Kamis, 08 Juni 2017

KAMELIA KAMARUDDIN


#cerpen

AMOR (mi mama)

            Desember 2013, salju pertama di musim dingin telah menampakkan kelembutannya yang menyengat kulit sejak semalam, meskipun sudah hampir tujuh tahun tinggal di kota kelahiran sang mama, Milea tak pernah bisa beradabtasi dengan musim yang satu ini, bahkan ia pernah mengutuk musim dingin ini, baginya bagaimana bisa ada seseorang begitu mendamba musim ini bahkan ada yang beranggapan salah satu musim terromantis ialah saat musim dingin seperti saat ini.

            Gadis berambut hitam pekat panjang itu berjalan menyusuri terotoar, asap tak henti-hentinya keluar dari kedua lubang hidungnya, bahkan saat berbicarapun seolah gadis itu sedang merokok. Dengan merapatkan mantel musim dingin yang ia kenakan, ia terus berjalan pulang ke rumahnya, niat awal ingin berlatih motocross di salah satu sirkuit sepupunya gagal total dan lagi-lagi ini semua karena benda lembut berwarna putih yang jatuh dari langit sejak semalam “salju sialan ihh” geram Milea bahkan sangking geramnya ia menedang salju yang menupuk di jalan itu.
            “aku pulang” Milea membuka pintu rumah, menggantung matel musim dinginnya pada gantungan disebelah kanan pintu kediamannya, gadis itu menghembuskan nafas dengan kasar, seperti biasa jam segini dia ditinggal sendiri di rumah. Seperti biasa sang mama harus bekerja, yah semenjak bercerai dari ayah Milea sang mama tak menikah lagi sehingga segala kebutuhan hidup harus ditanggung sendiri olehnya, walaupun baru tujuh tahun terakhir sang mama baru bisa kembali merasakan hidup bersama anak semata wayangnya, awalnya Milea kecil ikut bersama sang ayah pulang kembali ke Negara kelahiran sang ayah setelah perceraian kedua orang tuanya, sampai beranjak SMP gadis itu mulai paham kenapa sang mama dan sang ayah tak hidup bersama, atau kenapa saat dulu Milea bersama sang mama sang ayah tak ada, begitupun saat ia bersama sang ayah sang mama tak ada. Sampai saat beranjak SMA Milea bertekad ingin bersekolah di luar negri, namun belum sempat niat itu terlaksana sang ayah meninggal dunia akibat sakit jantung kronis yang dideritanya sejak dulu.
            Setelah sebulan kematian sang ayah, dan setelah menerima begitu banyak bujukan dari sang mama akhirnya Milea memutuskan untuk ikut bersama sang mama, walaupun saat itu ia masih setengah hati meninggalkan Indonesia Negara kelahiran sang ayah. Gadis itu melanjutkan SMA sampai perguruan tinggi di Negara kelahiran sang mama, tepatnya di Cervera Spanyol, yah sang mama lahir dan besar di sana sedangkan sang ayah berdarah Indonesia asli. Gadis ini baru beberapa bulan yang lalu menyelesaikan jenjang pendidikan psikologi S1-nya.
            Milea melangkahkan kakinya kedapur seperti biasa kala sang mama bekerja dialah yang harus memasak untuk dirinya dan sang mama karena biasanya sang mama akan pulang hanya untuk sekedar makan siang bersama Milea. Milea bersyukur sang mama sebisa mungkin berusaha membuat dirinya merasakan tak keesepian, bahkan saat bulan lalu Milea memita izin untuk ikut club motocross dengan setengah hati sang mama memberinya izin, ia melihat putrinya itu begitu ingin untuk masuk ke dalam club motocross itu, lagipula ia sedikit lega saat tahu Nathan sang keponakan juga ada di club motocross yang sama dengan yang Milea ingin masuki tesebut.
            Milea mengikat rambutnya dan mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak salah satu masakan kegermaran sang mama yaitu Paella de arroz, jujur saja bahkan walau sudah menetap di Negara kelahiran sang mama selama kurang lebih tujuh tahun, milea masih tetap merasa aneh dengan nama makan-makanan di sana.
            Oh iya untuk informasi saja, Paella de arroz bentuknya sekilas hampir mirip dengan salah satu makanan khas Indonesia, yaitu nasi kuning tetapi tentu saja rasa dan cara pembuatannya sangat berbeda jauh, bagi Milea Paella de arroz yang baru dicicipinya saat itu memiliki rasa yang unik dilidahnya yang sejak kecil terbiasa dengan makanan khas indonesia.
            “anak mama makin jago yah masak masakan khas di sini” puji sang mama setelah menghabiskan masakan sang putri tercinta, Milea hanya tersenyum menanggapi pujian sang mama. Ia bersyukur setidaknya ia mampu membahagiakan sang mama dengan masakan hasil buatannya sendiri, jujur saja selama ini Milea merasa bersalah karena meninggalkan sang mama yang hidup sendirian sementara ia dan sang ayah saat di Indonesia hidup dengan “bahagia” bersama istri sang ayah.
            “kalau mama suka Lea bisa kok buatin untuk mama setiap hari jadi kalau mama pulang kantor nggak perluh masak makan malam lagi, biar Lea aja”
Sang mama tersenyum digenggamnya tangan kanan putrinya yang berada diatas meja “nggak perlu sayang, mama masih sanggup kok, lagian kasihankan Lea-nya mama” sang mama mengecup tangan putrinya itu, membuat Milea berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.
            “Lea besok mama harus ke singapura, ada rapat yang harus mama hadiri di sana, kamu mama titipin ke kak Nathan dan kak Cherry aja yah”
“Lea ikutkan?” Tanya Lea
Sang mama tersenyum “kali ini Lea nggak bisa ikut yah” sang mama berusaha memberikan pengertian pada putrinya
Lea menatap sang mama lalu mengangguk “berapa lama?”
“kurang lebih sebulan sayang, kamu nggak apa-apakan mama tinggal?”. Sekali lagi Milea hanya mengngguk lalu semakin mengeratkat pelukannya pada sang mama, seperti sejak awal kepindahan Milea tujuh tahun silam setiap setelah makan mereka akan menonton TV bersama dan dengan sendirinya sikap manja gadis itu keluar, ia selalu duduk disebelah sang mama dan memeluknya dengan begitu erat, bahkan kadang kala ia sampai tertidur tanpa ia sadari.


            morning Lea”
“loh kak Cherry? Kok pagi-pagi gini udah di sini?”
“nih minum” Cherry memberikan segelas susu rasa vanilla kesukaan Lea pada gadis itu.
“mama kamu tadi subuh hubungin kak Nathan suruh kami ke sini karena harus berangkat subuh tadi ke Singapura
“jadi mama udah berangkat?dan Lea nggak dikasih tahu?” Milea meletakkan kembali gelas itu ke atas meja.
“lea mau hubungin mama duluh” Milea pergi kembali ke kamarnya untuk menghubungi sang mama.
 ”dasar Lea” natan hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat kelakuan adik sepupunya itu, memang sejak pindah ke sini Lea tak pernah berpisah lama dari mamanya, bahkan Dinas keluar kota ataupun keluarga negri biasanya Lea selalu ikut, tapi kali ini Natan sedikit heran kenapa sang tante menitipkan Lea kepadanya dan Cherry.

            Di dalam kamar Lea tampak bete ini sudah panggilan ke Sembilan tapi sang mama tak kunjung mengangkat telponnya “ihhh mama sesibuk apa sih sampai nggak ngangkat telpon Lea” gerutu Lea yang mulai kesal.
Dengan masih sedikit kesal Lea bangkit dari tempat menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu dan segera berlalu kekamar mandi, ia berusaha berpikir positif mungkin memang sang mama sangat sibuk. Lea tak bisa berlama-lama marah kepada sang mama karena ia berpikir bagaimanapun ini semua mamanya lakukan demi Lea demi masa depannya, dia tak ingin berlaku egois karena selama ini mamanya sudah banyak berkorban untuknya.
“papa Lea kangen papa” gumamnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
“baik pa, Nathan akan jagain Lea, tapi tante Sarah baik-baik ajakan?”
……..
“yaudah pa, salam sama tante Sara” klikkkk, Natan mematiakan sambungan teleponnya.
“gimana apa kata papa?” Tanya Cherry pada sang suami
“tan…”
“mama kenapa kak?” tiba-tiba Lea datang menghentikan ucapan Nathan
Natan terkejut melihat kehadiran adik sepupunya itu, namun dengan cepat ia mengubah mimic wajahnya yang sedikit kaget menjadi biasa-biasa saja.
“eh Lea sini sayang” Nathan memanggil Lea
“mama kenapa?” tembak Lea langsung saat dirinya sudah duduk di hadapan Nathan dan Cherry.
Nathan bangkit dari sofa yang ia duduki, ia mengitari meja di hadapannya dan kini duduk di sebelah Lea “mama kamu nggak kenapa-kenapa, Cuma sedikit lelah, jadi drop”
“Lea mau lihat mama” Lea bangkit dari duduknya, tapi Nathan mencegahnya
“Lea dengerin kakak tante Sarah baik-baik aja, kata papa kakak sebentar lagi tante Sarah pasti bakalan hubungin Lea”

“bener?”Tanya Lea tak yakin
Nathan tersenyum “ iya sayang, Lea percayakan sama kakak?” Lea mengangguk, Nathan meraih adik sepupunya itu kedalam dekpannya.
“maafin kakak Lea” batin Nathan.

            Malam menjelang Sarah baru sempat menghubungi sang putrid setelah berdebat dengan sang kakak yang tak lain adalah ayah Nathan.
“hallo anak mama” Sarah menyapa Lea saat panggilannya telah tersambung
“mama kok baru hubungin Lea, Lea kangen mama, mama jahat pergi nggak bangunin Lea”
Sarah tersenyum dengan hati yang terasa tercabik mendengar suara sengau anaknya di seberang sana “Lea-nya mama kok nangis?ihhh jangan nangis dong nanti cantiknya hilang” Sarah berusaha menghibur sang anak
“eh iya mama denger tadi kamu di ajak kenalan yah ama cowok di club motocross kak Nathan” goda Sarah
“ihhh mama nggak” serga Lea malu, Sarah hanya tersenyum ia membayangkan wajah anaknya saat ini bersemu merah di sana
“ciee anak mama udah besar”
“ihhhh mama apaan sih”
“siapa namanya sayang” Sarah makin menggoda Lea
“mama ihhh berhenti godain Lea, dia Cuma temen tadi kak Nathan nyuruh aku latihan ama dia, dia juga teman kak Nathan”
“Lea dengerin mama, mama seneng kalau kamu udah nemuin orang yang tepat Nathan juga bilang dia anaknya baik dan bertanggung jawab, mama senang sayang untuk kamu, mama legah setidaknya walaupun belum bertemu dengannya mama sudah yakin dia bisa menggantikan tugas papa ataupun mama untuk jagain kamu, kamu harus bahagia nak, Lea harta mama yang paling berharga” Sarah menghela nafas sejenak
“Lea itu princess mama sama papa, maafin mama selama ini tidak bisa berada di dekat Lea, tapi yang Lea harus tahu mama bahagia bisa melahirkan malaikat seperti Lea, mama bahagia tujuh tahun ini Lea kembali kepelukan mama, Lea harus bahagia yah nak harus jadi anak yang kuat, Lea harus ingat mama sayang banget sama Lea, nanti kalau mama ketemu ama Tuhan mama mau berterima kasih karena Dia sudah berbaik hati mau menitipkan malaikatnya yang cantik kepada mama” Sarah mendengar isak tangis putrinya di ujung sana
“kok Lea nangis nak?”
“mama jangan ngomong seolah-olah mama mau ninggalin Lea, mama nggak boleh ngomong gitu, mama itu kenapa sih? Lea nggak suka mama ngomong seolah-olah mama bakalan pergi nemuin Tuhan” kesal Lea lalu mematikan sambungannya secara sepihak.
Sarah terisak, mana sanggup ia meninggalkan anak sematawayangnya itu, bahkan kalau boleh membuat permohonan sarah ingin Tuhan berbaik hati memberinya lebih lama waktu untuk bersama dengan putrinya itu.
“sudahlah Sarah kau harus istrahat” rossie yang tak lain adalah kakak iparnya berusaha menenangkan Sarah, banyak pikiran dapat memperburuk keadaanya.
`Sudah sebualan Sarah di singapura, pagi tadi dengan semangatnya Lea mendekor rumah untuk menyambut kepulangan sarah, Nathan Cherry dan Alvaro dengan senang hati menemani Lea mendekor, bahkan Alvaro yang paling semangat membatu membuat Lea beberapa kali harus tersipu malu saat di goda oleh Cherry dan Nathan.
“kakak mama jam berapa sampainya?” Tanya Lea tak sabaran
“yah sejam lagi paling” jawab Nathan
Tak lama handphone Nathan bordering “entar yah” Nathan sedikit menjauh firasatnya tak enak mendapat telepon dari sang papa
“kenapa pa?”
….
“kok bisa pa?”
…..
“baik pa Nathan akan bawa Lea ke sana secepatnya”
Klikkkkk, Nathan mematikan sambungan teleponnya lalu menghampiri Lea, Cherry dan Alvaro yang sedang di ruang keluarga
“kita harus ke singapura sekarang, tolong jangan banyak tanya kenapa, sergera saja bergegas” titah Nathan
Lea bangkit “kenapa kak?mama baik-baik ajakan?” firasat Lea semakin tak enak
“Lea kakak nggak bisa ngejelasin ke kamu, mending kamu cepat bergegas agar kita bisa lebih cepat ke sana untuk mengetahui apa yang terjadi”


            Sesampainya di rumah sakit mereka berempat segerah menuju ke ruang ICU perasaan Lea semakin tak menentu, Alvaro selalu setia menggenggam tangannya seolah berkata semua akan baik-baik saja.
“paman antony bagaimana keadaan mama?”Tanya Lea serak
Antony menunduk lalu menarik keponakannya itu kedalam dekapannya “ Lea sabar yah paman tahu Lea anak yang kuat seperti mama” Antony mengecup pucuk kepala sang keponakan
“sekarang Lea masuk mama Lea udah nungguin di dalam”
            Milea mendorong pintu putih di hadapannya, di sana iya melihat sang mama berbaring dengan berbagai alat medis di hadapannya bahkan mamanya lebih kurus dari sebulan lalu.
”mama” Sarah berbalik mendengar suara bergetar sang putri, ia tersenyum dan memanggil Lea agar mendekat kepadanya
“mama kenapa?”Tanya Lea dengan air mata yang sudah tak dapat terbendung lagi
“eh anak mama kok nangis” sarah menghapus air mata yang mengalir di pipi sang putrid
“mama kenapa gini?mama sebenarnya sakit apa?”
“kanker otak stadium akhir” jelas Sarah seolah itu hanya sakit demam biasa
Mendengar itu Lea semakin terisak “kenapa?... kenapa mama nggak pernah bilang ini ke Lea?” Tanya Lea
“Lea sayang udah” Sarah menarik sang putrid ke dalam dekapannya “bagaimana mama bisa bilang ke Lea kalau respon Lea kayak gini, lihat Lea-nya mama menangis karena mama, dan mama nggak mau itu” Sarah mengelus pucuk kepala sang putri.
“Lea dengerin mama nak, apapun yang terjadi sama mama Lea harus janji Lea harus menjadi gadis yang mandiri, Lea harus hidup bahagia, Lea jugan jangan lupa selalu bersyukur pada Tuhan, dan yang paling penting Lea jangan lupa sama mama ataupun papa, Lea tahukan kalau Lea itu permata mama dan papa” Lea mengangguk dalam dekapan sang mama
“Lea denger yah mama mau cerita, duluh mama sebelum dapetin Lea mama sempat kehilangan kakak Lea sebanyak tiga kali, bahkan dokter udah memvonis mama nggak bisa hamil lagi, tapi Tuhan dengan baiknya mau mengirim Lea ke dalam kehidupan mama dan papa, walaupun sejak kecil Lea sering sakit-sakitan tapi mama yakin malaikat mama ini kuat dan dia akan bertahan untuk mama dan papanya, menjadi sumber kebahagiaan mama dan papanya, Lea maafin mama yah nak belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Lea, bahkan mungkin tidak akan bisa menjadi nenek yang baik untuk cucu-cucu mama nanti” sarah terkekeh dalam tangisnya
“Lea inget yang pernah papa bilang? Apapun yang terjadi di depan, baik atau buruk itu sudah menjadi takdir kita, dan yang haru Lea ingat takdir terindah untuk papa dan mama yaitu memiliki Lea di dalam hidup kami.
”mama punya sesuatu untuk Lea, nanti Lea minta ke paman Antony yah, mungkin itu hadia ulang tahun Lea yang terakhir dari mama, Lea jaga baik-baik yah nak” Lea mengangguk tak mampu berkata-kata lagi.
“Lea temenanin mama di sini yah nak, kali ini biarin mama tidur sambil meluk Lea seperti yang biasa Lea lakuin”
Sarah memejamkan matanya sambil memluk sang puti “iya ma, sekarang mama istrahat mama sudah terlalu lelah, biarin kali ini Lea yang meluk mama, semogah pelukan Lea bisa menjadi penghilang letih dan sakit yang mama raskan, Lea sayang sama mama, sayang banget, terima kasih sudah mau manjadi mama yang hebat untuk Lea, kalau mama ketemu Tuhan tolong sampaikan rasa terima kasih  karena memiliki mama yang hebat seperti mama, dan kalau mama ketemu papa di sana tolong bilangin Lea sayang ama papa, Lea kangen sama papa, semogah mama dan papa bisa bersma di sana, Lea janji akan jadi anak mandiri, ini adalah tangis Lea yang terakhir ma, Lea akan menjadi wanita yang kuat seperti mama” Lea mengecup pucuk kepala sang mama bersmaan dengan itu alat pendeteksi detak jantung itu menujukkan garis lurus pada monitornya.
“selamat jalan mama, mama sekarang bebas, mama sudah tak akan merasakan rasa sakit itu lagi Quiero a la mama”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...