#TugasIndividu
ANALISIS NOVEL BOY CANDRA
“SENJA HUJAN DAN CERITA YANG TELAH USAI”
PENGERTIAN RESEPSI SASTRA
Kritik
sastra memiliki peran yang besar dalam perkembangan teori sastra dan salah satu
teori tersebut adalah resepsi sastra. Oleh karena itu, resepsi sastra adalah
bagian yang tak terpisahkan dari kritik sastra. Kritik sastra sendiri berasal
dari bahasa Yunani krites yang berarti
hakim. Kata benda krites berasal dari kata kerja krinein yang berarti menghakimi.
Kata krinein
merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang berarti dasar penghakiman.
Lalu timbul kata kritikos yang berarti hakim karya sastra.
Dalam kritik sastra dikenal beberapa pendekatan-pendekatan untuk
melakukan penelitian karya sastra. Pendekatan-pendekatan itu adalah pendekatan
sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan historis, pendekatan
antropologis, pendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, pendekatan pragmatis
dan pendekatan objektif. Selanjutnya, Ratna (2008:71) mengemukakan bahwa
pendekatan pragmatislah yang memberikan perhatian utama terhadap peranan
pembaca. Pendekatan ini berhubungan dengan salah satu teori modern yang
mengalami perkembangan yang sangat pesat, yaitu teori resepsi sastra.
Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana ‘pembaca’ memberikan makna terbadap
karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan
terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif. Bagaimana seorang pembaca dapat
memahami karya itu, atau
dapat melihat hakikat estetika, yang ada di dalamnya, atau mungkin juga
bersifat aktif yaitu bagaimana ia merealisasikannya. Karena itu, pengertian
resepsi sastra mempunyai lapanganyang luas, dengan berbagai kemungkinan
penggunaan. Dengan resepsi sastra terjadi suatu perubahan (besar) dalam
penelitian sastra, yang berbeda dari kecenderungan yang biasa selama ini.
Selama ini tekanan diberikan kepada teks, dan untuk kepentingan teks ini,
biasanya untuk pemahaman ‘seorang peneliti’ pergi kepada penulis (teks) (Junus,
1985:1).
METODE PENDEKATAN RESEPSI SASTRA
Metode resepsi ini diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode, yaitu
tanggapan-tanggapan sebuah karya sastra oleh para pembacanya (Pradopo
2007:209). Pembacaan yang beragam dalam periode waktu yang berbeda akan
menunjukkan efek yang berbeda pula. Pengalaman pembaca akan mewujudkan
orkestrasi yang padu antara tanggapan baru pembacanya dengan teks yang membawanya
hadir dalam aktivitas pembacaan pembacanya.
Pradopo (2007:210-211) mengemukakan
bahwa penelitian resepsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
sinkronis dan diakronis. Penelitian sinkronis merupakan penelitian resepsi
terhadap sebuah teks sastra dalam masa satu periode. Penelitian ini menggunakan
pembaca yang berada dalam satu periode. Sedangkan penelitian diakronis
merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra yang menggunakan
tanggapan-tanggapan pembaca pada setiap periode.
Menurut Ratna (2009:167-168),
resepsi sinkronis merupakan penelitian resepsi sastra yang berhubungan dengan
pembaca sezaman. Dalam hal ini, sekelompok pembaca dalam satu kurun waktu yang
sama, memberikan tanggapan terhadap suatu karya sastra secara psikologis maupun
sosiologis. Resepsi diakronis merupakan bentuk penelitian resepsi yang
melibatkan pembaca sepanjang zaman. Penelitian resepsi diakronis ini
membutuhkan data dokumenter yang sangat relevan dan memadai.
Pada penelitian resepsi sinkronis,
umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam memahami karya sastra. Tetapi
dengan adanya perbedaan horizon harapan pada setiap pembaca, maka pembaca akan
menanggapi sebuah karya sastra dengan cara yang berbeda-beda pula. Hal ini
disebabkan karena latar belakang pendidikan, pengalaman, bahkan ideologi dari
pembaca itu sendiri. (Pradopo 2007:211). Penelitian resepsi sinkronis ini
menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca yang berada dalam satu kurun waktu.
Penelitian ini dapat menggunakan tanggapan pembaca yang berupa artikel.
SINOPSIS NOVEL
Judul Buku :
Senja, Hujan dan Cerita yang Telah Usai
NO. ISBN :
979-794-499-9
Penulis :
Boy Candra
Penerbit :
Media Kita
Tanggal Terbit :
16 Juni 2015
Jumlah Halaman :
239 Halaman
Boy Candra
tinggal di Padang, terlahir pada 21 November 1989. Namanya kian melejit usai
penjualan novel pertamanya yang laris di hati para pecinta novel. Bahkan, di
September 2016, Boy Candra meluncurkan novel barunya dengan judul “Pada Senja
yang Membawamu Pergi” yang diterbitkan oleh Gagasmedia.
Novel “Senja,
Hujan dan Cerita yang Telah Usai” diangkat dari pengalaman pribadi penulis.
Lewat novelnya, penulis menceritakan segala perjalanan asmaranya.
