Kamis, 08 Juni 2017

KAMELIA KAMARUDDIN



  #TugasIndividu

PENDEKATAN OBJEKTIF PADA NOVEL 
DIA ADALAH DILANKU 1990
 

A. Konsep Dasar Pendekatar Objektif
1.  Pendekatan objektif
      Pendekatan objektif merupakan pendekatan sastra yang menekankan pada segi intrinsik karya sastra yang bersangkutan (Yudiono 1984: 53). Yaitu pendekatan yang sangat mengutamakan penyelidikan karya sastra bedasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal yang di luar karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap tidak perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis karya sastra.
2. Prinsip umum pendekatan objektif
            Dalam pendekatan objektif telah banyak dikembangkan metode-metode penelitian, seperti formalism rusia, strukturalisme prancis, strukturalisme cekoslavia, new criticiam amerika, istilah strukturalisme berkembang menjadi pos strukturalisme, strukturalisme dinamik, intertektualisme, namun semua itu tidak akan di perinci dalam pembicaraan ini.
3. Prinsip terapan pendekatan objektif
            Berdasarkan prinsip umum pendekataan objektif di atas dan unsur fiksi yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu maka terapan dalam cerpen dan novel tidaklah berbeda. Kedua fiksi ini mempunyai unsur yang sama yakni gaya bahasa, sudut pandang, alur, penokohan, latar dan tema atau amanat.
4. Konsep dasar pendekatan objektif
         Pendekatan structural dipelopori oleh kaum formalis rusia dan strukturalisme praha, yang mendapat pengaruh langsung dari teori saosure yang membuat studi linguistik dari pendekatan diakroni ke singkronik. Studi linguistic tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya. Nasalah unsur dan hubungan antar unsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Aliran ini muncul dengan teori strukturalisme yang dikemukakan oleh antripolog prancis Claudio Levi Strauss. Teori ini dikembangkan dalam linguistic oleh Ferdinan De Saussure dengan bukunya Cours de Linguistique Generale. (Djojosuroto, 2006: 33).
            Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi pendekatan penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra haruslah berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra itu sendiri. Proses menganalisis diarahkan pada pemahaman terhadap bagian-bagian karya sastra dalam menyangga keseluruhan dan sebaliknya bahwa keseluruhan itu sendiri dari bagian-bagian, oleh karena itu untuk memahami maknanya karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis dan lepas pula dari efeknya pembaca. Teeuw, jadi yang penting hanya close reading yaitu cara membaca bertitik tolak dari pendapat bahwa setiap bagian teks harus menduduki tempat di dalam seluruh struktur sehingga kait-mengait secara masuk akal.
B. Ciri-ciri teori objektif
            Ciri-ciri yang terdapat dalam teori objektif adalah:
a)      Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
b)      Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra.
c)      Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri brdasarkan konvensi sastra yang berlaku.
d)     Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsure-unsur pembentuknya.
e)      Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, poin of view.
f)       Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsure-unsur pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.
C. Metodologi
            Dalam memahami karya sastra secara objektif, tentunya diperlukan adanya cara untuk mengoperasikan teori itu. Dalam teori, terdapat pula pendekatan dan penilaian secara objektif.
            Pendekatan objektif (pendekatan struktural) adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan, dan memndang karya sastra adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsic sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsure-unsur pembentuknya.
             Penilaian objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak dengan pendapat pribadi atau subjektif. kriteria utama dalam memberikan penilaian secara objektif itu, menurut Graham Houga dan Wellek Warren adalah pada adanya:
a)      Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmoni dan unity.
b)      Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat tekstur serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun strukutur verbalnya atau pada adanya konsonantia dan klantas.
Sinopsis novel “Dia Adalah Dilanku 1990”
            Milea kembali ke tahun 1990 untuk memceritakan tentang seorang lelaki yang pernah menjadi lelaki yang paling ia cintai, lelaki itu adalah Dilan, lelaki yang baru ditemuinya saat masuk ke sekolah barunya di Bandung. Lelaki yang mendekati Milea bukan dengan seikat bunga mawar merah atau kata-kata gombal bualan khas seorang lelaki yang hendak mendekati seorang wanita. Namun Dilan, melalui ramalan ia memulai aksi kekonyolannya untu mendekati Milea.
“aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin”-Dilan (hlm. 20)
            Tapi sayag sekali, ramalan Dilan hari itu melenceng, hari itu Milea tidak ke kantin karena ada urusan kelas yang harus dibicarakan dengan teman-teman kelasnya. Setelah aksi ramalan gagal, Dilan beralih memilih cara lain untuk menarik perhatian seorang Milea dengan cara mengirim piyan untuk menyampaikan suratnya, kurang lebih seperti ini isi suratnya:
“Milea, ramalanku, kita akan bertemu di kantin ternyata salah. Maaf, tapi aku ingin meramal lagi, aku ramal besok kita akan bertemu”-Dilan (hlm. 22).
            Tunggu, pada novel itu besok yang dimaksud Dilan itu adalah hari minggu, nggak mungkinkan mereka ketemu, begitu piker Milea. Namun ternyata ramalan Dilan kali ini bener besoknya mereka bertemu. Dilan datang ke rumah Milea untuk menyampaikian surat undangan
“Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan mengundang Milea Adnan Husein untuk sekolah pada hari : senin, selasa, rabu, kamis, jum’at dan sabtu”-Dilan (hlm. 27).
            Dari hal-hal sederhana yang dilakukan Dilan itu yang dianggap sebagaian orang itu adalah hal yang tidak mungkin menarik perhatian Milea, tapi nyatanya dengan hal-hal sederhana itu Dilan mampu membuat Milea tersenyum, dan perlahan mulai menaruh sedikit perhatian kepada Dilan walaupun saat itu Dia masih memiliki kekasih bernama Beni yang tinggal di Jakarta. Milea tak ingin kehilangan Dilan, bagi Milea sendiri Dilan itu ibarat sesuatu yang membuat Hari-hari Milea lebih berwarna setiap harinya, Dilan mampu membuatnya tersenyum dengan hal-hal sederhana yang dilakukan Dilan.
             Sampai pada hari itu, hari dimana Milea memutuskan hubungannya denganm Beni karena tidak tahan dengan perlakuan serta kata-kata kasar yang Beni berikan padanya. Sejak putus dengan Beni Milea semakin hari semakin dekat dengan Dilan. Bahkan Milea juga sudah mampu menarik perhatian Bunda Dilan saat jumpa pertama, Bunda bahkan tak segan-segan menceritakan masa kecil Dilan saat Milea berkujung ke rumahnya.
            Pernah suatu hari Dilan tak masuk sekolah, Milea nekat mencarinya ke warung bu Eem karena ingin meluruskan kesalah pahamannya dengan Dilan, namun sayang saat tiba di sana Milea tak menjumpai Dilan malahan ia bertemu dengan teman-teman Dilan dan Susi wanita yang pernah mengejar-ngejar Dilan. Singkat cerita di sana terjadi keributan aduh mulut antara Anhar sahabat Dilan dengan Milea sampai Anhar kelepasan menampar Milea. Dilan yang hari itu ternyata datang terlambat begitu berang mendengar Anhar menampar Milea, ia mencari Anhar menyeretnya kelapangan dan memukulnya dengan membabi buta. Bagi Dilan tidak ada yang Bisa menyakiti Mileanya, sekecewa apapun dirinya pada Milea tetap saja Dilan tak ingin menyakiti Milea, apalagi ini orang lain yang memukul Milea.







Hasil Analisis Pendekatan Objektif
“Dia Adalah Dilanku 1990”
            Unsur-unsur Intrinsik
Tema               : Percintaan dan Persahabatan
Latar (tempat) :  Sekolah, warung bu Eem, rumah Dilan, rumah Milea, Bandung
Latar (waktu) : Pagi, Siang, Sore dan Malam
Latar (suasana) : bahagia, sedih, tegang dan humoris
Alur                 : Mundur
Tokoh              :  Milea, Dilan, ayah Milea, ibu Milea, Airin, bunda Dilan, ayah Dilan, Disa, Airin, Wati, Rani, Beni, Kang Adi, Piyan, Nandan. Anhar, bi Eem, Susi, Suripto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...