#TugasIndividu
ANALISIS NOVEL MERAHNYA MERAH KARYA
IWAN SIMATUPANG BERDASARKAN PENDEKATAN OBJEKTIF
IDENTITAS
NOVEL
Judul : Merahnya merah
Penulis : Iwan Simatupang
Penerbit : PT.Toko Gunung Agung
Cetakan : XIV, 2002
Tebal :163 hlm
SINOPSIS
Novel
Merahnya merah karya Iwan Simatupang
Sebelum
revolusi, dia calon rahib. Selama revolusi, dia komandan kompi. Dia akhir revolusi,
dia algojo berdarah dingin. Sesudah revolusi, dia masuk rumah sakit jiwa!
Setelah dinyatakan sehat, tokoh kita jadi gelandangan yang bukan sembarangan,
lain dari yang lain. Yang juga berhasil merasakan bahagia, walau, “Tragikku
adalah tragik dari sebelum tragik, tragic rangkap dua!” ucap tokoh kita. Di
dunianya itu, dia bertemu Maria, calon jururawat yang gagal, bekas pembantu
rumah tangga pada pastoran yang diperkosa dan jadi gelandangan. Lalu muncul
tokoh lain di tengah-tengah percintaan tokoh kita & Maria, yaitu Fifi, 14
tahun, korban pemerkosaan oleh para gerombolan. Kemudian tumbuh cinta segitiga
yang aneh dan revolusioner”!
Tetapi
ke mana ketiga-tiganya, beturut-turut hilang, tidak kembali sungguh edan,
sampai sibuk semua, sang Centeng, sang Bekas Bang Becak, para gelandangan
seluruh kota, dokter tentara dan polisi, sampai Pangdam dan Pangdak! Hilang,
tak kembali, apa sesungguhnya yang terjadi?
Analisis Novel Merahnya merah karya
Iwan Simatupang berdasarkan Pendekatan Objektif
Pengertian
Pendekatan Objektif
Pendekatan
Objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu
sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otnom, berdiri sendiri,
bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw,1984).
Dalam
penerapannya pendekatan ini memahami karya sastra secara close reading. Atau
mengkaji tanpa melihat pengarang dan hubungn dengan realitasnya. Analisis
terfokus pada unsure intrinsic karya sastra. Dalam hal ini setiap unsure
dianalisis dalam hubungannya dengan unsur yang lain.
Unsur
Intrinsik
1. Tema
Novel
Merahnya merah karya Iwan simatupang bertemakan kehidupan orang-orang yang
terpaksa kehidupan orang-orang yang terpaksa menjadi gelandangan setelah
berakhirnya revolusi. Penyebab mereka menjadi gelandangan juga bermacam-macam.
Mulai dari tokoh kita yang menjadi gelanadangan juga bermacam-macam, mulai dari
tokoh kita yang menjadi gelandangan stelah keluar dari rumah sakit jiwa. Fifi
dan Maria yang sebelumnya sempat diperkosa setelah itu melarikan diri ke kota
dan akhirnya menjadi gelandangan karena tidak ada tempat bersandar lagi.
2. Tokoh
dan penokohan
Tokoh
utama
a. Tokoh
tanpa nama
Adalah seorang
gelandangan merupakan tokoh kita namun sebelum menjadi gelandangan ia adalah
“orang besar”. Sebelum revolusi, dia calon rahib. Selama revolusi, dia komandan
kompi. Di akhir revolusi, dia algojo pemancung kepala penghianat-penghianat
tertangkap. Sesudah revolusi, dia masuk rumah sakit jiwa “ ( Simatupang,
2002:5). Tokoh kita ini memili watak yang baik dan harga diri yang cukup tinggi.
Walaupun hanyalah seorang gelandangan dia tak pernah minta. Apalagi
minta-minta. Rasa harga dirinya masih cukup tebal. Bila tak ada kenalannya
antara penumpang-penumpang itu bekas anak buahnya, atau atasannya ketika
revolusi bersenjata dulu” (Simatupang, 2002:6)
b. Fifi
Adalah seorang anak
kecil yang beranjak remaja, usianya 14 tahun. Fifi adalah remaja yang memiliki
sifat baik, namun ia masih belum menyadari tentang bahayanya dunia yang ia
jalani, dengan kata lain Fifi adalah perempuan yang masih polos. “karena tak
punya apa-apa dia terpaksa cari nafkahnya dengan satu-satunya barang yang masih
punya harga bagi orang lain. Yakni, kewanitaannya. ( Simatupang, 2002:8 )
c. Maria
Sedikit memilki
kesamaan nasib dengan Fifi. Dia sempat diperkosa, namun ia tidak mengetahui
siapa yang telah mengotorinya, Maria sedikit kasar dalam hal berbicar. “ Tolong
dalam hal apa?” Bentak Maria ( Simatupang, 2002:10). Namun sebenarnya Maria
adalah sosok yang baik hati dan dia juga seperti menjadi ibu bagi kaum
gelandangan di sekitarnya yang memilki masalah. Dia membantu dalam hal apapun.
“ Dia galak! Tingkah Fifi. Memang . Tapi ini hanya luarnya saja. Dialah ibu
kami semua di sini, laki-laki maupun perempuan. Kalau ada apa-apa atau ada
kesusahan kami, kami selalu datang padanya. Dia selalu sedia menolong.
Kata-katanya selalu dapat mengobati susah kami” ( Simatupang, 2002:11)
Tokoh tambahan
d. Pak
Centeng
Adalah satu diantara
manusia yang tinggal dijalanan yang biasanya dianggap sebagai gelandangan. Lain
halnya ia dikalangan kaum gelandangan, ia menjadi orang terpandang dan yang
paling ditakuti oleh sesama gelandangan lainnya. Pak Centeng ini berperawakan
tubuh yang kekar, ia dianggap sebagai jagoan di kalangan kaum gelandangan.
e. Bekas
tukang becak
Bekas tukang becak ini,
dianggap sebagai jagoan kedua setelah pak Centeng. Ia suka memancing emosi pak
Centeng dengan berdebat sehingga mereka saling berdua hampir saja saling
membunuh.
f. Mantri
juru rawat
Adalah perawat di
poliklinik tentara, beliau merupakan tokoh yang suka menolong dan merawat
ajudannya hingga sembuh
g. Pak
haji tua
Memilki karakter yang
kerap memperbincangkan hal-hal yang dianggapnya tidak wajar atau hal-hal yang
menggemparkan.
h. Kaum
gelandangan
Sebagai tokoh-tokoh
pemenuh dalam cerita Merahnya merah. Hanya pada ketika pak Centeng mengumpulkan
mereka untuk memusyawarahkan kehilangan ketiga tokoh utamadari cerita ini.
i.
Dokter
Sebagai tokoh yang
bertugas mengobati pasien dan merupakan tokoh tambahan
3. Latar
a. Latar
tempat
Di
dalam cerita Merahnya merah ini yaitu di jalan raya saya mengutip “ dia hanya
tahu, dimana dia yaitu di sepanjang jalan raya” ( Simatupang, 2002:5). Di
stasiun, “ke pintu keluar stasiun, menghadap entah ada kenalannya diantara
penumpang yang baru datang itu “ ( Simatupang, 2002:5). Di perkampungan
gubuk-gubuk kecil yang sembunyi di balik belukar-belukar di tengah lapangan
besar tak terurus di tengah lkota itu” ( Simatupang, 2002:7). Di alun-alun , “
Dia menganggung, tak mengerti. Oleh sebab dia tak kenal kota itu, dia suruh
semulah dirinya diantar tukang becak yang kebetulan lewat ke alun-alun,
tempatnya semula” (Simatupang, 2002:7). “Di poliklinik kesehatan tentara yang
petugas kesehatan tentara yang kebetulan lewat peristiwa borok itu, berhenti,
menyapanya, kemudia memakasanya ikut menumpang becak ke poliklinik terdekat”
(Simatupang, 2002:35). Di kantor polisis, “suatu hari pak Centeng ke kantor
polisi” (Simatupang, 2002:139). Di gereja, “dilihatnya gedung menjulang tinggi,
sebuah gereja, bahkan katedral, dan didengarnya orgel dari dalam” (Simatupang,
2002:53). Dan di kuburan, diikuti inspektur dan dokter dari belakang,
pelan-pelan menuju pintu keluar kuburan” (Simatupang, 2002: 159).