Kisah-kisahnya tersampaikan dengan jelas dan menarik. Pengalamannya dari mulai
jatuh cinta, mencintai diam-diam, mencintai sahabat sendiri, bahkan patah hati
sangat menyentuh pembacanya. Tak heran jika para Remaja banyak mengutip
kata-kata novel ini. Memang dilihat dari pemilihan katanya, sederhana dan mudah
dimengerti. Walau dengan pilihan kata yang puitis, namun tidak menimbulkan
multi tafsir.
Cerita setiap
Babnya tidak bertele-tele. Hal ini sangat baik untuk mengontrol penyakit jenuh
yang kerap dirasakan pembaca. Boy Candra menyajikan kata-kata sehari-hari yang
sering digunakan oleh para pembaca. Kelebihan dari novel ini adalah covernya
yang sederhana. Pemilihan warna cover yang tidak terlalu mencolok, mewakili isi
dari novel ini. Ditunjang dengan sinopsis di cover belakang. Pemilihan katanya
begitu tertata apik dan mengundang rasa penasaran untuk mengetahui lebih
lanjut.
Penyisipan
kutipan-kutipan di setiap pergantian Bab, sangat menarik sekali. Penulis mampu
membawa pembacanya untuk masuk dan merasakan isi novel. Isi novel tersampaikan
dengan baik. Bila mengingat latar belakang yang merupakan pengalaman pribadi,
jelas isi novel merupakan hal yang sering terjadi bagi pembaca. Sangat mudah
bagi pembaca untuk merasakan menjadi bagian dalam novel ini.
Namun, dalam
novel ini juga terdapat kekurangan. Alurnya yang campuran kadang menjadi moment
menjenuhkan bagi pembaca. Penempatan setiap Babnya kurang tertara. Kadang
ceritanya menyenangkan dan membuat tersenyum tipis, namun di Bab selanjutnya
mengisahkan rasanya patah hati. Hal ini sangat menjatuhkan mood para pembaca.
Tak jarang pembaca melewati Bab tertentu yang menurutnya tidak menarik dan
membuat jenuh. Novel “Senja, Hujan dan Cerita yang Telah Usai” memuat cerita
yang penuh inspirasi. Membangun semangat para pembaca untuk terus melanjutkan
hidup. Novel ini menyampaikan kisah-kisah cinta sederhana yang tulus. Mulai
dari seseorang yang bertahan atau seseorang yang terus berjuang. Namun,
pengkhianatan cinta juga tersaji dengan baik pada novel ini. Novel ini cocok
untuk para pembaca yang ingin mengenang masa lalunya, atau sedang bertahan dan
memperjuangkan seseorang, serta bagi pembaca yang sedang berusaha melupakan.
“Setelah cinta
pertama dan dipatahhatikan untuk pertama kalinya, aku jatuh cinta lagi, juga
patah hati lagi. Berkali-kali. Terkadang ada saatnya aku merasa lelah. Apakah
hati diciptakan Tuhan hanya untuk dibuat patah? Seperti halnya impian yang
kadang harus berubah. Namun, hidup harus terus berjalan. Tidak ada alsan yang
bisa diterima untuk menghentikan tujuan. Bahkan, patah hati paling pattah pun
tidak berhak membunuh hidupmu.” (Senja, Hujan dan Cerita yang Telah Usai,
Hal.220)
Kenapa “Senja Hujan dan Cerita Yang Telah Usai?
Novel ini sangatlah menyentuh akan hal-hal
cinta berangkat dari judulnya saja saya sebagai pembaca ada sedikit inspirasi
mengenai seseorang yang pernah dilukai, hingga susah untuk melupakan. Untuk
orang-orang yang pernah dicintai, tapi dikhianati. Jugayang pernah menghianati,
lalu menyadari semua bukanlahhal baik untuk hati. Kepada orang yang jatuh cinta
diam-diam, suka pada sahabat sendiri, tidak bisa berpaling dari orang yang
sama, dan hal-hal yang lebih pahit dari itu.
Seperti halnya yang saya dapatkan pada hal 23
:
“Perasaan Yang Memilih Tetap Ada”
Mungkin ini tidak penting bagimu, bagian yang
mungkin membuatmu bosan. Sebab, perasaanmu tak sama dengan apa yang aku
rasakan. Percakapan-percakapan tak jelas itu, mungkin hal yang tidak terlalu
berarti bagimu. Juga chat pesan singkat yang lebih sering kamu balas dengan
satu atau kata saja. Dan, kadang kamu begitu menyebalkan. Hanya membalas dengan
satu huruf “Y”. Namun, semua itu menjadi penting bagiku. Aku hanya ingin tahu,
bahwa kamu masih ada.
Mengetahui kabarmu dan memastikan kamu
baik-baik saja. Adalah salah satu cara yang membuatku tetap bahagia. Ini bukan
perkara tetap bersamamu. Bukan juga perihal memilikimu. Lebih dari itu,ini
tentang perasaan yang masih sama, perasaanyang hanya kepadamu saja. Hal yang
tidak bisa ku rasakan kepada yang lain.
Benarkah demikian? Mungkin
jawabannya iya, krn walaupun tak lagi ada
hunbungan diantara mereka tak seharusnya diputuskan juga, setidaknya tak
saling benci, sesekali memastikan kabar dan saling menyapa karna walaupun apa
yang telah dilakukan pasti sesekali akan mengingat ketetika bersama tak
seharusnya saling membenci..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar