Senin, 12 Juni 2017

FITRI SYAMARKANDI


#TugasIndividu

Analisis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi jika dikaji berdasarkan unsur intrinsik
 
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut Sarjidu (2004:2) dalam Aulia Melani (2001) mengatakan bahwa kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Menurut Wellek & Warren, (1990:3) dalam Aulia Melani (2011) sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Maksud sebagai karya seni yaitu sastra memiliki unsur-unsur keindahan yang terkandung didalamnya. Karya sastra pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan tentang kehidupan manusia.

Novel merupakan salah satu karya sastra. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah. Novel merupakan teks hasil pemikiran yang lahir dari daya cipta, imajinatif, kreatif dan eksploratif pengarang terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia yang didalamnya terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Berdasarkan hal diatas, saya akan menganalisis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi karya M Aan Mansyur. Saya akan menganilisis berdasarkan unsur intrinsic novel tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana sinopsis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi?
  2. Bagaimana analisis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi jika dikaji berdasarkan unsur intrinsik?


1.3  Tujuan dan Manfaat
  1. Mengetahui bagaimana sinopsis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi
  2. Untuk membahas dan mengetahui bagaimana analisis novel Lelaki yang Terakhir yang Menangis di Bumi jika dikaji berdasarkan dengan unsur intrinsic














BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Sinopsis novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi
“Kau percaya masa depan masih memiliki kita?”
“Akan selalu ada kita. Aku percaya.”
NANTI tidak bisa begitu saja menoleh dan pergi dari masa lalu meskipun ia sudah berkali-kali melakukannya. Terakhir ia mengucapkan selamat tinggal dan menikah dengan lelaki yang kini berbaring di makamnya itu.
Aku tidak pernah ingin mengucapkan selamat tinggal.
Aku tidak pernah mau beranjak dari masa lalu.
Masa lalu, bagiku, hanyalah masa depan yang pergi sementara.
Namun, ada saatnya ingatan akan kelelahan dan meletakkan masa lalu di tepi jalan. Angin akan dating menerbangkannya ke penjuru tiada. Menepikannya ke liang lupa. Dengan menuliskannya, ke dalam buku, misalnya, masa lalu mungkin akan berbaring abadi di halaman-halamannya…
Jiwa dan Nanti dikisahkan bertemu di kampus UNHAS di Makassar. Mereka merasa memilki kesamaan dan ketidaksamaan. Jiwa menemukan Nanti sebagai perempuan yang mencintainya dengan segala peraturan ketat, seperti cara berpakaian, berupa sendok untuk memenuhi nafsu lapar dan dahaga, serta berbagai peraturan lainnya. Meskipun begitu, Jiwa berkata “demi Tuhan, aku mencintai Nanti dengan segala energi yang kumiliki.”

Nanti menyukai segala hal berbau tulis menulis (hanya) milik Jiwa. Jika mendapati tulisan Jiwa bagus, Nanti akan memberikan hadiah berupa ciuman. Namun sebaliknya, jika buruk, Nanti tidak segan-segan menghukum Jiwa dengan puasa ciuman sampai Jiwa menulis cerita yang bagus. Itulah yang membuat Jiwa kadang berpikir, tujuan menulis bagus hanya untuk ciuman Nanti.
Nanti merasa saat bersama Jiwa, dia telah memiliki dunia dan isinya seperti Jiwa, merasa telah menaklukkan dunia dan isinya saat bersama Nanti.
Namun kisah ini sama seperti layar kaca, mengenai orang tua yang tidak sepakat pasangan ini saling memiliki dunia dan semesta satu sama lain.
2.2  Analisi novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi berdasarkan unsur intrinsic
1.      Tema
Menceritakan seorang lelaki bernama Jiwa Matajang yang mempunyai kehidupan keluarga yang rumit dan juga kisah cintanya yang penuh luka.
2.      Alur
Alur yang terdapat dalam novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi adalah alur maju dan alur mundur. Karena pada awal novel ini menceritakan masa depan lalu kembali pada masa lalu.



3.      Penokohan
a.       Jiwa
Di dalam novel ini, Jiwa adalah orang sedikit egois, pencemburu dan juga tekun. Dia terlihat sedikit egois karena Jiwa selalu menyesali hal-hal yang dilakukan sebelumnya, menurutnya, tidak seharusnya. Dan juga orang yang gampang cemburu, apa lagi kepada Wisran, suami Nanti yang telah meninggal. Jiwa juga tekun karena tidak setengah-setengah dalam melaksanakan tugasnya. Misalkan, saat bertemu dengan Andi dan Agus si Perpustakaan Punggung, Jiwa rela mengabaikan badannya yang pegal demi membawa puluhan buku dalam tas di punggungnya.
b.      Nenek Jiwa
Nenek mempunyai watak yang penuh kasih sayang terkhusus kepada Jiwa. Terbukti bahwa nenek sangat menyayangi Jiwa, terlihat jelas sewaktu Jiwa di gendong nenek selama perjalanan pulang ke rumah dari sekolahnya.
c.       Ibu Jiwa
Ibu adalah orang yang setia. Dapat kita lihat dalam novel tersebut, Ibu rela menunggu Ayah yang pergi dan tidak pernah kembali. Ia rela mengabaikan lamaran Rahman yang jelas-jelas adalah pria yang ia cintai.



d.      Rahman
Rahman adalah mantan pacar Ibu Jiwa sewaktu belum menikah dengan Ayah Jiwa. Ia juga adalah orang yang setia karena hingga ajal menjemputnya, Rahman enggan menikah dengan perempuan lain selain Ibu Jiwa. Rahman pernah kembali melamar Ibu Jiwa sewaktu Ayah Jiwa pergi tetapi di tolak. Rahman orang baik yang mempengaruhi hidup Jiwa untuk terus menulis.
e.       Riana
Riana adalah gadis pemalu dan senang membaca puisi. Riana juga pacar pertama Jiwa sewaktu SMA.
f.       Nanti
Jelas, Nanti bukan pacar pertama Jiwa, tetapi Nanti adalah perempuan yang paling membuat Jiwa terluka. Nanti menyukai puisi dan cerita buatan Jiwa, ia juga orang yang mengaku menyukai seks seperti Jiwa. Dan Nanti pula mempunyai sifat kekanakan, sewaktu ia disuruh putus dengan Jiwa oleh kedua orang tuanya, Nanti hanya mengatakan rasa kebosanan kepada Jiwa dan tidak meminta Jiwa untuk mempertahankan hubungan mereka dan akhirnya Nanti menyesal hingga umur terus memakannya.





4.      Latar
a.       Latar Tempat : Desa Kampiri, Sekolah, Kampus dan Perpustakaan terakhir.
b.      Latar Waktu :  Pagi, Sore dan Malam.
c.       Latar Suasana : Kesepian, kesedihan, sedikit dendam dan bahagia.
5.      Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi yaitu pengarang membawakan ceritanya dengan satu sudut pandang, yaitu, Jiwa. Tetapi catatan kecil pada novel ini dikuasai oleh Nanti, seperti menambahkan atau mengklarifikasi tulisan Jiwa yang kadang terlalu melebih-lebihkan.
6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa pada novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi menggunakan majas pleonasme.
7.      Amanat
Akan lebih baik jika kesepian dan kesedihan tidak kau rawat dan mendarah daging dalam tubuhmu. Perihal patah hati ditinggal oleh orang-orang yang kamu sayangi adalah kemunduran yang tidak boleh larut terlalu lama.
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...