Senin, 12 Juni 2017

ANNA WIDI ASTUTI


#TugasIndividu

ANALISIS NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYE BERDASARKAN PENDEKATAN MIMETIK
A.    Identitas Novel
Judul:                    Hafalan Shalat Delisa
Penulis:                  Tere Liye
Penerbit:                Republika
Tempat Terbit:       Jakarta Selatan
Tahun Terbit:         2008
Jumlah Halaman:   V + 266 halaman


B.     Sinopsis Novel
Novel hafalan shalat Delisa ini menceritakan tentang seorang anak perempuan berumur 6 tahun, namanya Delisa, anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya, kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisili di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Abi, panggilan untuk ayahnya, bekerja sebagai seorang pelaut. Bekerja sebagai ahli mesin kapal tanker, berlayar hingga berbulan-bulan. Ummi, panggilan untuk ibunya, tinggal bersama ia dan ketiga kakanya di Aceh.
Suatu hari, Delisa mendapatkan tugas dari gurunya, Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan sholat. Motivasi dari Ummi, berjanji akan memberikan hadiah jika ia bisa menghafal bacaan sholat, menambah semangat Delisa untuk menghafal. Hadiah yang dijanjikan Ummi itu berupa kalung yang dibeli di toko Koh Acan, Koh Acan adalah penjual perhiasan di pasar Lhok Nga. Koh Acan juga sahabat Abi Delisa. Saat itu Koh Acan memilihkan kalung yang ada huruf “D”, artinya “D” untuk Delisa. Delisa senang bukan kepalang dan tak sabar untuk mengenakan kalung itu.
Delisa menghafal diwarnai dengan sikap kakak-kakaknya yang pro dan kontra. Ustadz Rahman yang merupakan guru TPA Delisa, juga banyak mengisi hari-hari Delisa menjelang setoran hafalan shalatnya pada Ibu Guru Nur. Semangat dan usaha Delisa tak sia-sia, ia mampu menghafal bacaan shalat. Ia bertekad harus lancar saat praktik di depan Ibu Guru Nur dan teman lainnya. Shalat yang sempurna untuk pertama kalinya.
Ketika Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan kelas, gempa yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu.Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Sesaat akan melaksanakan sujud pertamanya, Delisa roboh dan hanyut olehterjangan air laut yang sangat kuat.
Hari itu adalah hari dimana semua perhatian tertuju pada Aceh.Korban mencapai 15.000 jiwa, mungkin bisa lebih. Termasuk Ummi, dan ketiga kakak Delisa juga menjadi korban. Beruntung Delisa bisa selamat karena Ibu Guru Nur mengikat Delisa pada sebuah papan dengan kerudungnya. Meskipun Ibu Guru Nur juga meninggal dunia.Berhari-hari Delisa terbaring kaku di semak-semak, kaki dan tangannya patah, tapi gadis kecil ini masih bernafas. Sampai akhirnya, Angkatan Laut Amerika menemukan Delisa. Delisa harus dirawat, kondisinya kritis, kakinya harus diamputasi. Suster Shopi dan kak Ubay adalah sukarelawan yang merawat Delisa di atas kapal Angkatan Laut Amerika. Mereka menyayangi Delisa. Walaupun ini sangat berat bagi Delisa, ditambah lagi dengan berita buruk ketiga kakaknya telah meninggal, jasadnya dikuburkan di kuburan masal.Sedangkan Ummi Delisa belum ditemukan jasadnya. Tapi mereka tetap memotivasi Delisa untuk tetap bertahan hidup, untuk melanjutkan kehidupan, menerima semuanya dengan ikhlas.
Setelah kabar tsunami di Aceh santer seantero dunia, Abi Delisa pulang dari Kanada untuk melihat keadaan keluarganya. Abi sangat sedih melihat keadaan Lhok Nga yang sudah datar, tinggal puing-puing. Kabar telah dikuburkannya Aisyah, Zahra, dan Fatimah membuat Abi semakin sedih. Sampai akhirnya ada kabar, Delisa masih hidup, ia dirawat di Kapal Angkatan Laut Amerika, itu membuat Abi merasa masih ada harapan. Kesedihan Abi berkurang.Meskipun belum ada kabar tentang Ummi.
Delisa bertemu dengan Abi. Delisa menceritakan semuanya dengan tenang. Tidak terlihat sebuah penyesalan dan pembangkangan. Dari kakinya yang sudah diamputasi, tangannya yang patah, kepalanya yang botak karena luka, dan giginya yang tanggal dua. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh Allah.
Beberapa bulan pasca tsunami, Delisa sudah bisa menerima keadaan yang sangat pahit itu, dia memulai kembali kehidupan dari awal bersama ayahnya.Hidup di posko-posko yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat,teman dan orang-orang terdekat.
Beberapa bulan berikutnya, Delisa mulai masuk sekolah kembali.Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Dan tugas yang dianggap berat berikutnya bagi Delisa adalah mengembalikan hafalan sholatnya.Hafalan shalatnya hilang begitu saja. Namun, bencana yang melanda Aceh tersebut membuat Delisa lebih dewasa, lebih memahami makna ikhlas. Ikhlas untuk menerima keadaan, dan yang terpenting ikhlas untuk menghafal hafalan shalatnya.
Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Melanjutkan hidup untuk kehidupannya. Menjalani semua dengan ikhlas. Suatu ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Tak dinyana, benda itu adalah kalung yang ada huruf D, D untuk Delisa. Delisa yakin itu adalah kalung yang dibelinya di toko Koh Acan bersama Ummi. Kalung untuk hadiah hafalan shalatnya. Selanjutnya yang membuat Delisa bertambah terkejut, kalung itu digenggam tangan manusia, tangan yang sudah tinggal tulang. Itu adalah Ummi Delisa.

C.    Analisis Novel Berdasarkan Pendekatan Mimetik
Analisis pendekatan mimetik pada novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye disusun berdasarkan sistematika pembahasan, yaitu:
1.      Identifikasi aspek sosial.
2.      Analisis aspek sosial dalam novel. 
3.      Membuktikan aspek sosial sebagai bentuk peniruan dari kehidupan nyata.
4.      Menganalisis aspek sosial dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”  karya Tere Liye yang dihubungkan dengan dunia nyata.
Dalam novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye dapat ditemukan beberapa keadaan dan masalah-masalah sosial di Aceh. Novel ini menceritakan keikhlasan tokoh Delisa dalam menerima takdir yang sudah digariskan oleh Allah. Adapun keadaan dan masalah-masalah sosial tersebut antara lain :
1.      Adanya nilai religi.
2.      Gambaran mengenai peristiwa tsunami di Aceh.
3.      Percintaan.
4.      Semangat delisa yang tak pernah padam.

1.      Nilai Religi
Dalam novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye. Di gambarkan  bahwa pada saat adzan subuh suasana rumah keluarga Abi Usman sudah ramai seperti Cut Aisyah yang selalu membangunkan delisa dengan suara keras dan Cut Zahra yang sudah mengambil air wudhu dan Cut Fatimah yang membangunkan Delisa dengan lembut untuk menunaikan shalat subuh. Hal ini dapat dilihat dari penggalan novel sebagai berikut. “Delisa bangun, sayang.....shubuh!” ( Tere Liye, 2008:10).
Seperti biasa setelah shalat subuh kakak-kakak Delisa mengaji dan tidak lupa Delisa pun menyetorkan hafalan shalat kepada Umminya. Hal ini terlihat dari penggalan novel sebagai berikut. “Delisa mendekati Ummi, membuka setorannya shubuh ini. Ummi menunggu. Delisa membaca taawudz dan bismillah pelan sambil memperbaiki kerudung birunya” (Tere Liye, 2008:14-15).
Ketika delisa bermain sambil menghafal hafalan shalat walaupun pada saat menghafal kakaknya seperti kak Aisyah dan kak Fatimah sering mengganggunya. Hal ini dapat dilihat dari penggalan novel sebagai berikut. “In-na sha-la-ti, wa-nu-su-ki, wa-ma...wa-ma... wa-ma ma-yah-ya... Wa-ma ma-ti....” (Tere Liye, 2008:23).
Keseharian keluarga Abi Usman seperti Ummi, Fatimah, Aisyah, Zahra dan Delisa selalu mengenakan kerudung. Hal ini dapat dilihat dari penggalan novel sebagai berikut. “Nggak pa-pa kan? Kerudung Ummi yang lain lagi kotor! Yang tersisa tinggal ini....” (Tere Liye, 2008:22)
Perihal nilai religi dalan novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye tidak terjadi di dalam novel saja. Tapi di dalam dunia nyata juga ada. Sebagai contoh pada keluarga Saya, ketika adzan subuh menggema Ibu selalu membangunkan anak-anaknya untuk sholat subuh tidak terkecuali Saya. Dan pada saat saya ngaji di TPQ An-Nur setiap hari sabtu agendanya adalah setoran hafalan doa-doa dan hafalan tuntunan shalat. Lalu pada saat sebelum maju setoran hafalan doa-doa dan hafalan tuntunan shalat Saya selalu deres terlebih dulu, agar pada saat maju lancar dan tidak terbata-bata. Keluarga Abi Usman yang selalu mengenakan kerudung yaitu dalam dunia nyata terlihat pada keseharian kaum perempuan Aceh yang diwajibkan mengenakan kerudung pada kesehariannya.

2.      Gambaran mengenai peristiwa tsunami di Aceh
Pagi itu Delisa bangun dengan semangat dan langsung menunaikan shalat shubuh bacaannya pun hampir sempurna. Hari itu memang hari yang mendebarkan karena pada hari itu juga Delisa akan maju menghadap Bu Nur untuk ujian praktek shalat anak-anak kelas satu ibtidaiyah. Nama Delisa dipanggil Delisa maju dengan perasaan sedikit gemetar namun hati kecil sebenarnya sudah mantap untuk pertama kalinya ia melaksanakan ujian praktek shalat yang sempurna dihadapan Allah. Saat Delisa Wa-ma ma-ti seketika semua air laut meluap kedaratan menyapu seluruh tanah Lhok Nga. Hal ini dapat di lihat dari penggalan novel berikut ini. “Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai ber-takbiratul-ihram; persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang berteriak tenang. Persis di sana! Pantai laut retak seketika. Dasar bumi terbang seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggetarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian itu mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan” (Tere Liye, 2008:82-83).
      Perihal peristiwa tsunami pada novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye tidak hanya terjadi di dalam novel saja. Tapi di dalam dunia nyata juga ada. sebagai contoh kita para pembaca diingatkan kembali dengan bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Bencana tersebut telah memporakporandakan Kota Aceh.

3.      Percintaan     
      Dalam novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye, ditemukan masalah percintaan di dalamnya. Percintaan di dalam novel terdapat beberapa masalah percintaan dalam novel yaitu sebagai berikut:
a). Delisa cinta Ummi karena Allah
      Dalam novel ini Delisa sangat mencintai Umminya. Dia selalu mencari cara untuk selalu di dekat Umminya. Hal ini dapat di lihat dari penggalan novel berikut ini. “Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi.... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah” (Tere Liye, 2008:67).
b). Delisa cinta Abi karena Allah
      Dalam novel ini Delisa sangat mencintai Abinya. Saat Abinya sedang shalat tahajud Delisa memeluk erat leher Abinya dari belakang. Hal ini dapat di lihat dari penggalan novel berikut ini. “Abi.... A-b-i.... D-e-l-i-s-a c-i-n-t-a Abi karena Allah!” (Tere Liye, 2008:228).

4.      Semangat Delisa yang tak pernah padam
Dalam novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye ditemukan juga semangat tokoh Delisa yang akan menatap hidupnya kembali setelah bencana stunami beberapa minggu lalu. Bencana stunami telah membuat Delisa kehilangan Ummi, kakak-kakak, rumah, sekolah dan semua orang-orang tersayang. Walaupun dengan begitu Delisa tetap mempunyai semangat untuk melanjutkan hidupnya. Hal ini dapat di lihat dari penggalan novel berikut ini. “Bagi Delisa kehidupan sudah kembali. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa hari lalu sudah tutup buku. Ia siap meneruskan kehidupan. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tak ada yang perlu ditakutkan. Delisa siap menyambung kehidupan;  meski sedikit pun ia belum mengerti apa itu hakikat hidup dan kehidupan”. (Tere Liye, 2008:186).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUH. RIDHO S

#TugasIndividu ANALISIS NOVEL RADEN MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI BERDASARKAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA Landasan Teori Secara d...