b. Latar
waktu
Latar
waktu yang terdapat dalam cerita di novel ini adalah siang hari, “matahari
menancap tinggi di langit ( Simatupang, 2002:5). Sore hari, “lepas tengah hari,
dia meninggalkan polisis itu sesudah diberi makan terelebih dahulu”
(Simatupang, 2002:8). Malam hari, “Dan lagi kakak kita itu sendiri tak pernah
suka bermalam disini” (Simatupang, 2002:13). Menjelang dini hari, “menjelang
dini hari Fifi terkejut bangun. Dia mendengar Maria menangis tertahan-tahan”
(Simatupang, 2002:15). Subuh, “ayam berkokok dijauhan. Sebentar lagi, fajar
menyembul” (Simatupang 2002:160).
c. Latar
suasana
Latar
suasana yang terdapat dalam novel Merahnya merah ini yaitu suasana menyedihkan
dan menegangkan. Suasana menyedihkan terdapat pada kutipan, “Dia tegak.
Langkah-langkahnya yang mulai lincah kembali-boroknya sudah sembuh betul-
membawanya pergi begitu cepat. Bekas ajudannya tak sempat menahannya lagi.
Pula, dia sendiri begitu teharu tubuh bekas komandannya itu dilihatnya makin
kecil dikejauhan, dia sadar” (Simatupang, 2002:112). Dan suasana menengangkan
dari novel ini pada kutipan “pak Centeng menyegir. Tidak! Penghinaan oleh
kalimat panjang-panjang ini tak sudi ditanggurnya lebih lama lagi.Tarrrr! Pak
Centeng jatuh tersungkur. Lobang mearah menganga di belakang kepalanya. Darah
di amana-mana .Tapi ayunan goloknya sudah tak terhindar lagi. Dengan
kilatan-kilatan sinar matahari tengah hari, dia menancap di batang leher Tokoh
Kita” (Simatupang,2002,158).
4. Alur
Novel Merahnya merah karya Iwan Simatupang
menggunakan alur campuran, yakni berupa alur maju dan mundur. Alur ini
diketahui dari rentetan-rentetan kalimat di dalam novel tersebut yakni “
sebelum revolusi, dia calon rahib. Selama revolusi, dia komandan kompi. Di
akhir revolusi, dia algojo pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat tertangkap.
Sesudah revolusi, Dia masuk rumah sakit jiwa” (Simatupang, 2002:5).
5. Gaya
bahasa
Novel Merahnya merah karya Iwan Simatupang memilki
gaya bahasa yang berbelit-belit dan cukup sulit untuk dipahami jika hanya
sekali saja membacanya. Pada gaya bahasanya yaitu metafora. “Dia tak tahu.
Adakah barangkali percakapannya tadi dengan bekas ajudannya telah diam-diam
membangun suatu bumi lain baginya, di dalam dirinya”? (Simatupang, 2002:43).
6. Sudut
Pandang
Dalam novel Merahnya merah karya Iwan Simatupang
pengarang sebagai sudut pandang orang ketiga ““ sebelum revolusi, dia calon
rahib. Selama revolusi, dia komandan kompi. Di akhir revolusi, dia algojo
pemancung kepala pengkhianat-pengkhianat tertangkap. Sesudah revolusi, Dia
masuk rumah sakit jiwa” (Simatupang, 2002:5).
7. Amanat
Amanat dari novel Merahnya merah ini adalah
pembelajaran suatu sikap yang diambil haruslah mengarah pada proses perbaikan
diri. Secara keseluruhan inti pembelajarannya adalah jika halnya kita tak
terkutik pada takdir yang membuat kita kurang beruntung dalam menjalani
sebagian hidup, bukan menjadi sebuah alasan untuk menyerah pada keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar