#TugasIndividu
Psikoanalisi Pada Novel Okky Madasari "ENTROK"
1. Hubungan Analisis Psikologi dengan karya Sastra
Teori psikologi banyak dikaitkan dengan karya kesastraan,
khusunya untuk keperluan kajian berbagai teks kesastraan sehingga muncul
istilah psikologi sastra. Sebagaimana yang dikemukakan Wallek dan Warren (1989)
psikologi dalam sastra dapat dikaitkan dengan psikologi pengarang, penerapan
prinsip psikologi dalam teks-teks kesasraan, dan psikologi pembaca. Psikologi
pengarang terkait dengan psikologi penulisan teks kesastraan yang mau tidak
mau, suka atau tidak suka pasti ada pengaruh kepribadian pengarang. Misalnya
pikiran dan peraaan, fikiran atau nafsu, dan lain-lain. Sebuah karya sastra
adalah “anak kandung” pengarang, maka bahwa gen pengarang menurun pada anaknya
adalah sebuah keniscayaan.
Sebuah teks fiksi berisi tokoh lengkap dengan karakter dan
atau kepribadian. Sebagai represenasi
seseorang, tokoh pasti memiliki kepribadian tertentu, sikap, tindakan,
keinginan, dan kecendrungan berperilaku. Dalam sudut pandang ini, sikap dan
perilaku tokoh tersebut musti bisa dijelaskan secara psikologis karena semuanya
itu dipandang sebagai penerapan prinsip psikologi (tertentu) yang salah satunya
psikonalisi Freud. Psikonalisis data digunakan untuk menjelaskan dan mengkaji
siakp dan perilaku tokoh sehingga masuk akal. Dengan demikian, kajian
kesastraan dengan pendekatan psikologis pertama dilakukan dengan mendata sikap,
perilaku, dan tindakan tokoh-tokoh cerita dan kemudian mencoba menjelaskan
hal-hal tersebut dengan prinsip psikologi yang dalam kaitan ini psikonalisis.
Lalu kaitannya dengan cerita fiksi
denga psikoanalisi dapat melalui penceritaan tokoh. Setiap karya sastra adlah
gudang alam bawah sadar, suatu bentuk kontemplasi dari alam bawah sadar dari
sesuatu yang mungkin diejawatahkan. Bahkan seorang Budi Derma mengatakan bahwa
ketika menulis sering tidak sadar menceritakan apa dan tahu-tahu sudah jadi.
Dengan demikian tidak sulit memahami bahwa apa yag dikisahkan adalah materi
bawah sadar, dan karenanya dapat memunculkan perilakuapa saja yang menurut
ukuran alam sadar tidak mungkin, tidak masuk akal dan tidak layak.
Materi alam bawah sadar memberikan
dorongan kuat, khusunya yang terkait dengan nafsu libido walau tidak harus
selalu itu, yang karena belum tentu “layak” untuk alam sadar maka perlu
pembatasan-pembatasan untuk tidak melakukannya. Freud juga mengemukakan bahwa
tingkah laku alam sadar sebenarnya merupakan transformasi penting materi bawah
sadar sehingga apa yang dilakukan tokoh
mencerminkan dorongan bawah sadar tersebut. Hal ini kemudian disebut sebgai
pertahana ego, yaitu sutu kondisi yang
berusaha melawan suatu yang tidak dapat diterima yang berasal dari alam bawah
sadar. Perilaku pertahan ego itu antara lain dapat berwujud pembalikan perasaan
secara perlawanan. Itulah sebabnya satra banyak memiliki cerita tentang
kemunafikan, misalnya sikap, perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh
tertentu. Pertahanan yang dapat berupa intelektualisasi, proyeksi,
rasionalisasi, formasi reaksi regresi, suplimasi, dan supresi.
Intelektualisasi dapat berwujud
penghindaran perasaan yang belebihan. Ketika sedih misalnya, seseorang
mengalihkan perhatian ke sesuatu yang membuat pikiran tercurah. Dengan
proyeksi seseorang menempatkan diri pada
pikiran atau perasaan atau sikap
tertentu terhadap orang lain. Ia membuat orang lain seolah-olah orang lain lah
yang mempunyai sikap atau perasaan tertentu terhadap dirinya. Dengan
rasionalisasi seseorang melakukan dorongan melakukan dorongan yang sebenarnya
dilarang, tetapi dicarikan penalarannya sedemikian rupa sehingga seolah-olah
dapat dibenarkan. Dengan formasi reaksi seseorang bereaksi justru bersifat
kebalikannya dari yang dikehendakinya demi tidak melarang ketentuan. Dengan
sublimasi seseorang melakukan impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan
cara yang dapat diterima, misalnya mengarahkan
dorongan libido ke yang bukan libidinal.
2. Sinopsis Novel
Entrok
Novel
entrok adalah novel yang menceritakan tentang dua tokoh utama, Marni dan
Rahayu. Marni lahir dalam kemiskinan. Nasibnya adalah nasib ratusan bahkan
jutaan anak dimuka bumi ini, ayah yang tidak bertanggung jawab sehingga ibunya
harus banting tulang sendiri. Bersama simbok, ibunya, marni berusaha
mengarahkan segala tenaga untuk bertahan hidup. Ia menjadi buruh pengupas
singkong bersama simbok. Hasil kerja kerasnya di bayar dengan singkong pula.
Hal tersebut mungkin tidak akan menjadi masalah, jika saja Marni tidak melihat
Tinah. Anak sebayanya yang merupakan anak pakliknya yang menggunakan entrok atau bra atau kutang. Marni sudah
mulai tidak nyaman, risih dengan buah dadanya yang mulai tumbuh sebagaimana
remaja lainnya ingin juga menggunakan entrok.
Namun apalah daya, hanya menjadi
buruh pengupas singkong dan berupah singkong pula, entok mejadi barang mewah yang mustahil mampu ia dapatkan.
Sadar
akan hal itu, Marni pun memutar otak untuk bisa mendapatkan upah berupa uang
seperti laki-laki di pasar Singget tempatnya dan simbok mengupas singkong. Ia
pun beralih profesi menjadi seoarang kuli angkut. Sempat mendapatkan perlawanan
dari simbok, karena pekerjaannnya hal yang tidak lumrah bagi kaum wanita. Namun
karena tekatnya yang bulat, ia terus berusaha dan usahanya membuahkan hasil.
Dari hasil tabungannya ia berhasil membeli entrok.
Disamping itu, ia juga mampu mengumpulkan modal untuk menjual barang eceran
dari satu rumah kerumah lainnya. Dari penjual sayuran sampai dagangan alat
rumah tangga pun ia lakoni.
Sukses
dengan dagangannya, ringkas cerita ia menjadi orang kaya. Marni seolah-olah
menjadi bank bagi orang dilingkungannya. Orang akan meminjam uang kepadanya dan
mengembalikan beserta bunga yang telah disepakati. Banyak orang yang
mencibirnya, ia sempat bingung dengan keadaan sekitarnya. Banyak orang yang
mengolok-oloknya tetapi para pedagang dipasar, guru, hingga priyai masih tetap
saja meminjam uang kepadanya. Dalam perjalanannya menjadi kaya ia telah menikah
dengan Teja. Kenalannya saat menjadi kuli angkut. Keduanya memiliki putri
bernama Rahayu. Sebagai anak orang kaya, Rahayu berhasil menginjakkan kakinya
di dunia pendidikan yang disediakan Negara, berbeda halnya saat Marni kecil.
Dari sinilah perdebatan antara mereka dimulai. Disekolah Rahayu memperoleh
pengajaran bahwa apa yang dilakukan ibuya adalah dosa. Ibunya, Marni Memang
dari kecil melakukan pemujaan terhadap leluhur. Ia tidak mengenal adanya Tuhan.
Ia selalu melakukan pemujaan, slamatan, mebuat tumpeng, ziarah kubur, dan
berdoa dibawah pohon. Semua itu dilakukan sebagai bentuk peribadahannya. Selain
itu, Rahayu juga percaya ibunya adalah seorang rentenir yang suka menarik uang
dari kesulitan orang lain yang pada akhirnya ibunya akan masuk neraka.
Entrok
menyajikan konflik Marni dan Rahayu dari sudut pandang kedua tokoh. Namun bukan
hanya sebuah novel keluarga. Dalam novel juga diceritakan bagaimana Marni
menjadi sasaran empuk bagi penguasa saat itu. Tagihan-tagihan tak masuk akal
selalu dating kepadanya. Teja suaminya yang hanya bermental kerupuk selalu
tunduk kepada mereka. Teja selalu menganngap Marni adalah perempuan yang bodoh,
yang tidak mengerti aturan. Padahal ia hanya laki-laki yang numpang hidup
terhadap istrinya. Di sisi lain Rahayu yang kuliah di Yogyakarta juga
berhadapan dengan pihak aparat tapi dalam konteks yang berbeda. Awalnya hanya
menjadi aktivis di kampus, berjalannya waktu ia turun langsung ke tempat yang
akan dijadikan waduk raksasa. Selama menjadi aktivis Rahayu menikah dengan
laki-laki yang tidak di setujui sepenuhnya oleh marni. Itu dikarenakan
laki-laki yang ia nikahi telah memiliki seorang istri. Kuatnya pendirian
Rahayu, Marni tidak bisa melakukan apa-apa. Sama-sama mengalami penindasan oleh
aparat penguasa pada orde baru, keduanya mengalami kehancuran. Marni yang
tertindas oleh para penguasa yang selalu merampas hasil kerja kerasnya, Rahayu
malah harus merasakan sebagai janda karena suaminya terbunuh di tangan keji
para aparat. Rahayu pun menjadi tawanan Negara karena dianggap sebagai pembenrontak.
Diakhir
cerita Marni merelakan semua hartanya agar Rahayu dapat bebas dari penjara.
Semua hal ia lakukan agar Rahayu bebas. Setelah berhasil, ia kemudian berusaha
memberikan kehidupan normal bagi Rahayu, dari membuat KTP hingga menikahkan Rahayu.
Akan tetapi semua itu gagal, pihak laki-laki menolak menikahi Rahayu karena
bekas tawanan. Marni pun sakit hati dan menjadi gila.
3. Hasil Analisi Novel Entrok
Novel
Okky Madasari Entrok menggunakan gaya penceritaan menggunakan sudut pandang
“aku” yang menjelaskan bahwa pengarang terlibat langsung dalam cerita. Sudut
pandang aku mengisahkan berbagai peristiwa dan dan tingkah laku yang dialami.
Tokoh “aku” menjadi pusat cerita yang dianggap penting. Setelah membaca novel
entrok kita akan dibawah pada tahun 60-an silam dimana orde baru menguasai
Republik Indonesia. Pada masa itu banyak terjadi pembunuhan misterius.
Pemerintah seolah-olah memonopoli kekuasaanya, banyak orang-orang yang
kehilangan kekuasaannya. Peristiwa G30S/PKI akan terbawa dalam imajinasi
pembaca.
Adapun
analisis novel berdasarkan teori Sigmund Freud yaitu id, ego, dan superego. Id berisikan hal-hal yang dibawa
sejak lahir dan yan menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah menghindarkan
diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Ego adalah aspek psikologis
dari kepribadian yang timbuk karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik
dengan dunia nyata. Dalam fungsiya, ego berpegang pada prinsip kenyataan atau
realitas. Superego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari
nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan
orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Superego
dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan
apakah sesuatu itu baik atau buruk. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh Marni dalam
kejiwaannya id dapat dikalahkan dengan superego. Pada dasarnya id adalah energi
psikis yang hanya menarik kesenangan semata, sedangkan superego berisi kaidah
moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya. Id yang
hanya memikirkan diri sendiri, demi kepuasan pribadi ingin mengalahkan orang lain
tanpa memandang segi apapun.
Tokoh Marni tidak semata-mata ingin
mengalahkan tokoh Rahayu. Rahayu memiliki id, yaitu kecerdasan dan juga
ketaatannya terhadap agama. Akan tetapi, super egonya membuat Rahayu tetap
patuh dan sayang kepada Marni meski konflik batin yang terjadi sulit menyatukan
perbedaan mereka. Untuk lebih jelasnya berikut digambarkan proses kejiwaan
tokoh-tokoh utamanya, antara lain melalui peristiwa sebagai berikut: (1)Keberhasilan
Marni dalam usahanya yang dimulai dari bawah; (2) Sikap Marni yang selalu patuh
kepada tentara; (3) Meskipun berbeda keyakinan, Marni tetap menyayangi Rahayu;
(4) Rahayu yang membenci Marni ibu kandungnya sendiri; (4) Marni dianggap
memelihara tuyul dan pesugihan; (5) Teja yang bermalas-malasan dan main
perempuan; (6) Endang Sulastri meminta harta warisan untuk Waseso, anak dari
hubungan gelapnya dengan Teja; (7) Koh Cahyadi yang buronan kedapatan
bersembunyi di rumah Marni; (8) Rahayu menikah siri dengan Amri; (9) Rahayu dan
Amri membela penduduk yang akan di gusur; (10) Rahayu menolak menjadi istri
keempat Kyai Hasbi; (11) Marni mencarikan suami untuk Rahayu; dan (12)
Pernikahan Rahayu dibatalkan.
Di dalam novel Entrok karya Okky
Madasari terkandung nilai-nilai agama yang dituliskan pengarang. Manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, tugas masing-masing individu menjaga
keselarasan dalam hidup bermasyarakat, ini disebut kewajiban sosial. Kewajiban
sosial itu menyangkut hubungan antara individu satu dengan individu yang lain
dalam satu masyarakat. Hubungan sosial tidak sama, tetapi juga terdapat nilai
etika serta etiknya.
Karya sastra senantiasa menawarkan
pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Pengembangan nilai moral sangat
penting supaya manusia memahami dan menghayati etika ketika berinteraksi dan
berkomunikasi dalam masyarakat. Nilai etika atau moral dalam karya sastra
bertujuan mendidik agar mengenal nilai-nilai etika dan budi luhur. Selain nilai
agama dan sosial dalam novel Entrok juga terdapat nilai-nilai moral yang
disampaikan pengarang kepada pembaca. Dicontohkan dengan sikap Marni yang tetap
menolong sesama manusia dan tidak memandang status sosialnya. Seperti halnya
keinginan tulus dari hati Marni untuk menghidupi Waseso selayaknya anak
kandungnya sendiri.
Nilai sejarah pada masa lampau dalam
suatu karya sastra dapat memberikan inspirasi kepada para pembacanya karena
dapat mengilhami perjuangan kita di masa sekarang. Pada novel Entrok karya Okky
Madasari menceritakan sedikit cuplikan mengenai masa pemerintahan Orde Baru. Banyak
kisah yang mewakili kronik orde baru, seperti penumpasan PKI, pembunuhan
misterius, juga jalannya Pemilu pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar