224)
“di ditulah aku tahu bahwa Aini
perempuan baik hati. Tak sekalipun ia mempersoalkan itu. Ia bersikap seperti
tak ada masalah pada diriku dan semua ini wajar”. (hal 182)
o Selain tokoh utama yang ada diatas berikut ini adalah
tokoh-tokoh lain yang dalam novel Cerita Cinta Enrico (CCE) karya Ayu Utami yang
meliputi Sanda kakak perempuan Enrico yang mati pada waktu Enrico masih kecil,
Rah (bibi Genderuwo) adalah seorang baby seater yang merawat Enrico semasa
kecil, Letnan AD, Letkol Ahmad, Sastrodikoro saudara Syrnie, Presiden Soekarno,
Abdul Harris Nasution, Ahmad Husein, Dokter, Jururawat, Kolonel A. Yani, Letda
Laksamana, Lelaki, Saksi Yehuwa, Om Khaisar, Jhony Cash, Si dudu, Eppo, Putri
Opa, Untung, Tante Ola, Anak kelas 4, Anak Tangsi, Tante Inan, Tante Swan,
Maling, Polisi Militer, Kakek (Joyosaputro), Gandari, Kunti, Laksamana
Duryudana, Saleh Ibrahim Sarah Esau, Yakub, Hagar, Om Zaini, Jendral Soeharto,
Pak Lik Tek An, keponakan ibu, Cewek cantik, Rene Louis Conrad, Taruna Polisi,
W. S Rendra, Yati Oktavia, Harry, Sulistiarto, Patrick Urip, Si Mahasiswi,
Kurir foto fauna, Cewek seksi, Si badung, Cewek kedua dan ketiga, Huriah Adam,
Nina, Raja Salomo, Raja Daud, Nabi Natan, Firaun, Jaka Tarub, Bayi Monster,
Mikhail Gorbachev, Malaikat, orang tua A.
d.
Latar/setting
•
Latar tempat :
Ø
Hutan belantara: “inilah ingatan
pertamaku dalam hidup. Sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa
itu, teduh dan menjulang di hadapanku., dan satu-satunya yang kuraakan adalah
takjub” (hal 3)
Ø
Di rumah: “lalu ibuku mengunci
pintau, meninggalkan aku dan kakakku di dalam rumah”. (hal 9)
Ø
Di rumah sakit: “lalu, terjadilah
pemandangan yang mengerikan ini: Dokter
rumh sakit militer itu menyuruh suster menyediakan dua kuali”. (hal 21)
Ø
Di lapangan yang membatasi hutan: “
di lapangan yang sama dengan lapangan yang seharusnya menjadi titik dimana
ibuku dijemput, ya di lapangan di mana dulu istrinya menunjukkan kemenangannya,
disitulah ia harus menunjukkan kekalahan”. (hal 27)
Ø
Di kolam renang teratai: “ Aku dan
ibuku berdua saja ke Kolam Renang Teratai dari rumah kami di asrama militer
Beakang Tangsi”.(hal 37)
Ø
Di pantai Padang: “ konon Aku dan
Sanda sangat gembira ketika Ayah menaikkan kami ke boncengan sepedan Ayah
mengayuh sepeda itu ke pantai Padang di mana ada ada reruntuhan benteng Jepang
dan fosil di Malin Kundang”. (hal 49)
Ø
SMA Conforti: “ kami mendapat sebuah
ruang sore di SMA Conforti itu. Setelah jam sekolah selesai”. (hal 57)
Ø
Gereja: “ ia pergi mengunjungi
pastor gereja di sebelah tangsi kami, meminta rekomendasi untuk anaknya
belakjar di sekolah katolik terdekat”. (hal 58)
Ø
Bandar Bulat: “kami harus pergi ke
Bandar Bulat, yang jaraknya sekitar delapan kilometer. Kami berjalan kami
menuju mendaki bukit-bukit ke Bandar Bulat” (hal 84)
Ø
Kampus ITB:” aku kini mahasiswa ITB.
Demikian pula mendiang Rene Louis Conrad, yang namanya menjadi nama salah satu
gerbang kampusku”. (hal 131)
Ø
Teater Utan Kayu: “esoknya kami
bertemu di kedai TUK. Ia hendak menerangkan apa yang dia maksud sambil
menunjukkan sketsa-sketsanya kepadaku”. (hal 175)
• Latar waktu : jalannya cerita dalam novel ini terjadi pada
siang, pagi, sore malam hari, akan tetapi masih didominasi waktu pagi.
Ø
Malam: “ malam itu kami berempat
berkumpul lagi. Aku merasa sangat bahagia karena keluarga kami utuh”. (hal 10)
Ø
Pagi: “hari pertama itu, pagi-pagi,
setelah sarapan, kulihat ia berganti pakaian”. (hal 161)
Ø
Siang: “suatu siang aku
mencelik-celikkan burungku di kamar”. (hal 82)
Ø
Sore: “sore-sore, menjelang waktunya
wedangan, ia memakai lagi baju rapinya”. (hal 161)
•
Latar suasana :
Ø Menegangkan: “menit-menit semakin berlalu, semakiin
mendekati bahaya. Sebab pasokan zat asam ke tubuhku telah terputus sejak aku
lepas dari perut ibuku”. (hal 20-21)
Ø
Bahagia: “malam itu kami berempat
berkumpul lagi. Aku merasa sangat bahagia karena keluarga kami utuh”. (hal 10)
Ø Sedih : “ kakakku telah menyelamatkanku. Tapi luka
ketakutanku tak segera sembuh. Aku terisak-isak di antara reruntuhan panic dan
kuali. Kesedihan tak berperi”. (hal 8)
e.
Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel Cerita Cinta Enrico (CCE) karya Ayu Utami adalah Orang pertama sebagai pelaku utama. Berikut kutipannya:
Sudut pandang dalam novel Cerita Cinta Enrico (CCE) karya Ayu Utami adalah Orang pertama sebagai pelaku utama. Berikut kutipannya:
Ø
“ INILAH INGATAN pertamaku dalam
hidup. Sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa itu, teduh dan
menjulang di hadapanku., dan satu-satunya yang kuraakan adalah takjub” (hal 3)
2.
Analisis Psikologi watak tokoh utama
dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami
Aspek
psikologi sastra atau aspek kejiwaan tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico
karya Ayu Utami berpangkal dari aspek penokohan yang terdapat dalam analisis
struktural. Dalam hal ini, psikologi watak tokoh akan dia analisis melalui Struktur
kepribadian manusia menurut Freud terdiri atas tiga aspek, yaitu das es (id),
Das ich (ego) dan Das ueber ich (super ego). Pada bagian ini akan
diuraikan struktur kepribadian tokoh utama novel Cerita Cinta Enrico karya
Ayu Utami. Tokoh utama tersebut adalah tokoh Aku (Enrico).
a.
Id
· Seorang anak yang baru lahir sehari harus ikut bersama ayah
dan ibunya menempuh liku-liku hutan dan ngarai dengan berjalan kaki. Akhirnya
muncul insting lapar pada anak tersebut. Berikut kutipannya:
“Bayi lapar
yang dipeluknya di dada itu pun mengenyut dengan campuran marah dan frustasi”.
(hal 6)
· Karena mereka telah memiliki anak peremuan, timbul id pada
tokoh Muhammad Irsad dan Syrnie Masmirah untuk menginginkan anak laki-laki,
Berikut kutipannya:
“Mereka
mengharapkan anak lelaki, sebab mereka telah memiliki seorang putri”. (hal 13)
· Karena kecintaan Syrnie Masmirah kepada Enrico Caruso, maka
timbul id tokoh Syrnie untuk memiliki
anak lelaki yang mencintai dirinya dan juga ingin memberikan nama anaknya
dengan nama Enrico Caruso .Berikut kutipannya:
“Istrinya telah
menyiapkan nama untuk anak itu, yang ia tak setujui. Enrico. Dari Enrico
Caruso, penyanyi tenor Italia, yang sesungguhnya telah meninggal dunia lama
sebelum ibuku lahir”. (hal 13)
“Ibuku, Syrnie Masmirah, mendambakan anak lelaki yang
mencintai dirinya habis-habisan”. (hal 14)
· Karena ia begitu takjub akan keindahan dai lilin merah, maka
timbul id tokoh Enrico ingin pulang
secepatnya karena ia ingin merasakan lilin merah yang telah diberikan oleh
pendeta di gereja. Berikut kutipannya:
“Sebab satu-satunya keinginanku adalah pulang dan merasakan lilin
merah”. (hal 33)
· Karen rasa cinta dan bangga Enriko kepada ibunya, maka
timbul id tokoh Enrico selalu ingin
mendapatkan pujian dari ibunya. Berikut kutipannya:
“Sebentar lagi pipiku akan merona
ketika ibu mengelus rambutku dan mencium dahiku, tanda ia mengagumi
jerihpayahku”. (hal 36)
· Timbul id Enrico
dengan ibunya untuk pulang setelah berenang sampai sore hari. Namun mereka
bingung harus pulang dengan apa, karena ibunya tidak boleh naik kereta kuda.
Berikut kutipannya:
“ Tahu-tahu sudah sore. Sudah waktunya pulang”. (hal 38)
“ Tapi, kta ibu ia sedang tidak boleh naik kereta kuda
karena goncangannya terlalu besar”. (hal 38)
· Karena tokoh Enrico tidak mau lagi menjadi anak bawang, maka
timbul id tokoh Enrico untuk bergabung
di geng anak kolong. Berikut kutipannya:
“ Aku tak mau lagi jadi anak-bawang. Betapa ingin aku
menjadi bagian dari geng anak-kolong”. (hal 79)
· Karena khawatir melihat pergaulan anaknya bersama dengan
geng anak kolong. Id Ibu Enrico timbul
untuk mempunyai sebuah tempat tinggal yang bisa menjauhkan anaknya dari geng
anak kolong itu. Berikut kuipannya:
“ Ibu berdoa agar kami mendapatkan tempat tinggal dimana
Rico bisa memanjat pohon dan menikmati buahnya”. (hal 89)
· Muncul id tokoh Enrico
untuk melanjutkan pendidikannya di ITB,
sekaligus untuk terlepas dari ibunya. Berikut kutipannya:
“Aku mau belajar ke ITB, Pay”. (hal 122)
“Tapi, sejak niatku masuk ITB telah bulat, aku tak tertarik
lagi pada perempuan. Tujuan hidupku Cuma satu: lepas dari SANG PEREMPUAN.” (hal
127)
· Karena rasa rindu, timbul id tokoh Enrico ingin memeluk ayahnya. Berikut kutipannya:
“Betapa
rindu aku untuk memeluk ayahku erat-erat”. (hal 123)
· Timbul id pada
tokoh Enrico memiliki keinginan yang kuat untuk masuk di ITB dan tidak akan
pulang sebelum masuk ke ITB. Berikut kutipannya:
“ Aku harus lulus tes masuk ITB” (hal 127)
“Aku tidak akan pulang sebelum aku masuk ITB, Pay”, kataku
yang membuat ayahku sedih”. (hal 127)
· Karena sejak kecil ia telah diperkenalkan oleh ibunya sebuh
benda yang bernama kamera itu kemudian muncul id tokoh Enrico untuk menggeluti di bidang fotografer. Berikut
kutipannya:
“Diam-diam, itulah titik ketika aku berpikir untuk jadi
fotografer saja dn bukan insinyur pertambangan”. (hal 147)
·
Enrico sebetulnya sudah mencintai
seni sejak kecil, ketika dia diajarkan bermain arkedon oleh ibunya bahkan ia
pernah dikirim oleh ayahnya untuk kursus melukis dan sekarang oleh karena itu
timbul id tokoh Enrico untuk
mempunyai pacar seorang seniman. Berikut kutipannya:
“Aku
suka berkhayal punya pacar seorang seniman”. (hal 156)
· Ditengah keterpurukannya sebagai sebatang kara sejati,
tiba-tiba di suatu malam ia terbangun kemudian timbul id tokoh Enrico yaitu menginginkan seorang kekasih. Berikut kutipannya:
“Dalam nelangsa yang bagai tak tertahankan, aku merasa
menjadi orang kalah, dan tiba-tiba saja aku menginginkan hadirnya seorang
kekasih”. (hal 165)
· Timbul id tokoh Enrico
berkeinginan untuk menjadi anggota pramuka. Berikut kutipannya:
“kelompok mereka itu namanya Pramuka. Mereka mencari anggota
baru. Aku ingin bergabung tentu saja”.
(hal 191)
b.
Ego
· Id tokoh Enrico yang sedang lapar teralisasikan dengan memakan
puting susu ibunya. Berikut kutipannya:
“Air
susu ibuku tidak mengalir. Atau mungkin terlalu sedikit. Lebih sedikit dari
getah papaya”. (hal 6)
“
Barangkali karena hisapan itu, atau mungkin setelah giginya mulai tumbuh, bayi
itu akhirnya menelan seperempat putting susu payudara ibunya yang tak
mengalirkan susu sebanyak yang dituntutnya”. (hal 5)
· Id tokoh Syrnie Masmirah yang menginginkan anak laki-laki akhirnya
teralisasikan dengan hadirnya tokoh Enrico. Berikut kutipannya:
“ Ibu dan bayi selamat. Bayi laki-laki. Letda Irsad segera
bangkit dan melangkah leka-lekas dengan kaki-kaki kurusnya yang ia benci”. (hal
14-15)
· Id tokoh Enrico dan Syrnie yang ingin pulang ke rumahnya
terealisasikan dengan berhentinya mobil sedan dan ia menumpang di mobil itu.
Berikut kutipannya:
“ Selang beberapa saat, sebuah sedan menuju kea rah kami.
Ibuku melambai. Mobil itu berhenti. Ibu berkata bahwa ia dan aku sedang mencari
tumpangan pulang ke asrama Angkatan Darat. Apakah mobil itu menuju ke sana?
Bolehkah kami menumpang?
Lelaki itu mempersilahkan kami masuk dengan ramah”. (hal 38)
· Rasa kecintaan tokoh Enrico kepada ibunya teralisasikan
dengan menyemir pantovel ibunya. Berikut kutipannya:
“AKU KEMBALI menyemir pantovel ibu untuk kakinya yang tak
tertandingi”. (hal 35)
· Id tokoh Enrico untuk tidak lagi menjadi anak bawang
akhirnya teralisasikan dengan bergabungnya dengan anak geng kolong dan
mengikuti semua ujiannya. Berikut kutipannya:
“ Lalu mereka bilang bahwa aku harus memasukkan burungku ke
dalam pantat ayam dan menceritakan rasanya”. (hal 80)
“ Ujian kedua yang harus kutempuh adalah melalui terowongan
sempit dan gelap itu dari ujung dan keluar di uung yang lain”. (hal 83)
“ Kami harus ke Bandar Buat, yang jaraknya sekitar delapan
kilometer”. (hal 84)
· Id tokoh Syrnie akhirnya terpenuhi untuk mendapatkan tempat
tinggal baru karena suaminya tiba-tiba mendapatkan tempat tinggal di Pusat
Koperasi Angkatan Darat. Berikut kutipannya:
“Doanya terjawab. Ayahku tiba-tiba mendapatkan jabatan di
Pusat Koperasi Angkatan Darat. Pada usia kesepuluh. Kami pindah ke tempat
baru”. (hal 89)
· Id tokoh Enrico yang menginginkan melanjutkan studi di Banadung
teralisasikan ketika Enrico lulus di ITB. Berikut kutipannya:
“Aku
kini mahasiswa ITB”. (hal 131)
· Id tokoh Enrico Untuk mendapatkan tiket kebebasan ke
Bandung. Teralisasikan setelah ia memenuhi syarat yang diberikan oleh ibunya
Berikut kutipannya:
“Syarat pertama yang dimintanya telah kupenuhi: aku sudah
dibaptis”. (hal 127)
“Dalam dua tahun ini, aku harus patuh mengikuti dia
berhimpun”. (hal 127)
· Id tokoh Enrico Untuk serius menggeluti profesi barunya
sebagai fotografer, terealisasikan ketika ia rela menjual barang-barangnya
untuk membeli satu set kamera dan juga mulai berguru ke fotografer senior.
Berikut kutipannya:
“Kujual motor, sepeda, dan beberpa benda lain. Kubeli satu
set kamera”. (hal 148)
“Aku mulai berguru dari satu fotografer senior kepada yang
lain”. (148)
· Id tokoh Enrico untuk mempunya seorang kekasih terwujud
dengan hadirnya sosok A dalam hidupnya. Berikut kutipannya:
“ A hadir persis sebulan setelah aku menyadari kerinduanku,
seolah ia dikirim oleh siapapun yang mengetahui penderitaanku”. (hal 196)
·
Id tokoh Enrico
yang ingin terus bersama dengan tokoh teralisasikan ketika Akhirnya cinta
mereka berlabuh di pelaminan setelah tokoh A hadir sebagai super ego. Berikut
kutipannya:
“17 Agustus 2011. Di seluruh Indonesia berkibar
bendera merah putih. Di kapel Regina Pacis yang mungil dan manis, di kota hujan
Bogor, Joakhim Prasetya Riksa menikahi pengganti ibunya. Begitu juga Justina A
menikahi pengganti ibunya (Utami, 2012:234)
c.
Super Ego
· Letda Irsad hadir sebagai super ego ketika menolak nama
Enrico Caruso karena terlalu kebarat-baratan dan akhirnya
Syrnie Masmirah mengalah tapi harus Letda Irsad harus memenuhi satu syarat. Berikut kutipannya:
“Akhirnya Letda Irsad mengaku bahwa ia keberatan karena nama
itu terlalu kebarat-baratan (hal 14)
“ Ibu menerima dengan syarat ia tetap boleh memnggil anak
itu dengan nama Rico. Ayahku membuat nama bagiku, nama yang masuk akal dalam
lingkungan militer: Prasetya Riksa, dengan panggilan sayang Rico. Enrico”. (hal
14)
· Kurir pasukan Yani hadir sebagai super ego untuk membawa
berita kemanusiaan: agar Syrnie Masmirah beserta kedua anaknya tidak ikut dalam
perang sebab sangat berbahaya. Berikut kutipannya:
“ Beritanya adalah berita kemanusiaan: ada permintaan
keluarg Syrnie Masmirah, istri Letda Muhamma Irsad, agar Syrnie Masmirah dan
anak-anaknya yang masih kecil- ya, aku dan Sanda, kakak perempuanku yang tak
pernh terlalu sehat sejak lahir-kembali ke Pulau Jawa dan tidak dilibatkan
dalam perang ini”. (hal 23)
· Id tokoh Syrnie yang ingin ikut bersama suaminya dalam
bergerilya juga terhalang oleh suaminya, Irsad mengingatkan kepada istrinya
bahwa benar yang dikatakan oleh seorang kurir pasukan Yani, dia dan anaknya
semestinya tidak ikut dalam perang itu. Berikut kutipannya:
“ Irsad berkata kepada istrinya bahwa, barangkali benar,
anak-anak seharusnya tidak merasakan penderitaan ini. agaknya ia juga berkata,
lihat baru sebentar saja bayi kita sudah memakan seperempat putting susumu.
Bayangkan kalau kita bergerilya lebih lama lagi”. (hal 23-24)
· Saksi Yehuwa hadir dalam hidup ibu Enrico sebagai super ego untuk
membangkitkan kembali semangat dan bangkit dari keterpurukan akibat kematian
Sanda. Berikut kutipannya:
“ Entah bagaimana, seperti bisa membaca kegundahan Ibu yang
paling dalam, pemuda itu langsung berbicara mengenai kebangkitan. Ya,
kebangkitan orang mati. Padahal ibuku baru kematian anak. Aku tak taku persis
apa yang diakatakannya, tetapi sejak itu ibuku melihat sebuah Dunia Baru,
kelak, yang terletak di dunia ini juga, di mana putrinya kembali ke
pelukannya”. (hal 52)
· Muncul super ego pada diri Enrico ketika ia sudah tidak
sanggup lagi menjalani ujian keduanya yang akan membahayakan dirinya sendiri. Berikut
kutipannya:
“ Ku putuskan untuk mundur. Aku merangkak atret. Cahaya di
belakang mulai terlihat. Aku lega”. (hal 84)
· Id tokoh Enrico untuk memeluk ayahnya karena rasa rindunya berubah
menjadi super ego karena ia tidak ingin mempertahankan kegagahannya sebagai
lelaki. Berikut kutipannya:
“ Keinginaku untuk tampak gagah dan
dewasa menahanku”. (hal 123)
· Hadirnya ibu Enriko sebagai super ego yang tidak setuju
kalau Enrico ke Bandung. Berikut kutipannya:
“Tapi kami
sama-sama tahu bahwa ibuku memberi satu syarat untuk ia merestui kepergianku ke
Jawa. Aku harus dibaptis sebagai saksi Yehuwa. Jika tidak, Ibu tidak akan
member restunya”. (hal 122)
· Id tokoh Enrico untuk mempunyai pacar seorang seniman terhalang
oleh super egonya bahwa ia tidak akan pernah jadi suami. Berikut kutipannya:
“sayangnya, aku tidak pernah ingin menjadi suami. Jadi, aku
tak bisa menimbang bibit-bebet-bobot cewek yang kuincar”. (hal 156)
· Id tokoh Enrico untuk menjadi bagian dari anggota pramuka
tidak terwujud
dengan hadirnya tokoh ibunya sebagai
super ego yang berhasil menghubungi kelompok pramuka untuk menolak Enrico.
Berikut kutipannya:
“Dan di pemuda menolah padaku lalu berkata bahwa aku tidak
boleh ikut karena aku tidak cukup sehat. Segera kutahu, semua ini adalah
rencana ibuku. Semua orang bersekongkol dengan ibu untuk membikin kakiku
semakin kecil”. (hal 191)
·
A hadir sebagai super ego dengan
memberikan impuls kepada tokoh bahwa perkawinan dalam kitab kanonik tidak
berlaku hukum patriarki bahwa laki-lakilah yang menjadi kepala keluarga atau
pimpinan keluarga. Berikut kutipannya:
“Memang. Tapi aku ternyata baru tahu bahwa dalam hukum
perkawinan Katolik tidak ada itu ayat yang suami menjadi suami yang menjadi
kepala keluarga atau atau pimpinan keluarga. Aku baru beli kitab Kanoniknya
kemarin. Di sana hanya ditulis bahwa
perkawinan adalah perikatan di antara lelaki dan perempuan dengan
perjanjian yang tidak dapat ditarik kembali. Kedunya mendapatkan tanggung jawab
yang sama. Titik. Bentuk tanggung jawabnya langsung silakan putuskan
sendiri-sendiri berdasarkan talenta masing-masing” (hal 231)
3. Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Utama dalam Novel
Cerita Cinta Enrico
v Represi (Repression)
“Aku juga tidak terlalu mengerti. Ada yang aneh.
Samar-samar aku tahu aku pernah punya kakak perempuan bernama Sanda. Tapi
sekarang aku adalah anak tunggal. Aku tidak bisa mengaitkan apa yang terjadi di
antara dua hal itu”. (hal 40)
“Aku sendiri tidak pernah ingat peristiwa itu.
Bagaimana ia terhapus dari memoriku, aku tak tahu. Sungguh, sebelum libur dan
pesta natal dulu itu, rasanya aku lupa bahwa ia pernah ada”. (hal 47)
Kutipan di atas merupakan mekanisme pertahanan represi
karena impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan
mengganggu kebutuhan tokoh Enrico, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke
dalam alam bawah sadar, hal itulah yang menyebabkan tokoh Enrico tidak
menyadari impuls yang menyebabkan anxitas serta tidak mengingat pengalaman
emosional dan traumatic di masa lalu.
v Sublimasi (Sublimation):
tidak terdapat mekanisme pertahanan sublimasi dalam novel Cerita Cinta Enrico.
v Proyeksi (Projection)
“Aku mengaku. Tapi aku tidak mengaku bahwa aku ikut
mencungkil ubin marmer itu. Teman-teman di tangsi ini, yang biasa disebut
sebagai anak-kolong, memaksa aku meminjami pahat itu. Nerekalah yang
melakukannya. Aku hanya meminjami”. (hal 77)
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan proyeksi
karena tokoh Enrico melindungi dirinya dari tuduhan ayahnya bahwa ia yang
mencungkil ubin marmer itu dengan menyalahkan sepenuhnya pada anak kolong,
padahal ia juga terlibat di dalam pencungkilan ubin marmer itu.
v Pengalihan (Displacement): tidak terdapat meknisme pertahanan Pengalihan dalam
novel Cerita Cinta Enrico.
v Rasionalisasi (Rationalization)
“Aku juga tahu bahwa setiap kali kami berjalan kaki,
kami menghemat ongkos bendi. Aku tahu menabung adakah hal yang baik”. (hal 44)
“Tidak usah naik bendi, Pay! Kita jalan kaki saja!
Lebih hemat….dan gagah!”. (hal 44)
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan
rasionalisasi karena tokoh Enrico menolak untuk tidak naik bendi dengan alasan
yang masuk akal dan dapat diterima oleh dirinya sendiri, ayah dan ibunya yakni
dengan alasan hemat dan gagah.
v Reaksi Formasi (Reaction Formation)
“Syarat pertama yang dimintanya telah kupenuhi: aku
sudah dibaptis. Pembaptisan itu bagiku adalah titik di mana aku tak mau lagi
percaya pada Tuhan. Persetan dengan Tuhan. Agama telah merusak ibuku” (hal127)
“Apapun itu, masih ada dua tahun sebelum aku bisa
betul-betul bebas. Dalam dua tahun itu, aku harus patuh mengikuti dia
berhimpun. Aku pun berhimpun dengan lidah kelu”.
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan reaksi
formasi karena tokoh Enrico terpaksa dan berpura-pura baik di depan ibunya
dalam melaksanakan syarat yakni melakukan pembaptisan dan ikut berhimpun,
meskipun ia tak rela.
v Agresi: tidak terdapat mekanisme
pertahanan agresi dalam novel Cerita Cinta Enrico.
v Apatis
“Aku sesungguhnya
frustasi. Aku marah oleh hal-hal yang tak bisa kupahami. Aku sebetulnya
menginginkan pujian ibuku, tapi yang kubuat justru hal-hal yang dibencinya.
Ibu, Ibu tidak mengerti! Ibu tidak tahu dunia anak laki! Kami tidak seperti
anak perempuan, Ibu!......”.(hal 78)
Kutipan
di atas termasuk mekanisme pertahanan apatis karena tokoh Enrico mengalami
frustasi akibat perkataan ibunya, dalam hal ini tokoh Enrico tidak melawan dan
seakan-akan pasrah dengan kata-kata ibunya yang sangat menusuk hatinya
v Fantasi
“kini saatnya aku menggunakan dia dalam fantasiku”.
(hal180)
“A mengisi fantasku sepanjang malam-malam berikutnya.
Dan semakin sering aku bertemu dia, semakin aku senang padanya. Pada suatu
titik, aku juga tahu ia juga senang padaku “. (hal 180)
“Aku sudah mengidam-idamkan A selam dua tahun. Dan
selama sebulan ini ia menjadi fantasiku setiap hari, setiap malam dalam
permainan beringas maupun lembut.
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan fantasi
karena tokoh Enrico melibatkan fantasi atau dunia khayalnya dalam
merealisasikan idnya yakni menginginkan pacar seorang seniman yang selama ini
menjadi anxitas ketika belum menemukan sosok A dalam hidupnya.
v Stereotype:
tidak terdapat
mekanisme pertahanan Stereotype dalam novel Cerita Cinta Enrico.
D. SIMPULAN
DAN SARAN
Pertama, dari
segi struktural yang meliputi unsur-unsur intrinsik dalam novel Cerita Cinta
Enrico terbagi ke beberapa komponen, yaitu tema, penokohan,
setting, alur, dan sudut pandang. Adapun tokoh utama dalam novel Cerita
Cinta Enrico, di antaranya adalah “Aku” atau “Enrico”.
Kedua, dari aspek
psikologi sastra, novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini
mengungkapkan tentang dinamika dan proses kejiwaan tokoh-tokoh yang juga
dipengaruhi oleh faktor masa lalu. Analisis penokohan dalam novel dapat
diperoleh gambaran mengenai proses kejiwaan dari masing-masing tokoh yang
dipengaruhi faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Melalui analisis
penokohan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, proses kejiwaan tokoh
dari masing-masing tokoh dapat dipahami dan dapat memberikan efek realistis
dalam karya ini. Psikologi sastra novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami mampu
memberikan gambaran perwatakan pada masing-masing tokohnya. Proses kejiwaan
tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pendalaman teori Sigmund Freud (id,
ego, dan super ego) yang dapat menggambarkan suasana dan perasaan
hati para tokoh. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pengarang dalam melukiskan
perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya.
Ketiga,
Dari
struktur kepribadian dan dinamika kepribadian yang telah tergambar dalam novel Cerita Cinta Enrico, maka dapat muncul
mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico yang ditujukan untuk
mengatasi kecemasan-kecemasan yang timbul ketika ego menahan keinginan mencapai
kenikmatan id.
Hasil analisis novel Cerita Cinta Enrico
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, agar dapat mengambil hikmah yang
terdapat dalam novel. Penelitian ini diharapkan dimanfaatkan sebagai alternatif
bahan pengajaran teori dan apresisasi sastra, yaitu: membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan
menunjang pembentukan watak anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Marsanti , PE; Suyitno, dan
Wardani, EN. 2012 Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia: Jakarta
Utami, Ayu. 2012. Cerita Cinta Enrico. Gramedia: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar