Kamis, 08 Juni 2017

DEWI JAFAR


#TugasIndividu

ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL “CERITA CINTA ENRIKO”
(Karya Ayu Utami)
 


A.    PENDAHULUAN
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupan sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8).
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan sosial masyarakat karena pengarang merupakan bagian dari masyarakat (Wardani, 2009). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan hasil pemikiran melalui wujud penggambaran pengalaman konkret manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang (Yudiono, 1990).
Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini berkisah tentang kehidupan yang berlatarkan kehidupan pemberontakan PRRI di belantara dan kampung pelosok Sumatera Barat. Enrico yang masih bayi bersama kakaknya yang masih kecil harus berhadapan dengan kerasnya hidup pada zaman pemberontakan.
Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini menarik untuk dianalisis karena novel ini merupakan kisah Ayu Utami di dunia nyata bahan permenungan maupun sebagai bahan referensi sejarah. Selain itu, Ayu Utami juga secara langsung menceritakan kisah percintaan sosok Enrico yang dalam dunia nyata merupakan suaminya sendiri dengan seorang perempuan yang bernama A, yang tak lain adalah Ayu Utami sendiri.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pendekatan struktural yang terdapat dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami, dan (2) kondisi kejiwaan tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ditinjau dari psikologi sastra. 3) mekanisme pertahan diri tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami.
Manfaat penelitian ini adalah bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan yakni lebih mendalami unsur-unsur intrinsik novel khususnya watak tokoh utama ditinjau dari sisi psikologisnya. Bagi pembaca khususnya peminat karya sastra, penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan tentang unsur intrinsik novel sehingga bisa lebih menikmati karya sastra yang berbentuk novel.
Pendekatan strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan (penelitian) kesusastraan yang menekankan kajian hubungan antara unsur-unsur pembangun karya sastra yang bersangkutan. Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendefinisikan fungsi dan hubungan antarstruktur intrinsik. Identifikasi dan deskripsi misalnya tema dan amanat, plot, tokoh, penokohan, latar, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2007).
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. (Fananie, 2002).
Alur adalah urut-urutan yang tertentu dalam penyajian berbagai peristiwa yang membangun dan sekaligus merupakan tulang punggung bagi sebuah cerita rekaan. (Tarigan 1992).
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Panuti Sujiman, 1991:23).
Semi (1993) berpendapat bahwa latar atau setting merupakan lingkungan terjadinya peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita. Artinya bahwa latar meliputi tempat terjadinya peristiwa dan juga menunjuk pada waktunya. Jadi latar meliputi unsur waktu, tempat dan lingkungan peristiwa terjadi.
Point of view dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita itu (Waluyo, 2009: 37).
Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal yang penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Minderop, 2010:54-55).
Psikologi dengan sastra, keduanya terdapat yang cukup erat, keduanya sama-sama berobjekkan manusia. Psikologi mempelajari tingkah laku dan jiwa manusia, sedangkan sastra berbicara tentang kehidupan manusia. Karena memiliki persamaan objek, maka keduanya memungkinkan untuk saling membantu. Kaitan psikologi dan sastra adalah bahwa psikologi merupakan ilmu bantu yang sangat relevan, karena dari proses pemahaman karya sastra dapat ditimba mengenai ajaran dan kaidah psikologi.
Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1990-an oleh Sigmun Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Ilmu merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini (dalam Minderop, 2010:11).
Dalam kajian psikologi sastra, akan berusaha mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsure kejiwaan, yaitu: id, ego, dan super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya.
Das Es atau Id, merupakan aspek biologis dan sebagai lapisan kejiwaan yang paling dasar. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, yaitu naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif), termasuk keinginan-keinginan yang direpresi. Id berfungsi untuk mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya sesuai prinsip kesenangan. Hanya ada dua kemungkinan bagi proses id yaitu berusaha memuaskan keinginan atau menyerahkan kepada pengaruh ego.
Das Ich atau Ego, merupakan aspek psikologi dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan untuk berhubungan dengan dunia kenyataan (realita). Dalam perkembangannya tumbuhlah ego berkembang yang perilakunya didasarkan atas prinsip kenyataan.
Sementara super ego berkembang mengontol dorongan-dorongan ”buta” Id tersebut. Hal ini berarti ego (das ich) merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Adapun super ego (das ueber ich) adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk) (Endraswara, 2008:101).
Das Ueber Ich atau The Super ego, merupakan aspek psikologi kepribadian yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau susila tidaknya sesuatu. Dengan demikian, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. (Suryabrata, 2006 : 124-128).
Menurut pandangan Freud, keinginan-keinginan yang saling bertentangan dari struktur kepribadian menghasilkan anxitas. Anxitas mewaspadai ego untuk mengatasi konflik melalui mekanisme pertahan diri (Minderop, 2010:32). Ada beberaa macam mekanisme pertahanan diri, diantaranya: 1). Represi (Repression). Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar. 2). Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial. 3). Proyeksi(Projection) adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. 4). Pengalihan (Displacement) adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. 5). Rasionalisasi (Rationalization) merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan masyarakat. 6). Reaksi formasi (Reaction Formation) mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.7).
Regresi (Regression) keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. 8). Agresi dan Apatis. Agresi adalah ketegangan dan kegelisan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan, sedangkan apatis adalah bentuk lain dari frustasi, yaitu sikap apatis dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah. 9). Fantasi dan Stereotype. Fantasi adalah menghadapi masalah dengan masuk ke dunia khayal, solusi berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Sedangkan Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yakni memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus.


B.     METODE PENELITIAN
Secara garis besar penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok besar, yaitu (1) penelitian yang bersifat menjelajah, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperdalam suatu gejala tertentu, guna merumuskan secara lebih rinci, (2) penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat sifat suatu individu, atau gejala yang terjadi atau yang nyata, (3) penelitian yang bersifat menerangkan, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap gejala yang telah diabstraksikan teori-teori lainnya (Jabrohim, 2012:42).
Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel (Aminuddin, 1990:16).
Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami merupakan objek dari analisis ini. Data dalam analisis novel ini berupa data yang berupa paragraf yang terdapat di dalam novel Cerita Cinta Enrico. Sumber data dalam analisis ini adalah sumber data primer yaitu teks novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami terbitan PT Gramedia, tahun 2012, dan tebal 244 halaman dan data sekunder dalam penelitian ini adalah tulis-tulisan atau artikel yang diperoleh dari internat dan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, baca dan catat. Teknik pustaka adalah teknik pengambilan data dari berbagai sumber, baik dari novel itu sendiri maupun sumber lain yang berhubungan dengan novel yang akan dianalisis. Teknik baca adalah teknik pemahaman terhadap isi dari novel kemudian mencatat hal-hal penting dari novel. Teknik baca dan catat juga termasuk dari teknik analisis data.

C.     HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Analisis Struktural dalam Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami
a.       Tema
Tema yang digunakan pada novel Cerita Cinta Enrico adalah cinta, cinta anak kepada             ibu dan juga kekasihnya. Berikut kutipannya:

“Aku akan merona ketika ibu memuji pekerjaanku. Hatiku berdebar-debar manakala ia mengenakan pantovel itu di kakinya”. (hal 31)
“Dan aku bangga bahwa kekasihku, ibuku, adalah makhluk istimewa. Aku memuja ibuku”.(hal 42)
“Yang pertama kuingat adalah ibuku. Selalu ibu yang pertam kuingat. Akan kupersembahkan sukun ibu”.(hal 45)
“di Kapel Regina Pacis yang mungil manis, di kota Hujan Bogor Joakhim Prasetya Riksa menikahi pengganti ibunya. Begitu juga Justina A menikahi pengganti ibunya”. (hal 234)

b.      Plot/Alur
Dalam cerpen ini Ayu Utami memakai alur campuran, diawali dengan tahap pengenalan diawal cerita kemudian ditengah-tengah cerita, tokoh Enrico sempat mengingat kembali ke masa lampau dan membawa cerita kembali kejaman-jaman dahulu. Lalu kembali lagi kecerita dimasa sekarang yaitu perjalanan Enrico mencari kebebasan dan mencari cinta sejatinya. Berikut kutipannya:

“BEGINILAH KISAH hidupku dalam sejarah Indonesia. Aku lahir di hari dan kota yang sama dengan pengumuman deklarasi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, yang kelak dikenal sebagai Pemberontakan PRRI: Padang, 15 Februari 1958. (hal. 12)
“Ah, marilah kita membayangkan  masa yang sebelumnya:
Ayahku dan ibuku sedang mekar-mekarnya ketika Soekarno dan Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan. Dalam semangat kemerdekaan itu, dan dengan perhitungan bahwa serdadu Jepang sudah kalah dalam Perang Dunia, ayahku ikut gerombolan pemuda merebut senjata di sebuah gudang Jepang. (hal 63-64)
“Tapi, sejak niatku masuk ITB bulat, aku tak tertarik lagi pada perempuan tujuan hidupku Cuma satu: lepas dari SANG PEREMPUAN”. (hal 127)
“Di Kapel Regina Pacis yang mungil manis, di kota Hujan Bogor Joakhim Prasetya Riksa menikahi pengganti ibunya. Begitu juga Justina A menikahi pengganti ibunya”. (hal 234)

c.       Tokoh dan penokohan
o   Aku/Prasetya Riska (Enrico) adalah tokoh utama dalam novel ini, sedangkan penokohan Enrico dalam novel ini pada awalnya Enrico terlahir menjadi anak laki-laki yang rajin dan tangguh membantu orang tua.Setelah dewasa Enrico menjadi seorang laki-laki playboy, keras kepala dan mencintai serta meniduri banyak perempuan. Berikut adalah kutipannya:

“Setiap hari aku memompa air untuk mengisis tangki air kami. Setiap pagi aku melepas bebek-bebek dan sorenya mengandaangi mereka lagi”. (hal 93)
 “katanya, si Rico anak tampan. Atau Rico anak baik. Atau Rico anak berbakti….” (Hal 43)
“sejak itu aku terbiasa dengan tugas baru yang kuterima di usia yujuh tahun ini. yaitu, mengosongkan pispot di sungai dan membersihkannya dengan daun beluntas jika ayah sedang pergi kerja”. (hal 73)
“Pada akhirnya aku berpindah-pindah pelukan perempuan-perempuan yang menurutku seksi dan sedang membutuhkan lelaki yang bukan bakal suami, ayau yang sedang jenuh dengan suami mereka”. (hal 156)

o   Syrnie Masmirah adalah dia adalah ibu dari Enrico, dalam novel ini Syrnie menjadi seorang yang sangat menyayangi anak-anaknya, pintar, berpenampilan modis dan menarik. Berikut kutipannya:

“ ibuku bisa membaca bahasa Jerman dan Inggris, bisa menunggang kuda, bermain polo, tenis, mengetik, mencatat dengan steno, bermain akordeon, membaca Koran dan buku-buku tebal”.
“ ibuku adalah perempuan tercantik, teranggun, dan termaju diseluruh duniaku-yang terbentang seluas tangsi militertempat kami tinggal”. (hal 31)
“…….ia tampil sangat necis, mengenakan rok bunga-bunga yang dilicinkan sebisa mungkin, dan pantovelnya yang gagah berani”. (hal 28)
o   Muhammad Irsad ayah dari Enrico adalah seorang bapak yang jujur, bijaksana, penyayang keluarga, bertanggung jawab. Berikut kuipannya:

“ayah pergi ke kota besar mencari pekerjaan. Tapi agaknya, sejauh ini hasilnya tidak menjanjikan, sementara uang keluarga kami semakin tipis”. (hal 10)
“atasannya pun tahu, ia lebih jenis lelaki jujur dari pada jenis lelaki berdarah perang, sekalipun Madura-tempat kelahirannya-dianggap pulau beradatkan celurit”. (hal 17)
“tapi aku seorang prajurit,Syrnie. Aku setia pada sumpahku. Aku bukan orang politisi”. (hal 18)
 
o   Tokoh A adalah pacar pun tahu, serta istri dari Enrico. Merupakan pribadi perempuan yang dewasa, jujur, penghibur serta pengertian. Berikut kutipannya:

“ A mengelus-ngelus kepalaku seperti terhadap anak tersayang, membuatku tenang”. (hal 185)
“….. A menyanyikannya sampai selesai dan aku teringat malam-malam di sebuah tangsi militer yang kumuh, dimana suara arkordeon mengudarakan lagu itu”. (hal 187)
“di dalam dirinya, ia bukan anak kecil yang baik sebetulnya. Tapi ia orang dewasa yang baik”. (hal 224)
“di ditulah aku tahu bahwa Aini perempuan baik hati. Tak sekalipun ia mempersoalkan itu. Ia bersikap seperti tak ada masalah pada diriku dan semua ini wajar”. (hal 182)

o   Selain tokoh utama yang ada diatas berikut ini adalah tokoh-tokoh lain yang dalam novel Cerita Cinta Enrico (CCE) karya Ayu Utami yang meliputi Sanda kakak perempuan Enrico yang mati pada waktu Enrico masih kecil, Rah (bibi Genderuwo) adalah seorang baby seater yang merawat Enrico semasa kecil, Letnan AD, Letkol Ahmad, Sastrodikoro saudara Syrnie, Presiden Soekarno, Abdul Harris Nasution, Ahmad Husein, Dokter, Jururawat, Kolonel A. Yani, Letda Laksamana, Lelaki, Saksi Yehuwa, Om Khaisar, Jhony Cash, Si dudu, Eppo, Putri Opa, Untung, Tante Ola, Anak kelas 4, Anak Tangsi, Tante Inan, Tante Swan, Maling, Polisi Militer, Kakek (Joyosaputro), Gandari, Kunti, Laksamana Duryudana, Saleh Ibrahim Sarah Esau, Yakub, Hagar, Om Zaini, Jendral Soeharto, Pak Lik Tek An, keponakan ibu, Cewek cantik, Rene Louis Conrad, Taruna Polisi, W. S Rendra, Yati Oktavia, Harry, Sulistiarto, Patrick Urip, Si Mahasiswi, Kurir foto fauna, Cewek seksi, Si badung, Cewek kedua dan ketiga, Huriah Adam, Nina, Raja Salomo, Raja Daud, Nabi Natan, Firaun, Jaka Tarub, Bayi Monster, Mikhail Gorbachev, Malaikat, orang tua A.

d.      Latar/setting
• Latar tempat   :  
Ø  Hutan belantara: “inilah ingatan pertamaku dalam hidup. Sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa itu, teduh dan menjulang di hadapanku., dan satu-satunya yang kuraakan adalah takjub” (hal 3)
Ø  Di rumah: “lalu ibuku mengunci pintau, meninggalkan aku dan kakakku di dalam rumah”. (hal 9)
Ø  Di rumah sakit: “lalu, terjadilah pemandangan yang mengerikan  ini: Dokter rumh sakit militer itu menyuruh suster menyediakan dua kuali”. (hal 21)
Ø  Di lapangan yang membatasi hutan: “ di lapangan yang sama dengan lapangan yang seharusnya menjadi titik dimana ibuku dijemput, ya di lapangan di mana dulu istrinya menunjukkan kemenangannya, disitulah ia harus menunjukkan kekalahan”. (hal 27)
Ø  Di kolam renang teratai: “ Aku dan ibuku berdua saja ke Kolam Renang Teratai dari rumah kami di asrama militer Beakang Tangsi”.(hal 37)
Ø  Di pantai Padang: “ konon Aku dan Sanda sangat gembira ketika Ayah menaikkan kami ke boncengan sepedan Ayah mengayuh sepeda itu ke pantai Padang di mana ada ada reruntuhan benteng Jepang dan fosil di Malin Kundang”. (hal 49)
Ø  SMA Conforti: “ kami mendapat sebuah ruang sore di SMA Conforti itu. Setelah jam sekolah selesai”. (hal 57)
Ø  Gereja: “ ia pergi mengunjungi pastor gereja di sebelah tangsi kami, meminta rekomendasi untuk anaknya belakjar di sekolah katolik terdekat”. (hal 58)
Ø  Bandar Bulat: “kami harus pergi ke Bandar Bulat, yang jaraknya sekitar delapan kilometer. Kami berjalan kami menuju mendaki bukit-bukit ke Bandar Bulat” (hal 84)
Ø  Kampus ITB:” aku kini mahasiswa ITB. Demikian pula mendiang Rene Louis Conrad, yang namanya menjadi nama salah satu gerbang kampusku”. (hal 131)
Ø  Teater Utan Kayu: “esoknya kami bertemu di kedai TUK. Ia hendak menerangkan apa yang dia maksud sambil menunjukkan sketsa-sketsanya kepadaku”. (hal 175)

• Latar waktu : jalannya cerita dalam novel ini terjadi pada siang, pagi, sore malam hari, akan tetapi masih didominasi waktu pagi.
Ø  Malam: “ malam itu kami berempat berkumpul lagi. Aku merasa sangat bahagia karena keluarga kami utuh”. (hal 10)
Ø  Pagi: “hari pertama itu, pagi-pagi, setelah sarapan, kulihat ia berganti pakaian”. (hal 161)
Ø  Siang: “suatu siang aku mencelik-celikkan burungku di kamar”. (hal 82)
Ø  Sore: “sore-sore, menjelang waktunya wedangan, ia memakai lagi baju rapinya”. (hal 161)

• Latar suasana  :
Ø  Menegangkan: “menit-menit semakin berlalu, semakiin mendekati bahaya. Sebab pasokan zat asam ke tubuhku telah terputus sejak aku lepas dari perut ibuku”. (hal 20-21)
Ø  Bahagia: “malam itu kami berempat berkumpul lagi. Aku merasa sangat bahagia karena keluarga kami utuh”. (hal 10)
Ø  Sedih : “ kakakku telah menyelamatkanku. Tapi luka ketakutanku tak segera sembuh. Aku terisak-isak di antara reruntuhan panic dan kuali. Kesedihan tak berperi”. (hal 8)

e.       Sudut pandang
      Sudut pandang dalam novel Cerita Cinta Enrico (CCE) karya Ayu Utami adalah         Orang pertama sebagai pelaku utama. Berikut kutipannya:
Ø  “ INILAH INGATAN pertamaku dalam hidup. Sebuah pohon maha besar. Aku memandang pohon raksasa itu, teduh dan menjulang di hadapanku., dan satu-satunya yang kuraakan adalah takjub” (hal 3)


2.      Analisis Psikologi watak tokoh utama dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami
            Aspek psikologi sastra atau aspek kejiwaan tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami berpangkal dari aspek penokohan yang terdapat dalam analisis struktural. Dalam hal ini, psikologi watak tokoh akan dia analisis melalui Struktur kepribadian manusia menurut Freud terdiri atas tiga aspek, yaitu das es (id), Das ich (ego) dan Das ueber ich (super ego). Pada bagian ini akan diuraikan struktur kepribadian tokoh utama novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami. Tokoh utama tersebut adalah tokoh Aku (Enrico).

a.      Id

·      Seorang anak yang baru lahir sehari harus ikut bersama ayah dan ibunya menempuh liku-liku hutan dan ngarai dengan berjalan kaki. Akhirnya muncul insting lapar pada anak tersebut. Berikut kutipannya:
           “Bayi lapar yang dipeluknya di dada itu pun mengenyut dengan campuran marah dan frustasi”. (hal 6)

·      Karena mereka telah memiliki anak peremuan, timbul id pada tokoh Muhammad Irsad dan Syrnie Masmirah untuk menginginkan anak laki-laki, Berikut kutipannya:
           “Mereka mengharapkan anak lelaki, sebab mereka telah memiliki seorang putri”.      (hal 13)

·      Karena kecintaan Syrnie Masmirah kepada Enrico Caruso, maka timbul id tokoh Syrnie untuk memiliki anak lelaki yang mencintai dirinya dan juga ingin memberikan nama anaknya dengan nama Enrico Caruso .Berikut kutipannya:
   “Istrinya telah menyiapkan nama untuk anak itu, yang ia tak setujui. Enrico. Dari Enrico Caruso, penyanyi tenor Italia, yang sesungguhnya telah meninggal dunia lama sebelum ibuku lahir”. (hal 13)
“Ibuku, Syrnie Masmirah, mendambakan anak lelaki yang mencintai dirinya habis-habisan”. (hal 14)

·      Karena ia begitu takjub akan keindahan dai lilin merah, maka timbul id tokoh Enrico ingin pulang secepatnya karena ia ingin merasakan lilin merah yang telah diberikan oleh pendeta di gereja. Berikut kutipannya:
“Sebab satu-satunya keinginanku adalah pulang dan merasakan lilin merah”. (hal 33)

·      Karen rasa cinta dan bangga Enriko kepada ibunya, maka timbul id tokoh Enrico selalu ingin mendapatkan pujian dari ibunya. Berikut kutipannya:
           “Sebentar lagi pipiku akan merona ketika ibu mengelus rambutku dan                            mencium dahiku, tanda ia mengagumi jerihpayahku”. (hal 36)

·      Timbul id Enrico dengan ibunya untuk pulang setelah berenang sampai sore hari. Namun mereka bingung harus pulang dengan apa, karena ibunya tidak boleh naik kereta kuda. Berikut kutipannya:
“ Tahu-tahu sudah sore. Sudah waktunya pulang”. (hal 38)
“ Tapi, kta ibu ia sedang tidak boleh naik kereta kuda karena goncangannya terlalu besar”. (hal 38)

·   Karena tokoh Enrico tidak mau lagi menjadi anak bawang, maka timbul id tokoh Enrico untuk bergabung di geng anak kolong. Berikut kutipannya:
“ Aku tak mau lagi jadi anak-bawang. Betapa ingin aku menjadi bagian dari geng anak-kolong”. (hal 79)

·   Karena khawatir melihat pergaulan anaknya bersama dengan geng anak kolong. Id Ibu Enrico timbul untuk mempunyai sebuah tempat tinggal yang bisa menjauhkan anaknya dari geng anak kolong itu. Berikut kuipannya:
“ Ibu berdoa agar kami mendapatkan tempat tinggal dimana Rico bisa memanjat pohon dan menikmati buahnya”. (hal 89)

·   Muncul id tokoh Enrico untuk  melanjutkan pendidikannya di ITB, sekaligus untuk terlepas dari ibunya. Berikut kutipannya:
“Aku mau belajar ke ITB, Pay”. (hal 122)
“Tapi, sejak niatku masuk ITB telah bulat, aku tak tertarik lagi pada perempuan. Tujuan hidupku Cuma satu: lepas dari SANG PEREMPUAN.” (hal 127)

·   Karena rasa rindu, timbul id tokoh Enrico ingin memeluk ayahnya. Berikut kutipannya:
           “Betapa rindu aku untuk memeluk ayahku erat-erat”. (hal 123)

·   Timbul id pada tokoh Enrico memiliki keinginan yang kuat untuk masuk di ITB dan tidak akan pulang sebelum masuk ke ITB. Berikut kutipannya:
“ Aku harus lulus tes masuk ITB” (hal 127)
“Aku tidak akan pulang sebelum aku masuk ITB, Pay”, kataku yang membuat ayahku sedih”. (hal 127)

·   Karena sejak kecil ia telah diperkenalkan oleh ibunya sebuh benda yang bernama kamera itu kemudian muncul id tokoh Enrico untuk menggeluti di bidang fotografer. Berikut kutipannya:
“Diam-diam, itulah titik ketika aku berpikir untuk jadi fotografer saja dn bukan insinyur pertambangan”. (hal 147)

·               Enrico sebetulnya sudah mencintai seni sejak kecil, ketika dia diajarkan bermain arkedon oleh ibunya bahkan ia pernah dikirim oleh ayahnya untuk kursus melukis dan sekarang oleh karena itu timbul id tokoh Enrico untuk mempunyai pacar seorang seniman. Berikut kutipannya:
         “Aku suka berkhayal punya pacar seorang seniman”. (hal 156)

·      Ditengah keterpurukannya sebagai sebatang kara sejati, tiba-tiba di suatu malam ia terbangun kemudian timbul id tokoh Enrico yaitu menginginkan seorang kekasih. Berikut kutipannya:
“Dalam nelangsa yang bagai tak tertahankan, aku merasa menjadi orang kalah, dan tiba-tiba saja aku menginginkan hadirnya seorang kekasih”. (hal 165)

·      Timbul id tokoh Enrico berkeinginan untuk menjadi anggota pramuka. Berikut kutipannya:
“kelompok mereka itu namanya Pramuka. Mereka mencari anggota baru. Aku       ingin bergabung tentu saja”. (hal 191)

b.         Ego

·      Id tokoh Enrico yang sedang lapar teralisasikan dengan memakan puting susu ibunya. Berikut kutipannya:
“Air susu ibuku tidak mengalir. Atau mungkin terlalu sedikit. Lebih sedikit dari getah papaya”. (hal 6)
“ Barangkali karena hisapan itu, atau mungkin setelah giginya mulai tumbuh, bayi itu akhirnya menelan seperempat putting susu payudara ibunya yang tak mengalirkan susu sebanyak yang dituntutnya”. (hal 5)

·      Id tokoh Syrnie Masmirah yang menginginkan anak laki-laki akhirnya teralisasikan dengan hadirnya tokoh Enrico. Berikut kutipannya:
“ Ibu dan bayi selamat. Bayi laki-laki. Letda Irsad segera bangkit dan melangkah leka-lekas dengan kaki-kaki kurusnya yang ia benci”. (hal 14-15)

·      Id tokoh Enrico dan Syrnie yang ingin pulang ke rumahnya terealisasikan dengan berhentinya mobil sedan dan ia menumpang di mobil itu. Berikut kutipannya:
“ Selang beberapa saat, sebuah sedan menuju kea rah kami. Ibuku melambai. Mobil itu berhenti. Ibu berkata bahwa ia dan aku sedang mencari tumpangan pulang ke asrama Angkatan Darat. Apakah mobil itu menuju ke sana? Bolehkah kami menumpang?
Lelaki itu mempersilahkan kami masuk dengan ramah”. (hal 38)

·      Rasa kecintaan tokoh Enrico kepada ibunya teralisasikan dengan menyemir pantovel ibunya. Berikut kutipannya:
“AKU KEMBALI menyemir pantovel ibu untuk kakinya yang tak tertandingi”. (hal 35)

·      Id tokoh Enrico untuk tidak lagi menjadi anak bawang akhirnya teralisasikan dengan bergabungnya dengan anak geng kolong dan mengikuti semua ujiannya. Berikut kutipannya:
“ Lalu mereka bilang bahwa aku harus memasukkan burungku ke dalam pantat ayam dan menceritakan rasanya”. (hal 80)

“ Ujian kedua yang harus kutempuh adalah melalui terowongan sempit dan gelap itu dari ujung dan keluar di uung yang lain”. (hal 83)
“ Kami harus ke Bandar Buat, yang jaraknya sekitar delapan kilometer”. (hal 84)

·      Id tokoh Syrnie  akhirnya terpenuhi untuk mendapatkan tempat tinggal baru karena suaminya tiba-tiba mendapatkan tempat tinggal di Pusat Koperasi Angkatan Darat. Berikut kutipannya:
“Doanya terjawab. Ayahku tiba-tiba mendapatkan jabatan di Pusat Koperasi Angkatan Darat. Pada usia kesepuluh. Kami pindah ke tempat baru”. (hal 89)

·   Id tokoh Enrico yang menginginkan melanjutkan studi di Banadung teralisasikan ketika Enrico lulus di ITB. Berikut kutipannya:
           “Aku kini mahasiswa ITB”. (hal 131)

·   Id tokoh Enrico Untuk mendapatkan tiket kebebasan ke Bandung. Teralisasikan setelah ia memenuhi syarat yang diberikan oleh ibunya Berikut kutipannya:
“Syarat pertama yang dimintanya telah kupenuhi: aku sudah dibaptis”. (hal 127)
“Dalam dua tahun ini, aku harus patuh mengikuti dia berhimpun”. (hal 127)

·      Id tokoh Enrico Untuk serius menggeluti profesi barunya sebagai fotografer, terealisasikan ketika ia rela menjual barang-barangnya untuk membeli satu set kamera dan juga mulai berguru ke fotografer senior. Berikut kutipannya:
“Kujual motor, sepeda, dan beberpa benda lain. Kubeli satu set kamera”. (hal 148)
“Aku mulai berguru dari satu fotografer senior kepada yang lain”. (148)

·      Id tokoh Enrico untuk mempunya seorang kekasih terwujud dengan hadirnya sosok A dalam hidupnya. Berikut kutipannya:
“ A hadir persis sebulan setelah aku menyadari kerinduanku, seolah ia dikirim oleh siapapun yang mengetahui penderitaanku”. (hal 196)
·      Id tokoh Enrico yang ingin terus bersama dengan tokoh teralisasikan ketika Akhirnya cinta mereka berlabuh di pelaminan setelah tokoh A hadir sebagai super ego. Berikut kutipannya:
“17 Agustus 2011. Di seluruh Indonesia berkibar bendera merah putih. Di kapel Regina Pacis yang mungil dan manis, di kota hujan Bogor, Joakhim Prasetya Riksa menikahi pengganti ibunya. Begitu juga Justina A menikahi pengganti ibunya (Utami, 2012:234)

c.       Super Ego

·      Letda Irsad hadir sebagai super ego ketika menolak nama Enrico Caruso karena terlalu kebarat-baratan dan      akhirnya Syrnie Masmirah mengalah tapi harus Letda Irsad harus memenuhi satu   syarat. Berikut kutipannya:
“Akhirnya Letda Irsad mengaku bahwa ia keberatan karena nama itu terlalu   kebarat-baratan (hal 14)

“ Ibu menerima dengan syarat ia tetap boleh memnggil anak itu dengan nama Rico. Ayahku membuat nama bagiku, nama yang masuk akal dalam lingkungan militer: Prasetya Riksa, dengan panggilan sayang Rico. Enrico”. (hal 14)

·      Kurir pasukan Yani hadir sebagai super ego untuk membawa berita kemanusiaan: agar Syrnie Masmirah beserta kedua anaknya tidak ikut dalam perang sebab sangat berbahaya. Berikut kutipannya:
“ Beritanya adalah berita kemanusiaan: ada permintaan keluarg Syrnie Masmirah, istri Letda Muhamma Irsad, agar Syrnie Masmirah dan anak-anaknya yang masih kecil- ya, aku dan Sanda, kakak perempuanku yang tak pernh terlalu sehat sejak lahir-kembali ke Pulau Jawa dan tidak dilibatkan dalam perang ini”. (hal 23)

·      Id tokoh Syrnie yang ingin ikut bersama suaminya dalam bergerilya juga terhalang oleh suaminya, Irsad mengingatkan kepada istrinya bahwa benar yang dikatakan oleh seorang kurir pasukan Yani, dia dan anaknya semestinya tidak ikut dalam perang itu. Berikut kutipannya:
“ Irsad berkata kepada istrinya bahwa, barangkali benar, anak-anak seharusnya tidak merasakan penderitaan ini. agaknya ia juga berkata, lihat baru sebentar saja bayi kita sudah memakan seperempat putting susumu. Bayangkan kalau kita bergerilya lebih lama lagi”. (hal 23-24)

·      Saksi Yehuwa hadir dalam hidup ibu Enrico sebagai super ego untuk membangkitkan kembali semangat dan bangkit dari keterpurukan akibat kematian Sanda. Berikut kutipannya:
“ Entah bagaimana, seperti bisa membaca kegundahan Ibu yang paling dalam, pemuda itu langsung berbicara mengenai kebangkitan. Ya, kebangkitan orang mati. Padahal ibuku baru kematian anak. Aku tak taku persis apa yang diakatakannya, tetapi sejak itu ibuku melihat sebuah Dunia Baru, kelak, yang terletak di dunia ini juga, di mana putrinya kembali ke pelukannya”. (hal 52)

·      Muncul super ego pada diri Enrico ketika ia sudah tidak sanggup lagi menjalani ujian keduanya yang akan membahayakan dirinya sendiri. Berikut kutipannya:
“ Ku putuskan untuk mundur. Aku merangkak atret. Cahaya di belakang mulai terlihat. Aku lega”. (hal 84)

·      Id tokoh Enrico untuk memeluk ayahnya karena rasa rindunya berubah menjadi super ego karena ia tidak ingin mempertahankan kegagahannya sebagai lelaki. Berikut kutipannya:
“ Keinginaku untuk tampak gagah dan dewasa menahanku”. (hal 123)

·      Hadirnya ibu Enriko sebagai super ego yang tidak setuju kalau Enrico ke Bandung. Berikut kutipannya:
     “Tapi kami sama-sama tahu bahwa ibuku memberi satu syarat untuk ia merestui kepergianku ke Jawa. Aku harus dibaptis sebagai saksi Yehuwa. Jika tidak, Ibu tidak akan member restunya”. (hal 122)

·      Id tokoh Enrico untuk mempunyai pacar seorang seniman terhalang oleh super egonya bahwa ia tidak akan pernah jadi suami. Berikut kutipannya:
“sayangnya, aku tidak pernah ingin menjadi suami. Jadi, aku tak bisa menimbang bibit-bebet-bobot cewek yang kuincar”. (hal 156)

·      Id tokoh Enrico untuk menjadi bagian dari anggota pramuka tidak terwujud
dengan hadirnya tokoh ibunya sebagai super ego yang berhasil menghubungi kelompok pramuka untuk menolak Enrico. Berikut kutipannya:
“Dan di pemuda menolah padaku lalu berkata bahwa aku tidak boleh ikut karena aku tidak cukup sehat. Segera kutahu, semua ini adalah rencana ibuku. Semua orang bersekongkol dengan ibu untuk membikin kakiku semakin kecil”. (hal 191)

·         A hadir sebagai super ego dengan memberikan impuls kepada tokoh bahwa perkawinan dalam kitab kanonik tidak berlaku hukum patriarki bahwa laki-lakilah yang menjadi kepala keluarga atau pimpinan keluarga. Berikut kutipannya:
“Memang. Tapi aku ternyata baru tahu bahwa dalam hukum perkawinan Katolik tidak ada itu ayat yang suami menjadi suami yang menjadi kepala keluarga atau atau pimpinan keluarga. Aku baru beli kitab Kanoniknya kemarin. Di sana hanya ditulis bahwa  perkawinan adalah perikatan di antara lelaki dan perempuan dengan perjanjian yang tidak dapat ditarik kembali. Kedunya mendapatkan tanggung jawab yang sama. Titik. Bentuk tanggung jawabnya langsung silakan putuskan sendiri-sendiri berdasarkan talenta masing-masing” (hal 231)

3.      Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Utama dalam Novel Cerita Cinta Enrico

v  Represi (Repression)
“Aku juga tidak terlalu mengerti. Ada yang aneh. Samar-samar aku tahu aku pernah punya kakak perempuan bernama Sanda. Tapi sekarang aku adalah anak tunggal. Aku tidak bisa mengaitkan apa yang terjadi di antara dua hal itu”. (hal 40)

“Aku sendiri tidak pernah ingat peristiwa itu. Bagaimana ia terhapus dari memoriku, aku tak tahu. Sungguh, sebelum libur dan pesta natal dulu itu, rasanya aku lupa bahwa ia pernah ada”. (hal 47)
Kutipan di atas merupakan mekanisme pertahanan represi karena impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan tokoh Enrico, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar, hal itulah yang menyebabkan tokoh Enrico tidak menyadari impuls yang menyebabkan anxitas serta tidak mengingat pengalaman emosional dan traumatic di masa lalu.

v  Sublimasi (Sublimation): tidak terdapat mekanisme pertahanan sublimasi dalam novel Cerita Cinta Enrico.

v  Proyeksi (Projection)
“Aku mengaku. Tapi aku tidak mengaku bahwa aku ikut mencungkil ubin marmer itu. Teman-teman di tangsi ini, yang biasa disebut sebagai anak-kolong, memaksa aku meminjami pahat itu. Nerekalah yang melakukannya. Aku hanya meminjami”. (hal 77)
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan proyeksi karena tokoh Enrico melindungi dirinya dari tuduhan ayahnya bahwa ia yang mencungkil ubin marmer itu dengan menyalahkan sepenuhnya pada anak kolong, padahal ia juga terlibat di dalam pencungkilan ubin marmer itu.

v  Pengalihan (Displacement): tidak terdapat meknisme pertahanan Pengalihan dalam novel Cerita Cinta Enrico.

v  Rasionalisasi (Rationalization)
“Aku juga tahu bahwa setiap kali kami berjalan kaki, kami menghemat ongkos bendi. Aku tahu menabung adakah hal yang baik”. (hal 44)

“Tidak usah naik bendi, Pay! Kita jalan kaki saja! Lebih hemat….dan gagah!”. (hal 44)
Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan rasionalisasi karena tokoh Enrico menolak untuk tidak naik bendi dengan alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh dirinya sendiri, ayah dan ibunya yakni dengan alasan hemat dan gagah.


v  Reaksi Formasi (Reaction Formation)
“Syarat pertama yang dimintanya telah kupenuhi: aku sudah dibaptis. Pembaptisan itu bagiku adalah titik di mana aku tak mau lagi percaya pada Tuhan. Persetan dengan Tuhan. Agama telah merusak ibuku” (hal127)

“Apapun itu, masih ada dua tahun sebelum aku bisa betul-betul bebas. Dalam dua tahun itu, aku harus patuh mengikuti dia berhimpun. Aku pun berhimpun dengan lidah kelu”.

Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan reaksi formasi karena tokoh Enrico terpaksa dan berpura-pura baik di depan ibunya dalam melaksanakan syarat yakni melakukan pembaptisan dan ikut berhimpun, meskipun ia tak rela.

v  Agresi: tidak terdapat mekanisme pertahanan agresi dalam novel Cerita Cinta Enrico.

v  Apatis
“Aku sesungguhnya frustasi. Aku marah oleh hal-hal yang tak bisa kupahami. Aku sebetulnya menginginkan pujian ibuku, tapi yang kubuat justru hal-hal yang dibencinya. Ibu, Ibu tidak mengerti! Ibu tidak tahu dunia anak laki! Kami tidak seperti anak perempuan, Ibu!......”.(hal 78)

Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan apatis karena tokoh Enrico mengalami frustasi akibat perkataan ibunya, dalam hal ini tokoh Enrico tidak melawan dan seakan-akan pasrah dengan kata-kata ibunya yang sangat menusuk hatinya

v  Fantasi
“kini saatnya aku menggunakan dia dalam fantasiku”. (hal180)
“A mengisi fantasku sepanjang malam-malam berikutnya. Dan semakin sering aku bertemu dia, semakin aku senang padanya. Pada suatu titik, aku juga tahu ia juga senang padaku “. (hal 180)

“Aku sudah mengidam-idamkan A selam dua tahun. Dan selama sebulan ini ia menjadi fantasiku setiap hari, setiap malam dalam permainan beringas maupun lembut.

Kutipan di atas termasuk mekanisme pertahanan fantasi karena tokoh Enrico melibatkan fantasi atau dunia khayalnya dalam merealisasikan idnya yakni menginginkan pacar seorang seniman yang selama ini menjadi anxitas ketika belum menemukan sosok A dalam hidupnya.

v  Stereotype: tidak terdapat mekanisme pertahanan Stereotype dalam novel Cerita Cinta Enrico.


D.     SIMPULAN DAN SARAN

Pertama, dari segi struktural yang meliputi unsur-unsur intrinsik dalam novel Cerita Cinta Enrico terbagi ke beberapa komponen, yaitu tema, penokohan, setting, alur, dan sudut pandang. Adapun tokoh utama dalam novel Cerita Cinta Enrico, di antaranya adalah “Aku” atau “Enrico”.
Kedua, dari aspek psikologi sastra, novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami ini mengungkapkan tentang dinamika dan proses kejiwaan tokoh-tokoh yang juga dipengaruhi oleh faktor masa lalu. Analisis penokohan dalam novel dapat diperoleh gambaran mengenai proses kejiwaan dari masing-masing tokoh yang dipengaruhi faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Melalui analisis penokohan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, proses kejiwaan tokoh dari masing-masing tokoh dapat dipahami dan dapat memberikan efek realistis dalam karya ini. Psikologi sastra novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami mampu memberikan gambaran perwatakan pada masing-masing tokohnya. Proses kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pendalaman teori Sigmund Freud (id, ego, dan super ego) yang dapat menggambarkan suasana dan perasaan hati para tokoh. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pengarang dalam melukiskan perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya.
Ketiga, Dari struktur kepribadian dan dinamika kepribadian yang telah tergambar dalam novel Cerita Cinta Enrico, maka dapat muncul mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Cerita Cinta Enrico yang ditujukan untuk mengatasi kecemasan-kecemasan yang timbul ketika ego menahan keinginan mencapai kenikmatan id.
Hasil analisis novel Cerita Cinta Enrico ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, agar dapat mengambil hikmah yang terdapat dalam novel. Penelitian ini diharapkan dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pengajaran teori dan apresisasi sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak anak.




                                             DAFTAR PUSTAKA      

Marsanti , PE; Suyitno, dan Wardani, EN. 2012 Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan      Pengajarannya.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta

Utami, Ayu. 2012. Cerita Cinta Enrico. Gramedia: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...