#TugasIndividu
PENDEKATAN OBJEKTIF PADA NOVEL
DIA ADALAH DILANKU 1990
A. Konsep Dasar Pendekatar Objektif
1. Pendekatan objektif
Pendekatan objektif merupakan pendekatan
sastra yang menekankan pada segi intrinsik karya sastra yang bersangkutan
(Yudiono 1984: 53). Yaitu pendekatan yang sangat mengutamakan penyelidikan
karya sastra bedasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal yang di luar
karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap tidak perlu
untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis karya sastra.
2. Prinsip umum pendekatan objektif
Dalam pendekatan
objektif telah banyak dikembangkan metode-metode penelitian, seperti formalism
rusia, strukturalisme prancis, strukturalisme cekoslavia, new criticiam
amerika, istilah strukturalisme berkembang menjadi pos strukturalisme,
strukturalisme dinamik, intertektualisme, namun semua itu tidak akan di perinci
dalam pembicaraan ini.
3.
Prinsip terapan pendekatan objektif
Berdasarkan
prinsip umum pendekataan objektif di atas dan unsur fiksi yang telah
dikemukakan pada bagian terdahulu maka terapan dalam cerpen dan novel tidaklah
berbeda. Kedua fiksi ini mempunyai unsur yang sama yakni gaya bahasa, sudut
pandang, alur, penokohan, latar dan tema atau amanat.
4.
Konsep dasar pendekatan objektif
Pendekatan structural
dipelopori oleh kaum formalis rusia dan strukturalisme praha, yang mendapat
pengaruh langsung dari teori saosure yang membuat studi linguistik dari
pendekatan diakroni ke singkronik. Studi linguistic tidak lagi ditekankan pada
sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya. Nasalah unsur
dan hubungan antar unsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini.
Aliran ini muncul dengan teori strukturalisme yang dikemukakan oleh antripolog
prancis Claudio Levi Strauss. Teori ini dikembangkan dalam linguistic oleh
Ferdinan De Saussure dengan bukunya Cours
de Linguistique Generale. (Djojosuroto, 2006: 33).
Pendekatan
objektif adalah pendekatan yang memberi pendekatan penuh pada karya sastra
sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis
karya sastra secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme
dinamakan juga pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan
analitik. Strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra
haruslah berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra itu sendiri. Proses
menganalisis diarahkan pada pemahaman terhadap bagian-bagian karya sastra dalam
menyangga keseluruhan dan sebaliknya bahwa keseluruhan itu sendiri dari
bagian-bagian, oleh karena itu untuk memahami maknanya karya sastra harus
dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah,
lepas dari diri dan niat penulis dan lepas pula dari efeknya pembaca. Teeuw,
jadi yang penting hanya close reading yaitu cara membaca bertitik tolak dari
pendapat bahwa setiap bagian teks harus menduduki tempat di dalam seluruh
struktur sehingga kait-mengait secara masuk akal.
B. Ciri-ciri teori objektif
Ciri-ciri yang terdapat dalam teori
objektif adalah:
a) Teori
objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
b) Menghubungkan
konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra.
c) Pendekatan
yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri brdasarkan konvensi sastra yang
berlaku.
d) Penilaian
yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra
tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsure-unsur pembentuknya.
e) Struktur
tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan
unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, poin of view.
f) Untuk
mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsure-unsur pembentuknya
harus dihubungkan satu sama lain.
C. Metodologi
Dalam memahami karya sastra secara
objektif, tentunya diperlukan adanya cara untuk mengoperasikan teori itu. Dalam
teori, terdapat pula pendekatan dan penilaian secara objektif.
Pendekatan objektif (pendekatan
struktural) adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara
keseluruhan, dan memndang karya sastra adalah sesuatu yang berdiri sendiri.
Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi
sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsic sastra
yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot,
setting, karakter dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh
mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua
unsure-unsur pembentuknya.
Penilaian objektif berarti menilai suatu karya
sastra secara objektif, tidak dengan pendapat pribadi atau subjektif. kriteria
utama dalam memberikan penilaian secara objektif itu, menurut Graham Houga dan
Wellek Warren adalah pada adanya:
a) Relevansi
nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi
maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang utuh, selaras, serta
padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmoni dan
unity.
b) Daya
ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat tekstur serta penataan
unsur-unsur kebahasaan maupun strukutur verbalnya atau pada adanya konsonantia
dan klantas.
Sinopsis
novel “Dia Adalah Dilanku 1990”
Milea kembali ke tahun 1990 untuk memceritakan tentang
seorang lelaki yang pernah menjadi lelaki yang paling ia cintai, lelaki itu
adalah Dilan, lelaki yang baru ditemuinya saat masuk ke sekolah barunya di
Bandung. Lelaki yang mendekati Milea bukan dengan seikat bunga mawar merah atau
kata-kata gombal bualan khas seorang lelaki yang hendak mendekati seorang
wanita. Namun Dilan, melalui ramalan ia memulai aksi kekonyolannya untu mendekati
Milea.
“aku ramal, nanti kita
akan bertemu di kantin”-Dilan (hlm. 20)
Tapi sayag sekali, ramalan Dilan hari itu melenceng, hari
itu Milea tidak ke kantin karena ada urusan kelas yang harus dibicarakan dengan
teman-teman kelasnya. Setelah aksi ramalan gagal, Dilan beralih memilih cara
lain untuk menarik perhatian seorang Milea dengan cara mengirim piyan untuk
menyampaikan suratnya, kurang lebih seperti ini isi suratnya:
“Milea, ramalanku, kita
akan bertemu di kantin ternyata salah. Maaf, tapi aku ingin meramal lagi, aku
ramal besok kita akan bertemu”-Dilan (hlm. 22).
Tunggu, pada novel itu besok yang dimaksud Dilan itu
adalah hari minggu, nggak mungkinkan mereka ketemu, begitu piker Milea. Namun
ternyata ramalan Dilan kali ini bener besoknya mereka bertemu. Dilan datang ke
rumah Milea untuk menyampaikian surat undangan
“Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan ini, dengan
penuh perasaan mengundang Milea Adnan Husein untuk sekolah pada hari : senin,
selasa, rabu, kamis, jum’at dan sabtu”-Dilan (hlm. 27).
Dari hal-hal sederhana yang dilakukan Dilan itu yang
dianggap sebagaian orang itu adalah hal yang tidak mungkin menarik perhatian
Milea, tapi nyatanya dengan hal-hal sederhana itu Dilan mampu membuat Milea
tersenyum, dan perlahan mulai menaruh sedikit perhatian kepada Dilan walaupun
saat itu Dia masih memiliki kekasih bernama Beni yang tinggal di Jakarta. Milea
tak ingin kehilangan Dilan, bagi Milea sendiri Dilan itu ibarat sesuatu yang
membuat Hari-hari Milea lebih berwarna setiap harinya, Dilan mampu membuatnya
tersenyum dengan hal-hal sederhana yang dilakukan Dilan.
Sampai pada hari
itu, hari dimana Milea memutuskan hubungannya denganm Beni karena tidak tahan
dengan perlakuan serta kata-kata kasar yang Beni berikan padanya. Sejak putus
dengan Beni Milea semakin hari semakin dekat dengan Dilan. Bahkan Milea juga
sudah mampu menarik perhatian Bunda Dilan saat jumpa pertama, Bunda bahkan tak
segan-segan menceritakan masa kecil Dilan saat Milea berkujung ke rumahnya.
Pernah suatu hari Dilan tak masuk sekolah, Milea nekat mencarinya
ke warung bu Eem karena ingin meluruskan kesalah pahamannya dengan Dilan, namun
sayang saat tiba di sana Milea tak menjumpai Dilan malahan ia bertemu dengan
teman-teman Dilan dan Susi wanita yang pernah mengejar-ngejar Dilan. Singkat
cerita di sana terjadi keributan aduh mulut antara Anhar sahabat Dilan dengan
Milea sampai Anhar kelepasan menampar Milea. Dilan yang hari itu ternyata
datang terlambat begitu berang mendengar Anhar menampar Milea, ia mencari Anhar
menyeretnya kelapangan dan memukulnya dengan membabi buta. Bagi Dilan tidak ada
yang Bisa menyakiti Mileanya, sekecewa apapun dirinya pada Milea tetap saja
Dilan tak ingin menyakiti Milea, apalagi ini orang lain yang memukul Milea.
Hasil
Analisis Pendekatan Objektif
“Dia
Adalah Dilanku 1990”
Unsur-unsur Intrinsik
Tema : Percintaan dan Persahabatan
Latar
(tempat) : Sekolah, warung bu Eem, rumah
Dilan, rumah Milea, Bandung
Latar
(waktu) : Pagi, Siang, Sore dan Malam
Latar
(suasana) : bahagia, sedih, tegang dan humoris
Alur : Mundur
Tokoh :
Milea, Dilan, ayah Milea, ibu Milea, Airin, bunda Dilan, ayah Dilan,
Disa, Airin, Wati, Rani, Beni, Kang Adi, Piyan, Nandan. Anhar, bi Eem, Susi,
Suripto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar